KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi : teori
self care,teori self care deficit, teori nursing syste
2. Menjelaskan teori budaya
3. Menjelaskan teori budaya kaili
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi :
teori self care,teori self care deficit, teori nursing syste
2. Untuk mengetahui teori budaya
3. Untuk mengetahui teori budaya kaili
BAB II
PEMBAHASAN
Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3
teori yang saling berhubungan :
a. care giver
b. manager
c. educator, dan
d. researcher.
Peran yang keempat menunjukkan bahwa perawat harus menjadi periset unggul
dalam rangka pengembangan ilmu keperawatan untuk meningkatkan manfaat
dan mutu pelayanan keperawatan. Peran perawat sebagai periset keperawatan
sangat penting untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia
dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care
mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
1. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini menurut teori orem menggunakan Self Care. Menurut
orem manusia adalah individu atau kelompok yang tidak mampu
mempertahankan secara terus-menerus self care untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari penyakit atau trauma. Tunjuan dari mengaplikasikan
teori ini adalah menurunkan tuntunan self care pada tingkat dimana klien
dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Orem, penegakan diagnose mengacu pada dignosa keperawatan
yang actual, resiko tinggi. Teori ini lebih berfokus pada masalah fisiologis
yang dapat diaplikasikan oleh perawat dalam asuhan keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut orem intervensi keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk
memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Perawat juga bisa
menggunakan metode berikut untuk bisa menerapkannya pada asuhan
keperawatan yaitu: merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan
langsung pada klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan
keperawatat.
4. Implementasi Keperawatan
1) Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada
klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2) Membimbing dan mengarahkan.
3) Memberi dukungan fisik dan psikologis
4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
5) Pendidikan
6) Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan
kontak bantuan keperawatan.
7) Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8) Melibatkan anggota masyarakat.
9) Lingkungan
5. Evaluasi
F. STUDI KASUS
Ny. X Umur 50 tahun, status kawin janda, suku melayu, agama Islam, pekerjaan
ibu rumah tangga, riwayat pendidikan tidak tamat SD, suami sudah 7 tahun yang
lalu meninggal dunia, Ny. X tinggal dengan anak laki-lakinya yang kebetulan
istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga sementara anak lakilakinya Ny. X
adalah seorang karyawan swasta salah satu perusahaan. Saat ini Ny. X dirawat di
Ruang K Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Y, sudah 4 hari Ny. X di rawat di
ruang tersebut, menantunya dengan setia dan sabar menjaga ibunya dengan
diagnosa Angina Pectoris, kondisi saat masuk kesadaran compos mentis,
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88 kali / menit, nafas 30 kali / menit, suhu
36,50 C, TB, 156 cm dan BB 45 kg, klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri,
nyeri sangat hebat, klien tampak meringis, berkeringat dingin, klien terpasang
kateter urin, dan oksigen 3 liter/menit, obat oral cedocard 3 x 1, antasida 3 x 1,
dulcalax 1 x 1, terpasang infus RL 20 tetes/menit, klien dianjurkan bedrest
ditempat tidur, ruang ICCU pada saat itu penuh sehingga klien di rawat di ruang
penyakit dalam. Kondisi pada hari itu (hari ke empat) klien sudah menunjukan
banyak perubahan seperti nyeri berkurang, tekanan darah 130/80 mmHg,
masih terpasang oksigen kanul 2 liter/menit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,
pada saat ini Ny. X tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang berat, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, buang air besar harus dibantu
oleh perawat sedangkan makan atau minum klien dibantu keluarga.
1. Pengkajian
Bila mengacu pada teori self care, maka hal-hal yang perlu dikaji adalah
faktor personal, universal self care, development self care, health
deviation, medical problem and plan dan self care deficit, dan data yang
dapat dikumpulkan dari kasus Ny. X, adalah sebagai berikut:
a. Faktor personal: usia 50 tahun, suku melayu, WNI, agama Islam,
janda, pekerjaan ibu rumah tangga, tinggi badan 156 cm dan berat
badan 45 kg.
b. Universal self care: Ny. X mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, nafas
sesak dengan frekuensi 30 kali/menit, berkeringat dingin, wajah
tampak meringis, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88 kali/menit,
terpasang oksigen 3 liter/menit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,
mandi dan BAB di bantu oleh perawat dan keluarga
c. Development self care: Ny X seorang janda dan tinggal dengan anak
lakilakinya, keterbatasan melakukan aktivitas karena mengalami
nyeri pada dada sebelah kiri akibat angina pectoris, membutuhkan
bantuan sepenuhnya / total, membutuhkan latihan melakukan
aktivitas ringan yang tidak memberatkan kerja jantung.
d. Health Deviation: Aktual gangguan sistem cardiologi dan tidak dapat
melakukan aktivitas berat.
e. Medical problem and plan: diagnosa medik adalah Agina Pectoris.
Perencanaan: istirahat, berikan Oksigen 2 liter/menit, Monitor TTV
(tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu), Monitor hasil EKG,
membantu dalam pemenuhan kebutuhan ADL, mengajarkan pasien
dan keluarga secara bertahap tentang perawatan Ny X, relaksasi
dengan tarik nafas dalam pada saat nyeri muncul.
f. Self Care Deficit: ketergantungan pasien dengan keluarga dan perawat
karena kondisi penyakit sehingga pasien tidak mampu dalam
memenuhi self care dan aktivitas lain terutama aktivitas berat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data beberapa diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. X adalah :
a. Tidak efetifnya pola nafas
b. Nyeri akut
c. Self care deficit
d. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
Menyusun tujuan, intervensi dan rasionalisasi sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul
Dignosa keperawatan : Tidak efektifnya pola nafas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola
nafas klien efektif dengan criteria: a. Frekuensi nafas 16 – 20 x/m b.
Irama nafas reguler c. Tidak terpasang O2
Intervensi Rasional
1. Berikan oksigen sesuai dengan 1. Mempertahankan oksigen arteri
program 2. Mengetahui status pernafasan
2. Monitor jumlah pernafasan, 3. Meningkatkan pernafasan
penggunaan otot bantu 4. Meningkatkan pengembangan paru
pernafasan, batuk, bunyi paru, 5. Membantu mengeluarkan sekret
tanda vital, warna kulit dan 6. Kemungkinan terjadi kesulitan
AGD bernafas yang akut
3. Laksanakan program 7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi
pengobatan Sekarang
4. Posisi pasien fowler
5. Bantu dalam terapi inhalasi
6. Alat-alat emergensi disiapkan
dalam kondisi baik
7. Pendidikan kesehatan :
perubahan gaya hidup,
menghindari alergen, t
4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang telah disusun pada perencanaan
berdasarkan 6 area yang dikemukan orem
5. Evaluasi
Jalan nafas efektif
2. Nyeri hilang
3. Mampu melakukan perawatan diri
Ny. X dapat melakukan aktivitas
Akal : kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia.
Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan
berfikir manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai
tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku
Budi : akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai
batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala
sesuatu
Simbol : segala sesuatu (benda, peritiwa, kelakuan, tindakan manusia, ucapan) yang
telah ditempati suatu arti tertentu menurut kebudayaannya adalah komponen utama
perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi simbol,
dan kebudayaan itu sendiri merupakan pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol.
Fungsi simbol :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
C. Fungsi Kebudayaan :
Mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat
bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :
Benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukan kedalam
kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi
harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis saja, ia selalu berubah. Tanpa
adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan
berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu
sendiri yang akan memperkenalkan variasi-variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya
akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya.
Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungankebudayaan tersebut
mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara
lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut.
3. TINJAUAN TEORI BUDAYA KAILI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah kami peroleh bahwa teori
keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri.
Teori keperawatan yang digunakan sebagai dasar menyusun suatu
model konsep dalam keperawatan, dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Adapun
faktor yang mendasari teori keperawatan yaitu :
a. Filosofi Florence Nightingle
b. Teori self care oleh Dorothea Orem
c. Kebudayaan
d. Sistem pendidikan
e. Pengembangan ilmu keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2018). TEROI MODEL KEPERAWATAN. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Andriany, M. (2007). Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma (Studi Literatur. Nurse Media Journal of Nursing .
Muhlisin, A., & Irdawati. (Juni 2010). TEORI SELF CARE DARI OREM DAN
PENDEKATAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN . Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2 , 97-100.
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental. Jakarta: EGC.