Anda di halaman 1dari 4

B.

LANDASAN TEORI

2.3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam
manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam
pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. (Ummi, 2010:85)
Manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan
arah atau kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggungjawabnya. (Marmi,
2013:206)
Proses manajemen menurut Helen Varney ada tujuh langkah yang berurutan, yang
setiap langkahnya disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. (Simatupang, 2008:123)
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien
memiliki kewajibab memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada individu ibu dan anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam ranga tercapainya
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan
melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan
manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu,
adalah :
a. Identifikasi dan analisi masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan
objektif dan analisis dari data yang dikumpulkan atau dicatat.
b. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.
c. Penyusunan rencana tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
d. Evaluasi hasil tindakan. Hasil ini digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak
lanjut. (Marmi,2013:208)
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasikan sebagai bahan
tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta
penelitian.

2. PRINSIP MANAJEMEN KEBIDANAN


Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkab oleh American
College Nurse Midwife (ACNM) menurut Marmi (2013:209-210) terdiri dari:
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relavann
dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,
termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
2. Mengindentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan interpretasi data
dasar.
3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang berkomprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencan individual.
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan
bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuahan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN


Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang yaitu:
1. Langkah I (pertama): Pengumpulan data dasar
Menurut (Marmi,2013:215-216) pada langkah pertama melakukan
pengumpulan informasi yang berkaitan secara akurat dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa yang meliputi biodata atau identitas pasien, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat psikososial,
serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
meliputi:
1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)
2) Pemeriksaan Penunjang (laboratorium, radiologi, atau USG, dan catata terbaru
serta catata sebelumnya.
c. Melihat catatan rekam medik tahap ini merupakaan langkah awal yang akan
menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya.
2. Langkah II (kedua): Interpretasi data dasar
Menurut ( Hidayat, 2009:76) pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
tehadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnose kebidanan adalah
pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
3. Langkah III (ketiga): Mengindentifikasi diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Pada langkah ketiga, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agara masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi.
(Marmi,2013:218)
4. Langkah IV (keempat): Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik
sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan
tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga
berupa observasi atau pemeriksaan.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam
penatalaksaan asuhan klien.
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency atau segera yang
harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Marmi:2013:219-220)
5. Langkah V (kelima): Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah
yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi. Begitu pula tindakan rujukan yang
dibutuhkan klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
melaksanakan rencana tersebut (informed consent).
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut bermanfaat atau efektif berdasarkan
penelitian (evidence based). (Marmi,2013:221)
6. Langkah VI (keenam): Pelaksanaa perencana
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efesien, efektif dan aman.
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien,
atau anggota tim kesehatan yang lainnya kalau diperlukan.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksannya rencana bersama
yang menyeluruh tersebut. (Marmi,2013:222)
7. Langkah VII (ketujuh): Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebgaian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengindentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya. (Hidayat,2009:79)

Anda mungkin juga menyukai