0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan4 halaman
Manajemen asuhan kebidanan merupakan metode yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien dengan melakukan 7 langkah sistematis, yaitu pengumpulan data, interpretasi data, identifikasi masalah dan diagnosis, penetapan tindakan segera, penyusunan rencana asuhan, pelaksanaan rencana, dan evaluasi. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara tepat dan menyus
Manajemen asuhan kebidanan merupakan metode yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien dengan melakukan 7 langkah sistematis, yaitu pengumpulan data, interpretasi data, identifikasi masalah dan diagnosis, penetapan tindakan segera, penyusunan rencana asuhan, pelaksanaan rencana, dan evaluasi. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara tepat dan menyus
Manajemen asuhan kebidanan merupakan metode yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kepada pasien dengan melakukan 7 langkah sistematis, yaitu pengumpulan data, interpretasi data, identifikasi masalah dan diagnosis, penetapan tindakan segera, penyusunan rencana asuhan, pelaksanaan rencana, dan evaluasi. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara tepat dan menyus
1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. (Ummi, 2010:85) Manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah atau kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggungjawabnya. (Marmi, 2013:206) Proses manajemen menurut Helen Varney ada tujuh langkah yang berurutan, yang setiap langkahnya disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. (Simatupang, 2008:123) Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajibab memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu dan anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam ranga tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah : a. Identifikasi dan analisi masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis dari data yang dikumpulkan atau dicatat. b. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujukan. c. Penyusunan rencana tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya. d. Evaluasi hasil tindakan. Hasil ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut. (Marmi,2013:208) Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasikan sebagai bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
2. PRINSIP MANAJEMEN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkab oleh American College Nurse Midwife (ACNM) menurut Marmi (2013:209-210) terdiri dari: 1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relavann dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik. 2. Mengindentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan interpretasi data dasar. 3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien. 4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya. 5. Membuat rencana asuhan yang berkomprehensif bersama klien. 6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencan individual. 7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya. 8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal. 9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuahan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang yaitu: 1. Langkah I (pertama): Pengumpulan data dasar Menurut (Marmi,2013:215-216) pada langkah pertama melakukan pengumpulan informasi yang berkaitan secara akurat dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data tersebut dapat dilakukan dengan cara: a. Anamnesa yang meliputi biodata atau identitas pasien, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat psikososial, serta pengetahuan klien. b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi: 1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) 2) Pemeriksaan Penunjang (laboratorium, radiologi, atau USG, dan catata terbaru serta catata sebelumnya. c. Melihat catatan rekam medik tahap ini merupakaan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. 2. Langkah II (kedua): Interpretasi data dasar Menurut ( Hidayat, 2009:76) pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnose kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. 3. Langkah III (ketiga): Mengindentifikasi diagnosis atau Masalah Potensial Pada langkah ini bidan mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agara masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. (Marmi,2013:218) 4. Langkah IV (keempat): Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi atau pemeriksaan. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksaan asuhan klien. Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency atau segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Marmi:2013:219-220) 5. Langkah V (kelima): Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi. Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi- kultural atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga melaksanakan rencana tersebut (informed consent). Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut bermanfaat atau efektif berdasarkan penelitian (evidence based). (Marmi,2013:221) 6. Langkah VI (keenam): Pelaksanaa perencana Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efesien, efektif dan aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan yang lainnya kalau diperlukan. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksannya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. (Marmi,2013:222) 7. Langkah VII (ketujuh): Evaluasi Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebgaian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengindentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya. (Hidayat,2009:79)