Anda di halaman 1dari 5

a.

Pengertian
Seksio sesar merupakan suatu tindakan melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(Saifudin,2009:536).
Mochtar (2012:85) menyatakan bahwa “Seksio sesarae adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut, seksio sesarae juga dapat didefinisikan sebagai suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim”.
Section caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Hakimi,2010:634)

b. Jenis-jenis sectio caesaria


1) Sectio caesaria klasik
Melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang
lebih besar untuk jalan keluar bayi.
2) Sayatan mendatar
Sayatan di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini menimbulka resiko terjadinya
pendarahan dan cepat penyembuhanya
3) Sectio caesaria Histerektomi
Bedah Caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal inimdilakukan
dalam kasus-kasus perdarahan yan sulit tertangani atau ketika
plasenta tidak dapat di pisahkan dengan rahim
4) Sectio caesaria ekstraperitoneal
Bedah Caesar yang dilakukan secara berulang ketika pasien
sebelumnya telah pernah menjalani bedah Caesar. Umumnya sayatan
dilakukan pada bekas luka sebelumnya
(Purwoastuti,2015:118)
c. Indikasi
Indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea
1) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan
normal.
2) DJJ melambat
3) Adanya kelelaha persalinan
4) Kompliksai pre-eklamisa
5) Ibu menderita hrpes
6) Putusnya tali pusat
7) Resiko luka parah pada rahim
8) Persalinan kembar
9) Bayi sungsang atau melintang
10) Kegagalan persalinan dengan induksi
11) Kegagalan persalinan dengan alat bantu
12) Bayi besar
13) Masalah plasenta, plasenta previa (Purwoastuti,2015:119)

d. Kontraindikasi
Menurut Maryunani (2014:213) kontraindikasi persalinan dengan section
caesarea antara lain:
1) Infeksi pada peritoneum.
2) Janin mati
3) Kurangnya fasilitas dan tenaga ahli.

e. Macam-macam operasi
1) Operasi terencana(Elektif)
Operasi Caesar yang telah di rencanakan jauh hari sebelum jadwal
melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun
janin. Beberapa keadaan yang menjadi pertimbangan untuk
melakukan operasi Caesar secara elektif, antara lain:
a) Janin dengan presentasi bokong
Kecurigaan janin cukup besar seingga dapat terjadi kemacetan
persalinan( feto pelpic disproportion), janin dengan jeoala
menengadah(defleksi), janin dengan lilitan tali pusat, atau
janin dengan presentasi kaki.
b) Kehamilan kembar
Dilihat presentasi bawah terlebih dahulu apakah kepala,
bokong, atau melintang. Masih mungkin dilakukan persalinan
peraginam jika presentasi kedua janin kepala-kepala. Pada
kasus kehamilan kembar dengan janin hanya memiliki satu
kantong ketuban, resiko untuk saling mengait/menyangkut
satu sama lain terjadi lebih tinggi
c) Plasenta pevia
Plasenta berada di bawah dan menutupi jalan kahir, maka
plasenta tidak mungkin akan kahir terlebih dahulu karena
plasenta yang menyuplai janin makanan dan oksigen sehingga
akan mengakibatkan kematian pada janin. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah , lokasi plasenta yang
menutupi jalan lahir sangat rawan dengan terjadnya
perdarahan.
d) Masalah kesehatan ibu
Masalah kesehatan yang mempengarhi antara lain :
preeklamsia, kencing manis, herpes, pemderita HIV/AIDS,
penyakut jantung, pemyakit paru kronik, tumor rahim
yangnukuranya menyatu menutupi jalan lahir.
e) Masalah kesehatan janin
Keadaan ologohidramnion, dan janin dengan gangguan
perkembangan.

2) Operasi darurat
Operasi yang dilakukan ketika proses persalinan telah
berlangsung, terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu maupun
janin. Beberapa keadaan yang memaksa terjadinya opersai Caesar
antara lain:
a) Persalinan macet
b) Propas tali pusat
Tali pusat keluar keluar melalui mulut rahim, bias trje[itsehinga
suplai darah adan oksigen ke janin berkurang
c) Perdarahan
Perdarahan yang banyak akibat palsenta terlepas dari rahim atau
karena alas an lain
d) Stres janin berat
Denyut jantung menjadi turun samapai 70 kali/menit
(purwoastuti,2015:119)

f. Persiapan Seksio Caesarea


Menurut Mirzanie (2009:23) persiapan persalinan dengan section caesarea
antara lain:
1) Perika ulang DJJ & presntasi janin
2) Tindakan pencegahan infeksi
3) Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif
4) Pasang infus
5) Anastesia dapat dilakukan anatesia lokal, ketamine, anastesia spinal atau
anastesia umum
6) Insisi mediana (vertikal/klasik) dianjurkan pada :
a) Perlekatan SBR pada bekas SC
b) Letak lintang
c) Kembar siam
d) Tumor (mioma uteri) di SBR
e) Hipervaskularisas SBR (pada plasenta previa)
f) Karsinoma serviks
7) Jika kepala bayi telah masuk panggul, lakukan tindakan antisepsis
pada vagina

g. Teknik Seksio Caesarea


Beberapa teknik SC yang perlu diperhatikan adalah mengenai cara insisi yaitu
insisi abdomen, insisi uterus, cara pelahiran bayi dan penjahitan uterus yang
masing-masing diuraikan secara berikut:
1) Insisi abdomen, antara lain dilakukan secara vertikal dan
transvertikal/lintang yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:
a) Insisi vertikal meliputi garis tengah infraumbulikus adalah insisi
yang paling cepat dibuat. Insisi ini harus cukup panjang agar janin
dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karenanya, panjang harus sesuai
dengan taksiran ukuran janin. Pembebasan secara tajam dilakukan
sampai ke level vagina m.rektus abdominis lamina anterior, yang
bebaskan dari lemak subkutis untuk memperlihatkan sepotong fasia
di garis tengah dengan lebar sekitar dua cm. Fasia transversalis dan
lemak praperitonrum dibebaskan secara hati-hati untuk mencapai
peritoneum dibawahnya. Lipatan peritoneum yang terangkat di
antara kedua klem tersebut kemudian dilihat dan dipalpasi untuk
meyakinkan bahwa omentum, usus, atau kandung kemih tidak
menempel. Peritoneum diinsisi superior terhadap kutub atas insisi
dan kearah bawah tepat diatas lipatan peritoneum di atas kandung
kemih.
b) Insisi transversal dengan insisi pfannenstiel modifikasi, kulit, dan
jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi transversal
rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis
dan diperluas sedikit demi sedikit melebihi batas lateral otot rektus.
Setelah jaringan subkutis dipindahkan dari fasia dibawahnya
sepanjang satu cm atau lebih pada kedua sisi, fasia dipotong secara
melintang sesuai panjang insisi. Tepi superior dan inferior fasia di
pegang dengan klem yang sesuai kemudian diangkat oleh asisten
selagi operator memegang selubung fasia dari otot rektus
dibawahnya secara tumpul dengan pegangan scalpel. Pembuluh
darah yang berjalan diantara otot dan fasia dijepit, dipotong, dan
diikat. Hemostasis harus dilakukan secara cermat. Pemisaha fasia
dilakukan sampai cukup mendekati umbilicus agar dapat dibuat insisi
longitudinal garis tengah yang adekuat diperitoneum. Otot rektus
kemudian dipisahkan digaris tengah untuk memperlihatkan
peritoneum dibawahnya.

2) Insisi Uterus terdiri dari insisi sesarea klasik dan insisi sesarea transversal,
yang masing-masing dijelakan dibawah ini:
a) Insisi sesarea klasik suatu insisi vertikal ke dalam korpus di atas
segmen bawah uterus dan mencapai fundus uterus, sudah jarang
digunakan saat ini. Insisi melintang disegmen bahwa memiliki
keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung
kemih dari myometrium di bawahnya. Apanila insisi diperluas ke
arah lateral,dapat terjadi laserasi pada salah sati atau kedua pembuluh
uterus. Insisi vertikel rendah dapat diperluas ke atas sehingga pada
keadaan-keadaan yang memerlukan ruang lebih lapang, insisi dapat
dilanjutkan ke korpus uterus. Untuk menjaga agar insisi vertikel tetap
dibawah uterus, diperlukan pemisahan yang lebih luas pada kandung
kemih.
b) Insisi transversal uterus mengadakan dekstrorotasi sehingga
ligamentum teres uteri kiri lebih anterior dan lebih dekat ke garis
tengah daripada yang kanan. Lipatan peritoneum yang agak longgar
di atas batas atas kandung kemih dan menutupi bagian anterior
segmen bawah uterus dijepit di garis tengah dengan forceps dan di
sayat dengan scalpel atau gunting. Lapisan bawah peritoneum
diangkat dan kandung kemih dipisahkan secara tumpul atau tajam
dari myometrium dibawahnya. Pada servis yang sudag mendatar dan
membuka, pembebasan kearah bawah dapat terjadi sedemikian
dalam sehingga secara tidak sengaja tidak terpajan dan dimasuki
adalah vagina bukan segmen bawah uterus. Insisi uterus perlu dibuat
relatif tinggi pada wanita dengan pembukaan serviks yang besar atau
lengkap agar kemungkinan perluasaan insisi ke lateral menuju arteri
urine berkurang.
3) Cara pelahiran bayi
Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga uterus
antara simfisis dan kepala janin, lalu kepala diangkat secara hati-hati denga
jari dan telapak tangan melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang
secara transabdominal pada fundus. Setelah persalinan lama dengan
disproporsi sefalokpelviks, kepala janin mungkin terjepit agak kuat dijalan
lahir. Tekanan keatas yang dilakukan melalui vagina oelh asisten akan
membantu melepaskan kepala sehingga kepala dapat dikeluarkan melalui
bagian atas simfisis.
Untuk memperkecil aspirasi cairan amnion dan isinya oleh janin,
hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap sebelum toraks
dilahirka. Bahu kemudian dilahirkan dengan tarikan ringan disertai
penekanan pada fundus. Bagian tubuh lainnya siap menyusul. Segera
setelah dilahirkan, pasien diberi 20 unit oksitosin per liter dengan kecepatan
10 ml/mnt sampai uterus berkontraksi dengan baik, setelah itu lajunya dapat
dikurangi.
Tali pusat diklem sementara bayi dipegang setinggi dinding abdomen,
kemudian bayi diberikan kepada anggota tim yang akan melakukan upaya
resusitasi bila diperlukan. Insisi uterus diperiksa untuk melihat ada tidaknya
lokasi perdarahan yang deras. Sebagian besar ahli bedah kebidanan
merekomendasikan untuk segera mengeluarkan plasenta secara manual,
kecuali apabila plasenta telah terlepas secara spontan.

4) Penjahitan uterus
Setelah plasenta lahir, uterus dapat diangkat melalui insisi dan
diletakan diatas dinding abdomen yang tertutup oleh duk dan fundus
ditutupi oleh tampon laparotomy yang telah dibasahi. Segera setelah
plasenta lahir dan diperiksa, rongga uterus diperiksa dan diusap dengan
kassa untuk mengeluarkan selaput ketuban yang tertinggal, verniks, bekuan
darah dan debris lainnya. Insisi uterus ditutup dengan satu atau dua lapisan
jahitan kontinu menggunakan benang yang dapat di serap ukuran nol atau
satu.
Biasanya digunakan benang kromik, tetapi sebagian menyukai benang
sintetik yang tidak diserap. Kemudian dilakukan jahitan jelujur mengunci,
dengan setiap haitan menembus seluruh ketebelan myometrium. Jahitan
jelujur mengunci dilanjutkan sampai tepat melewati sudut insisi yang
berlawanan. Setelah tercapainya hemostatis dengan penutupan uterus, tepi-
tepi lapisan serosa yang tadinya melapisi uterus melapisi uterus dan
kandung kemih disambung dengan jahitan jelujur menggunakan catgut
kromik 2-0.
5) Penutupan abdomen
Sewaktu dilakukan penutupan lapis demi lapis, tempat-tempat
perdarahan diindentifikasi, diklem, dan diligasi. Otot rektus dibiarkan
kembali ketempatnya semula, dan ruang subfasia diperiksa secara cermat
untuk hemostatis. Fasia rektus diatasnya ditutup dengan jahitan interrupted
(satu demi satu) dengan jahitan jelujur mengunci dengan benang yang dapat
diserap dan bertahan lama atau permanen.
Jaringan subkutan biasanya tidak perlu ditutup secara terpisah apabila
ketebalannya dua cm atau kurang, dan kulit ditutup dengan jahitan matras
vertical dengan benang sutera 3-0 atau 4-0 atau benang yang ekuivalen atau
klip kulit. Apabila jaringan diposannya lebih tebal, atau apabila digunakan
klip atau jaringan subkutan, perlu dilakukan beberapa penjahitan
interrupted dengan plain catgut 3-0 untuk menghilangkan ruang rugi dan
mengurangi tegangan pada tepi luka kulit. (Manuaba, 2008:450-455)

h. Tatalaksanaan medis pasca operasi seksio caesarea


Cuningham (2005, dalam Nurjanah 2013) Penatalasanaan medis dan perawatan
setelah dilakuksn section caesarea sebagai berikut:
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetap berkontraksi dengan kuat.
3) Analgesia diberikan
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untu
24 jam pertama setelah pembedahan.
6) Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain
7) Perawatan luka pada hari ke-3 tiap hari diperiksa kondisi balutan
8) Pemeriksaan laboratorium, hemaktrokrit diukur pagi harii setelah
pembedahan untuk memastikab perdarahan pasca operasi atau
mengisyararkan hipovolemia.
9) Mencegah infeksi pasca operasi, antibiotic, setelah janin lahir.n

Anda mungkin juga menyukai