Anda di halaman 1dari 26

TEORI KEPERAWATAN

TEORI KEPERAWATAN OREM


TEORI BUDAYA

TEORI BUDAYA KAILI

KELOMPOK 2

- DITA MULIATY A. MANOPPO


- ELAN D. THALIB
- FATMAWATI GHAFRAN ABDUL
- KIKI FATMAWATI PAKAYA
- MEYLAN A. KALAY
- RAISA TAATIYAH MUSA
- RIAN KADULAH
- SITTI RAHMAWATY ASIKU
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi


oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus
mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena
respon manusia. Banyak bentuk- bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis
harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model -
model keperawatan dalam proses keperawatan. Dan tiap model dapat digunakan
dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan model keperawatan
yang tepat dengan situasi klien yang spesifik, memerlukan pengetahuan yang
mendalam tentang variable - variable utama yang mempengaruhi situasi klien.
Langkah - langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model
keperawatan yang tepat untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup
dan aktivitas sehari - hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan pasien.
2. Mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi
yang melandasi, definisi konsep dan hubungan antar konsep
Dari beberapa model konsep, diantaranya adalah model self care yang diperkenalkan
oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada
awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul "Nursing Conceps of
Practice Self Care",

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi : teori
self care,teori self care deficit, teori nursing syste
2. Menjelaskan teori budaya
3. Menjelaskan teori budaya kaili

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi :
teori self care,teori self care deficit, teori nursing syste
2. Untuk mengetahui teori budaya
3. Untuk mengetahui teori budaya kaili

BAB II
PEMBAHASAN

1. TEORI DOROTHEA E. OREM


A. FALSAFAH KEPERAWATAN MENURUT DOROTHEA E. OREM

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan.

Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia


sebagai makhluk holistik (yang memiliki kebutuhan biologis, psikologis, sosial-
kultural dan spiritual) dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar
dalam praktik keperawatan [ CITATION Nur18 \l 1033 ]

Keperawatan mandiri (Self Care) menurut Orem's adalah : "Suatu


pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri
untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's,
1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan kebtuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu. [ CITATION Bur13 \l
1033 ]

B. TEORI KONSEP SELF CARE (DOROTHEA E. OREM)

Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah suatu


pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri
untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980). Pada
dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhankebutuhan
self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri,
kecuali bila tidak mampu. Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan
keyakinan bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri
sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraan, teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan
diri).

Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3
teori yang saling berhubungan :

1. Teori perawatan diri (self care theory) : menggambarkan dan


menjelaskan tujuan dan cara individu melakukan perawatan dirinya.
Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan
diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk mempertahankan
hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan. Orem
mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan
universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
 Pemeliharaan intake udara
 Pemeliharaan intake air
 Pemeliharaan intake makanan
 Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan
eksresi
 Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
 Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
 Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia
 Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensinya. 
2. Teori defisit perawatan diri (deficit self care theory) : menggambarkan
dan menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam
melakukan perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.
Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri, tetapi ketika seseorang tersebut mengalami
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut
sebagai Self Care Deficit. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan
antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan
tuntunan kebutuhan tentang perawatan diri, sehingga ketika tuntutan lebih
besar dari kemampuan, maka seseorang akan mengalami
penurunan/defisit perawatan diri. Orem memiliki metode untuk proses
penyelesaian masalah tersebut, yaitu bertindak atau berbuat sesuatu untuk
orang lain, sebagai pembimbing orang lain, sebagai pendidik, memberikan
support fisik, memberikan support psikologis dan meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik orang lain.
Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk melakukan perawatan
diri. Perawatan diri dapat mengalami gangguan atau hambatan apabila
seseorang jatuh pada kondisi sakit, kondisi yang melelahkan (stres fisik
dan psikologik) atau mengalami kecacatan. Defisit perawatan diri terjadi
bila agen keperawatan atau orang yang memberikan perawatan diri baik
pada diri sendiri atau orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya. Seorang perawat dalam melakukan kegiatan ini harus
mempunyai pengetahuan tentang asuhan keperawatan sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat bagi klien.
3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory) : menggambarkan
dan menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan
dipertahankan oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu secara
produktif. Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang di dasari pada
teori Orem tentang pemenuhan kebutuhan sendiri dan kemampuan pasien
dalam melakukan perawatan mandiri. Orem mengidentifikasikan
klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system Bantuan secara keseluruhan,
dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau
lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.
2. The Partly compensantory system Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi
klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3. The supportive - Educative system Dukungan pendidikan dibutuhkan
oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
4. Metode bantuan Perawat membantu klien dengan menggunakan
system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
 Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
 Mengajarkan klien
 Mengarahkan klien
 Mensupport klien
 Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan
berkembang.
C. TUJUAN TEORI DOROTHE E. OREM
Tujuan Keperawatan pada Model Orem
Tujuan keperawatan pada model Orem”s secara umum adalah :
1. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan self care.
3. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self
care deficit apapun dihilangkan.
4. Jika ketiganya diatas tidak tercapai perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.

Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek


keperawatan keluarga/ komunitas adalah :
i. Menolong klien dalam hal ini keluraga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik
ii. Menolong klien bergerak kearah tindakan- tindakan asuahan mandiri
iii. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluraganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.

D. KONSEP MAYOR-MINOR TEORI SELF CARE OLEH DOROTHEA E. OREM


1. Konsep Mayor[ CITATION Bur13 \l 1033 ]
a) Semua orang harus mandiri dan bertanggung jawab untuk perawatan
mereka sendiri dan orang lain dalam keluarga yang membutuhkan
perawatan mereka
b) Orang adalah individu yang berbeda
c) Keperawatan adalah bentuk tindakan - interaksi antara dua orang
atau lebih.
d) syarat perawatan diri secara  universal merupakan komponen
penting dari perawatan untuk pencegahan primer dan kesehatan
yang buruk.
e) pengetahuan seseorang dari masalah kesehatan potensial dianjurkan
untuk melakukan  perawatan diri.
f) perawatan diri dan perawatan dependen adalah perilaku yang
dipelajari dalam konteks sosio-budaya.
2. Konsep Minor[ CITATION Ann05 \l 1033 ]
a) Self care itu sendiri, yang merupakan aktifitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, serta kesejahteraan.
b) Self care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perembangan, sosiokultural, kesehatan, dll
c) Self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan
dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahanka fungsi tubuh.
d) Self care yang bersifat universal itu dalah aktivitas sehari-hari dengan
mengelompokkan dalam kebutuhan dasar manusia.
e) Sifat dari self care selanjutnya adalah untuk perkembangan
kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimapangan kesehatan
yang memiliki cirri keperawatan yang diberikan dalam kondisi sakit
atau dalam proses penyembuhan.
f) Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada
pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan
proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia.
g) Developmental self care requisite : terjadi berhubungn dengan tingkat
perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal
yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus
kehidupan.
h) Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang
tidak sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi
nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan
perubahan dalam perilaku self care.
E. APLIKASI TEORI SELF CARE OLEH DOROTHEA E. OREAM
a. Aplikasi Terhadapat Teori Keperawatan

Menurut Orem (2001), perawatan merupakan fokus khusus pada


manusia yang membedakan keperawatan dari pelayanan masyarakat lainnya.
Dari sudut pandang ini, peran keperawatan dalam masyarakat untuk
memampukan individu dalam mengembangkan dan melatih kemampuan
perawatan diri mereka agar mereka dapat memenuhi kebutuhanperawatan
yang berkualitas dan memadahi pada diri mereka sendiri. Menurut teori ini,
individu yang mempunyai kebutuhan perawatan diri melebihi kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut disebut defisit perawatan diri dan
mengindikasikan bahwa orang tersebut membutuhkan keperawatan. Oleh
karena itu, Orem menjelaskan mengapa keperawatan diperlukan. [ CITATION
Meg07 \l 1033 ]

a. Perawatan diri terapeutik meliputi tindakan-tindakan perawat,


pasien, dan orang lain yang mengatur kemampuan perawatan diri dan
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
b. Perawat mengkaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri mereka dan potensi hambatan untuk melakukan
perawatan diri mereka.
c. Perawat terlibat dalam memilih proses yang valid dan reliabel atau
teknologi atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
d. Komponen perawatan diri terapeutik adalah kompensasi
keseluruhan, kompensasi sebagian, dan suportif-edukatif.
(Berdasar Orem (1985) dan Orem dan Taylor (1986)).
b. Aplikasi Terhadap Riset Keperawatan

Riset keperawatan merupakan suatu kegiatan [ CITATION Sup16 \l 1033 ]:


a. Menghasilkan teori baru untuk memperkaya khasana teori
keperawatan yang akhirnya dapat dikembangkan ilmu keperawatan
yang baru dan
b. Hasil riset yang ada harus diterapkan pada praktik keperawatan
untuk menilai efektifitas atau memungkinkan menemukan masalah
baru untuk dicarikan alternatif penyelesaian masalah.

Keterkaitan antara teori, praktik, dan riset keperawatan sangat erat


berhubungan sehingga tidak mungkin untuk dipisahkan atau dihilangkan salah
satu. Sehingga, (1) setiap perawat yang mempelajari teori harus berpikir tentang
penerapan (praktik) dan pengembangan (riset), (2) setiap perawat yang
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan harus berpikir tentang
kontribusi kepada teori dan menyadari sebagai tempat riset, dan (3) setiap
perawat yang melakukan riset harus berpikir tentang pengembangan teori
keperawatan baru dan hasil riset dapat diterapkan pada tempat praktik
keperawatan.

Teori keperawatan oleh Dorothea Orem berfokus pada tingkat ketergantungan


pasien dirawat.

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan masyarakat. Peran perawat


yang utama (Loknas Keperawatan tahun 1983) yaitu :

a. care giver
b. manager
c. educator, dan
d. researcher.

Peran yang keempat menunjukkan bahwa perawat harus menjadi periset unggul
dalam rangka pengembangan ilmu keperawatan untuk meningkatkan manfaat
dan mutu pelayanan keperawatan. Peran perawat sebagai periset keperawatan
sangat penting untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Peran perawat dalam riset yaitu:


a. Menyadari nilai dan relevansi riset keperawatan.
b. Membantu mengidentifikasi area masalah riset keperawatan.
c. Membantu pelaksanaan pengumpulan data dalam riset keperawatan.
d. Menerapkan hasil penemuan riset dalam praktik klinik keperawatan.

c. Aplikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan

Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia
dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care
mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:

a. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal)


Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus
kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk
kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial,
dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk
perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan,
dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
b. Development self care requisites
Kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan
proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama
variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan
kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap
perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses
perkembangan sepanjang siklus hidup.
c. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri
penyimpangan kesehatan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau
keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau
penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau
peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan
terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu
kemampuan seseorang untuk melakukan self care.

Pandangan teori dari Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan


ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan suatu tindakan
keperawatan mandiri dalam mengatur kebutuhannya. Dalam konsep
keperawatan, Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya:
Teori perawatan diri sendiri ( self care theory), Teori deficit perawatan diri (self
care deficit), Teori sistem keperawatan (Nursing system theory). Teori ini
kemudian di aplikasikan pada tahap-tahap keperawatan berikut ini [ CITATION
Mif19 \l 1033 ];

1. Tahap Pengkajian

Pada tahap ini menurut teori orem menggunakan Self Care. Menurut
orem manusia adalah individu atau kelompok yang tidak mampu
mempertahankan secara terus-menerus self care untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari penyakit atau trauma. Tunjuan dari mengaplikasikan
teori ini adalah menurunkan tuntunan self care pada tingkat dimana klien
dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Orem, penegakan diagnose mengacu pada dignosa keperawatan
yang actual, resiko tinggi. Teori ini lebih berfokus pada masalah fisiologis
yang dapat diaplikasikan oleh perawat dalam asuhan keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut orem intervensi keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk
memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Perawat juga bisa
menggunakan metode berikut untuk bisa menerapkannya pada asuhan
keperawatan yaitu: merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan
langsung pada klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan
keperawatat.
4. Implementasi Keperawatan
1) Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada
klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2) Membimbing dan mengarahkan.
3) Memberi dukungan fisik dan psikologis
4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
5) Pendidikan
6) Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan
kontak bantuan keperawatan.
7) Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8) Melibatkan anggota masyarakat.
9) Lingkungan
5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang


telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan
tercapai atau belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam:
meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan
menurunkan self care deficitnya.

F. STUDI KASUS

Ny. X Umur 50 tahun, status kawin janda, suku melayu, agama Islam, pekerjaan
ibu rumah tangga, riwayat pendidikan tidak tamat SD, suami sudah 7 tahun yang
lalu meninggal dunia, Ny. X tinggal dengan anak laki-lakinya yang kebetulan
istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga sementara anak lakilakinya Ny. X
adalah seorang karyawan swasta salah satu perusahaan. Saat ini Ny. X dirawat di
Ruang K Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Y, sudah 4 hari Ny. X di rawat di
ruang tersebut, menantunya dengan setia dan sabar menjaga ibunya dengan
diagnosa Angina Pectoris, kondisi saat masuk kesadaran compos mentis,
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88 kali / menit, nafas 30 kali / menit, suhu
36,50 C, TB, 156 cm dan BB 45 kg, klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri,
nyeri sangat hebat, klien tampak meringis, berkeringat dingin, klien terpasang
kateter urin, dan oksigen 3 liter/menit, obat oral cedocard 3 x 1, antasida 3 x 1,
dulcalax 1 x 1, terpasang infus RL 20 tetes/menit, klien dianjurkan bedrest
ditempat tidur, ruang ICCU pada saat itu penuh sehingga klien di rawat di ruang
penyakit dalam. Kondisi pada hari itu (hari ke empat) klien sudah menunjukan
banyak perubahan seperti nyeri berkurang, tekanan darah 130/80 mmHg,
masih terpasang oksigen kanul 2 liter/menit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,
pada saat ini Ny. X tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang berat, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, buang air besar harus dibantu
oleh perawat sedangkan makan atau minum klien dibantu keluarga.

1. Pengkajian
Bila mengacu pada teori self care, maka hal-hal yang perlu dikaji adalah
faktor personal, universal self care, development self care, health
deviation, medical problem and plan dan self care deficit, dan data yang
dapat dikumpulkan dari kasus Ny. X, adalah sebagai berikut:
a. Faktor personal: usia 50 tahun, suku melayu, WNI, agama Islam,
janda, pekerjaan ibu rumah tangga, tinggi badan 156 cm dan berat
badan 45 kg.
b. Universal self care: Ny. X mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, nafas
sesak dengan frekuensi 30 kali/menit, berkeringat dingin, wajah
tampak meringis, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88 kali/menit,
terpasang oksigen 3 liter/menit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,
mandi dan BAB di bantu oleh perawat dan keluarga
c. Development self care: Ny X seorang janda dan tinggal dengan anak
lakilakinya, keterbatasan melakukan aktivitas karena mengalami
nyeri pada dada sebelah kiri akibat angina pectoris, membutuhkan
bantuan sepenuhnya / total, membutuhkan latihan melakukan
aktivitas ringan yang tidak memberatkan kerja jantung.
d. Health Deviation: Aktual gangguan sistem cardiologi dan tidak dapat
melakukan aktivitas berat.
e. Medical problem and plan: diagnosa medik adalah Agina Pectoris.
Perencanaan: istirahat, berikan Oksigen 2 liter/menit, Monitor TTV
(tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu), Monitor hasil EKG,
membantu dalam pemenuhan kebutuhan ADL, mengajarkan pasien
dan keluarga secara bertahap tentang perawatan Ny X, relaksasi
dengan tarik nafas dalam pada saat nyeri muncul.
f. Self Care Deficit: ketergantungan pasien dengan keluarga dan perawat
karena kondisi penyakit sehingga pasien tidak mampu dalam
memenuhi self care dan aktivitas lain terutama aktivitas berat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data beberapa diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. X adalah :
a. Tidak efetifnya pola nafas
b. Nyeri akut
c. Self care deficit
d. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
Menyusun tujuan, intervensi dan rasionalisasi sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul
Dignosa keperawatan : Tidak efektifnya pola nafas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola
nafas klien efektif dengan criteria: a. Frekuensi nafas 16 – 20 x/m b.
Irama nafas reguler c. Tidak terpasang O2

Intervensi Rasional
1. Berikan oksigen sesuai dengan 1. Mempertahankan oksigen arteri
program 2. Mengetahui status pernafasan
2. Monitor jumlah pernafasan, 3. Meningkatkan pernafasan
penggunaan otot bantu 4. Meningkatkan pengembangan paru
pernafasan, batuk, bunyi paru, 5. Membantu mengeluarkan sekret
tanda vital, warna kulit dan 6. Kemungkinan terjadi kesulitan
AGD bernafas yang akut
3. Laksanakan program 7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi
pengobatan Sekarang
4. Posisi pasien fowler
5. Bantu dalam terapi inhalasi
6. Alat-alat emergensi disiapkan
dalam kondisi baik
7. Pendidikan kesehatan :
perubahan gaya hidup,
menghindari alergen, t

4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang telah disusun pada perencanaan
berdasarkan 6 area yang dikemukan orem
5. Evaluasi
Jalan nafas efektif
2. Nyeri hilang
3. Mampu melakukan perawatan diri
Ny. X dapat melakukan aktivitas

2. TINJAUAN TEORI BUDAYA


A. Teori Budaya dan Kebudayaan (Culture)
Manusia Sebagai Makhluk Budaya Manusia pada dasarnya hidup sebagai
makhluk budaya yang memiliki akal, budi dan daya untuk dapat membuahkan suatu
gagasan dan hasil karya yang berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus
dilakukan dan pada akhirnya membentuk suatu kebiasaan atau adat istiadat yang
kemudian diakumulasikan dan ditransmisikan secara sosial atau kemasyarakatan.

 Manusia Memiliki Akal dan Budi

Akal : kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia.
Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan
berfikir manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai
tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku

Budi : akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai
batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala
sesuatu

 Manusia Sebagai Animal Simbolicum

Simbol : segala sesuatu (benda, peritiwa, kelakuan, tindakan manusia, ucapan) yang
telah ditempati suatu arti tertentu menurut kebudayaannya adalah komponen utama
perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi simbol,
dan kebudayaan itu sendiri merupakan pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol.
Fungsi simbol :

- Faktor pengembangan kebudayaan


- Terbatas pada gugus masyarakat tertentu

 Manusia Pencipta dan Pengguna Kebudayaan

Manusia sebagai pencipta kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :


- Akal, intelegensia dan intuisi
- Perasaan dan emosI
- Kemauan
- Fantasi
- Perilaku
B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Sistem nilai dan gagasan utama Komponen utama kebudayaan :
- Individu
- Masyarakat
- Alam

EB Taylor, Primitive Culture, 1871

Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,


moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.

Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.

Koentjaraningrat

Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya

C. Fungsi Kebudayaan :
Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat
bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :

- Hidup lebih baik


- Lebih manusiawi
- Berperikemanusiaan
-
D. Unsur – unsur kebudayaan

Peralatan dan perlengkapan hidup (pakaian, perumahan, alat-alat produksi,


transportasi):

- Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem


produksi, distribusi )
- Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
perkawinan)
- Bahasa
- Kesenian
- Sistem pengetahuan
- Religi
E. Sifat Kebudayaan
- Beraneka ragam
- Diteruskan dan diajarkan
- Berstruktur terbagi atas item-item
- Mempunyai nilai
- Statis dan dinamis
- Terbagi pada bidang dan aspek

Benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukan kedalam
kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi
harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis saja, ia selalu berubah. Tanpa
adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan
berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu
sendiri yang akan memperkenalkan variasi-variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya
akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya.
Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungankebudayaan tersebut
mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara
lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut.
3. TINJAUAN TEORI BUDAYA KAILI

Masyarakat suku asli Sulawesi Tengah yakni suku kaili memiliki


pandangan tersendiri dalam hal penyembuhan atau pengobatan ketika sakit
diantaranya upacara Baliya jinja. Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual
pengobatan bersifat nonmedis yang sudah dikenal masyarakat Suku Kaili sejak
ratusan tahun lalu. Sebelum adanya rumah sakit, upacara ini diandalkan
masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait bagaimana
melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh.Ritual ini dipimpin oleh
seorang dukun atau tetua yang disebut Tina Nu Baliya. Sang dukun biasanya
mengenakan seragam yang terdiri dari sarung dan baju ari fuya (sinjulo)
berwarna putih dan destar (kudung) berwarna merah.

Di dalam Ritual Baliya Jinja, Tina Nu Baliya akan duduk mengelilingi si


penderita. Sementara itu, tiga orang lainnya bertugas meniup seruling, memukul
tambur dan gong. Sebisa mungkin alunan musik dimainkan dengan lemah
lembut. Lirik nyanyiannya berisikan pujian-pujian yang ditunjukan kepada Maha
Besar Tuhan untuk mengembalikan kesehatan dari gangguan setan dan jin.
Melalui untaian-untaian lirik inilah penyakit dihalau dengan kata-kata yang
sopan dan tidak mencela. Secara prosesi, ritual Baliya Jinja ini dibagi menjadi
dua macam, yakni sesaji yang dilarung ke laut atau dibuang ke gunung. Soal
sesaji pun dibedakan menjadi beberapa bagian, ada adat 9 dan adat 7. Angka-
angka ini merujuk pada jumlah sesaji yang disiapkan. Ritual Baliya Jinja yang
ditampilkan masyarakat Suku Kaili ini menghabiskan waktu berjam-jam
lamanya. Di penghujung ritual, sesaji dilarung ke laut pada keesokan harinya
untuk membuang penyakit yang mendera si penderita.
BAB II

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah kami peroleh bahwa teori
keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri.
Teori keperawatan yang digunakan sebagai dasar menyusun suatu
model konsep dalam keperawatan, dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Adapun
faktor yang mendasari teori keperawatan yaitu :
a. Filosofi Florence Nightingle
b. Teori self care oleh Dorothea Orem
c. Kebudayaan
d. Sistem pendidikan
e. Pengembangan ilmu keperawatan

Sedangkan tujuan adanya teori keperawatan adalah untuk


memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan
keperawatan, juga membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat
dipertimbangkan.
2. SARAN
Adapun saran penulis terhadap pembaca , yaitu sebaiknya teori
dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2018). TEROI MODEL KEPERAWATAN. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Andriany, M. (2007). Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma (Studi Literatur. Nurse Media Journal of Nursing .

Burke. (2016). The Health Belief Model. Current Nursing Theory.

Jannah, M. (2019). APLIKASI TEORI KEPERAWATAN DALAM MEMBERIKAN


ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT.

Muhlisin, A., & Irdawati. (Juni 2010). TEORI SELF CARE DARI OREM DAN
PENDEKATAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN . Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2 , 97-100.

Perry, A. G., & Potter, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental. Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2016). Pengantar Riset Keperawatan. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai