Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

APENDISITIS AKUT

Disusun Oleh :
Inda Yanti, S.Ked
FAB 118 019

Pembimbing :
dr. Soetopo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani
dr. C.Yuniardi Alriyanto

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Dalam Mengikuti


Program Pendidikan Profesi Bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency
Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Apendiks vermicularis.


Apendiks merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang
berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali
menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Apendiks atau
Apendisitis akut menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera
dilakukan tindakan bedah.1
Apendisitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering
ditemukan. Apendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak
umum pada anak sebelum usia sekolah. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan
pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis
Apendisitis.1
Apendisitis sering terjadi dan membutuhkan pengobatan operasi pada
anak-anak dan dewasa di bawah umur 50 tahun, dengan puncak kejadian pada
usia dekade kedua dan ketiga yaitu usia 10-20 tahun. Apendisitis merupakan
kasus emergensi obstetrik yang paling sering pada wanita hamil, terjadi sering
pada trisemester kedua.2
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang. Kejadian ini mungkin disebabkan akibat perubahan pola makan di
Negara berkembang yang banyak mengonsumsi makanan berserat. Di Amerika
Serikat, jumlah kasus apendisitis dilaporkan oleh lebih dari 40.000 rumah sakit
tiap tahunnya. Laki-laki memiliki rasio tinggi terjadi apendisitis, dengan rasio
laki-laki:perempuan yaitu 1,4:1, dengan resiko seumur hidup apendisitis yaitu
pada laki-laki 8.6% dan 6.7% pada perempuan.2
Di Indonesia, insiden apendisitis akut jarang dilaporkan. Insidens
apendisitis akut pada pria berjumlah 242 sedangkan pada wanita jumlahnya 218
dari keseluruhan 460 kasus. Pada tahun 2014, insiden apendisitis mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena peningkatan konsumsi ‘junk food’
daripada makanan berserat.3

2
Semua kasus Apendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari
Apendiks yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan
laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian
akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada
tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Apendisitis akut
merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.3

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Primary Survey (Ny.MB/28 tahun)


Vital Sign:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 72 kali/menit (reguler, kuat angkat, dan isi cukup)
Frekuensi Napas : 22 kali/menit, torako-abdominal
Suhu : 36,70C
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing : Spontan, 22 kali/menit, pernapasan torako-abdominal,
pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan
Circulation : Denyut nadi 72 kali/menit, reguler, kuat angkat, dan isi
cukup. CRT < 2 detik
Disability : GCS (E4M6V5), pupil isokor +/+, diameter 3mm/3mm
Evaluasi masalah : Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini
merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign
karena pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah dengan diberi label kuning.
Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di
ruang non bedah dan dilakukan pemasangan akses infus
intravena menggunakan cairan RL 20 tetes/menit.

2.2. Secondary Survey


2.2.1. Identitas
Nama : Ny.MB
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Tunis
Tgl Pemeriksaan : 20/08/2019 pukul 08.30 WIB

4
2.2.2. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri perut bagian kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri pada perut
bagian kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk –
tusuk. Nyeri menjalar ke ulu hati. Nyeri muncul secara tiba – tiba dan terjadi
secara terus menerus. Pasien mengaku mual tetapi tidak sampai muntah. Pasien
juga mengalami demam yang diakui dirasakan sejak ± 1 hari SMRS. Demam
dirasakan terus menerus, menggigil (-), pasien minum obat paracetamol dan
demam dirasakan berkurang. BAB untuk hari ini belum ada, BAK tidak ada
keluhan. Nafsu makan berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluhan serupa disangkal. Pasien minum obat paracetamol 1 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluhan serupa disangkal.

2.2.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Vital sign : Tekanan Darah :120/70 mmHg
Denyut Nadi :72 kali/menit (reguler, kuat angkat,
danisi cukup)
Frekuensi Napas :22 kali/menit, torako-abdominal
Suhu :36,70C

Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher
Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)

5
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi
(-)
Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal, reguler,
murmur(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada region inguinal dekstra dan
epigastrium, nyeri tekan lepas pada titik Mc Burney.
Didapatkan juga Rovsing Sign. Tidak teraba pembesaran
hepar dan lien. Ballottement (-)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edem tungkai (-)
2.2.4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.1. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Pasien Kadar Normal
Hematologi
Hb 14,6 g/dl 11-16 g/dl
Hematokrit 44,1 % 37-48 %
Leukosit 13.300/ul 4.500-11.000/ul
Eritrosit 5,5 juta/ul 4-6 juta/ul
Trombosit 214.000/ul 150.000-400.000/ul

2.2.5. Diagnosa

6
Suspek Apendisitis Akut

2.2.6. Penatalaksanaan
Tatalaksana awaldi IGD
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 3 x 50 mg
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
- Konsul Bedah

2.2.7. Prognosa
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam

2.2.8. Saran
- Usulan pemeriksaan : USG abdomen

7
BAB III
PEMBAHASAN

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Apendiks vermicularis.


Apendiks merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang
berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali
menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Apendiks atau
Apendisitis akut menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera
dilakukan tindakan bedah.1
Apendisitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering
ditemukan. Apendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak
umum pada anak sebelum usia sekolah. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan
pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis
Apendisitis.1
Semua kasus Apendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari
Apendiks yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan
laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian
akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada
tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Apendisitis akut
merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.3
Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari Apendisitis akut yang
terjadi bila Apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus
oleh omentum dan/atau lekuk usus halus.3

Patogenesis
1. Obstruksi
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Apendisitis akut.
Fecalithmerupakan penyebab umum obstruksi Penyebab yang lebihjarang
adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa Apendiks, barium
yangmengering pada pemeriksaan sinar X, biji-bijian, gallstone, cacing
usus terutama Oxyurisvermicularis. Reaksi jaringan limfatik, baik lokal

8
maupun generalisata, dapat disebabkanoleh infeksi Yersinia, Salmonella,
dan Shigella; atau akibat invasi parasit sepertiEntamoeba, Strongyloides,
Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris.Apendisitis juga dapat
diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, sepertimeasles,
chicken pox, dan cytomegalovirus. Insidensi Apendisitis juga meningkat
padapasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan
pada kelenjar yangmensekresi mukus. Obstruksi Apendiks juga dapat
terjadi akibat tumor carcinoid,khususnya jika tumor berlokasi di 1/3
proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, corpusalienum seperti pin, biji
sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya Apendisitis.Faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya Apendisitis adalah trauma, stress
psikologis,dan herediter. Frekuensi obstruksi meningkat sejalan dengan
keparahan proses inflamasi. Fecalithditemukan pada 40% kasus
Apendisitis akut sederhana, sekitar 65% pada kasusApendisitis gangrenosa
tanpa perforasi, dan 90% pada kasus Apendisitis akutgangrenosa dengan
perforasi.4
2. Infeksi Bakteri
Flora pada Apendiks yang meradang berbeda dengan flora Apendiks
normal. Sekitar60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Apendisitis
didapatkan bakteri jenis anaerob,dibandingkan yang didapatkan dari 25%
cairan aspirasi Apendiks yang normal. Didugalumen merupakan sumber
organisme yang menginvasi mukosa ketika pertahanan mukosaterganggu
oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding lumen. Flora
normalColon memainkan peranan penting pada perubahan Apendisitis
akut ke Apendisitisgangrenosa dan Apendisitis perforata.Apendisitis
merupakan infeksi polimikroba, dengan beberapa kasus didapatkan
lebihdari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang
mengalami perforasi. Floranormal pada Apendiks sama dengan bakteri
pada Colon normal. Flora pada Apendiks akantetap konstan seumur hidup
kecuali Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya terlihatpada orang
dewasa. Bakteri yang umumnya terdapat di Apendiks, Apendisitis akut

9
danApendisitis perforasi adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis.
Namun berbagaivariasi dan bakteri fakultatif dan anaerob dan
Mycobacteria dapat ditemukan.4
3. Peranan lingkungan: diet dan higiene
Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat
dengankandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan
berhubungan dengan kondisitertentu pada pencernaan. Apendisitis,
penyakit Divertikel, carcinoma Colorectal lebihsering pada orang dengan
diet seperti di atas dan lebih jarang diantara orang yangmemakan makanan
dengan kandungan serta lebih tinggi. Burkitt mengemukakan bahwadiet
rendah serat berperan pada perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan
lumen yangmempunyai kecenderungan untuk timbul fecalith.4

Gambaran Klinis
a. Gejala klinis
Gejala Apendisitis akut umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai
dengannyeri perut yang didahului anoreksia. Gejala utama Apendisitis
akut adalah nyeriperut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di
epigastrium, lalu menetap, kadang disertaikram yang hilang timbul. Durasi
nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang
menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ.
Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Apendiks,
biasanyasuhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh
meningkat hingga >39oC.Anoreksia hampir selalu menyertai Apendisitis.
Pada 75% pasien dijumpai muntahyang umumnya hanya terjadi satu atau
dua kali saja. Muntah disebabkan oleh stimulasisaraf dan ileus. Umumnya,
urutan munculnya gejala Apendisitis adalah anoreksia, diikutinyeri perut
dan muntah. Bila muntah mendahului nyeri perut, maka diagnosis
Apendisitis diragukan. Muntah yang timbul sebelum nyeri abdomen
mengarah pada diagnosis gastroenteritis.

10
Semua penderita dengan suspek Apendisitis akut dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6. Bila skor
5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka
tindakanbedah sebaiknya dilakukan.3

Tabel 3.1. Alavarado Score

b. Tanda klinis
Penderita Apendisitis umumnya lebih menyukai sikap jongkok pada paha
kanan,karena pada sikap itu Caecum tertekan sehingga isi Caecum
berkurang. Hal tersebut akan mengurangi tekanan ke arah Apendiks
sehingga nyeri perut berkurang.
Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:
Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan
iritasi peritoneum. Sering positif pada Apendisitis namun tidak spesifik.
Psoas sign
Pasien berbaring, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien dan
tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien
digerakkandalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini
menggambarkan kekakuanmusculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi
langsung yang berasal dari peradanganApendiks.
Obturator sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki
kanan pasiensedangkan tangan kiri di sendi lututnya. Kemudian pemeriksa

11
memposisikan sendi lututpasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae
dalam posisi endorotasi kemudianeksorotasi. Tes ini positif jika pasien
merasa nyeri di hipogastrium saat eksorotasi.Nyeri pada manuver ini
menunjukkan adanya perforasi Apendiks, abscess lokal, iritasiM.
Obturatorius oleh Apendisitis letak retrocaecal, atau adanya hernia
obturatoria.
Blumberg’s sign (nyeri lepas kontralateral)
Pemeriksa menekan di LLQ kemudian melepaskannya. Manuver ini
dikatakan positifbila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di
RLQ.3

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya
didapatkan pada keadaan akut, Apendisitis tanpa komplikasi dan sering disertai
predominanpolimorfonuklear sedang.CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu
reaktan fase akut yang disintesis oleh hatisebagai respon terhadap infeksi bakteri.
Jumlah dalam serum mulai meningkat antara 6-12jam inflamasi jaringan.
Kombinasi 3 tes yaitu adanya peningkatan CRP ≥ 8 mcg/mL, hitung leukosit ≥
11000,dan persentase neutrofil ≥ 75% memiliki sensitivitas 86%, dan spesifisitas
90.7%.5
Pemeriksaan urine bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis infeksi dari
saluran kemih. Walaupun dapat ditemukan beberapa leukosit atau eritrosit dari
iritasi Urethra atauVesica urinaria seperti yang diakibatkan oleh inflamasi
Apendiks, pada Apendisitis akutdalam sample urine catheter tidak akan
ditemukan bakteriuria.5

Ultrasonografi
Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis
Apendisitis. Apendiksdiidentifikasi/ dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur,
bagian usus yang nonperistaltikyang berasal dari Caecum. Dengan penekanan

12
yang maksimal, Apendiks diukur dalamdiameter anterior-posterior. Penilaian
dikatakan positif bila tanpa kompresi ukurananterior-posterior Apendiks 6 mm
atau lebih. Ditemukannya appendicolith akanmendukung diagnosis.5

Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien Apendisitis akut yaitu
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala
klinisdehidrasi atau septikemia.
2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.
4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur
dandidapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.
Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika
profilaksisharus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan
single dose dipilihantibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.6
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnosis suspek apendisitis akut. Pasien mengeluh nyeri pada perut
bagian kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk –
tusuk. Nyeri menjalar ke ulu hati. Nyeri muncul secara tiba – tiba dan terjadi
secara terus menerus. Pasien mengaku mual tetapi tidak sampai muntah. Pasien
juga mengalami demam yang diakui dirasakan sejak ± 1 hari SMRS. Demam
dirasakan terus menerus, menggigil (-), pasien minum obat paracetamol dan
demam dirasakan berkurang. BAB untuk hari ini belum ada, BAK tidak ada
keluhan. Nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan nyeri
tekan (+) pada region inguinal dekstra dan epigastrium, nyeri tekan lepas pada
titik Mc Burney. Didapatkan juga Rovsing Sign. Tidak teraba pembesaran hepar
dan lien. Ballottement (-). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
peningkatan leukosit yaitu 13.300/uL.

13
Pada Pasien Teori
Anamnesis Nyeri Perut ± 1hari Nyeri perut dirasakan
SMRS akibat adanya
peradangan pada
apendiks
Nyeri dirasakan seperti nyeri dirasakan difus
ditusuk – tusuk. Nyeri terpusat di epigastrium,
menjalar ke ulu hati. lalu menetap, kadang
Nyeri muncul secara tiba disertaikram yang hilang
– tiba dan terjadi secara timbul. Durasi nyeri
terus menerus. berkisar antara 1-12 jam,
dengan rata-rata 4-6 jam.
Nyeri yang menetap ini
umumnya terlokalisasi di
RLQ.
Nafsu makan berkurang Anoreksia
Pasien mengaku mual Pada 75% pasien
tetapi tidak sampai dijumpai muntahyang
muntah. umumnya hanya terjadi
satu atau dua kali saja.
Muntah disebabkan oleh
stimulasisaraf dan ileus.
Pasien juga mengalami Umumnya, pasien
demam yang diakui mengalami demam saat
dirasakan sejak ± 1hari terjadi inflamasi
SMRS. Demam Apendiks, biasanyasuhu
dirasakan terus menerus, naik hingga 38oC. Tetapi
menggigil (-), pasien pada keadaan perforasi,
minum obat paracetamol suhu tubuh meningkat
dan demam dirasakan hingga >39oC.
berkurang.
Pemeriksaan Fisik Didapatkan nyeri tekan Nyeri tekan Mc Burney
dan nyeri tekan lepas Blumberg’s sign (nyeri

14
pada titik Mc Burney lepas kontralateral)
Ditemukan Rovsing Rovsing’s sign
Sign.
Pemeriksaan Psoas’s Psoas sign
Sign dan Obturator’s Obturator sign
Sign (+)
Laboratorium Leukosit 13.300/uL Leukositosis ringan
berkisar antara 10.000-
18.000/ mm3, biasanya
didapatkan padakeadaan
akut
Penatalaksanaan IVFD RL 20 tpm. Pemasangan infus dan
Inj. Ranitidin 3 x 50 mg pemberian kristaloid
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr untuk pasien dengan
Konsul Bedah umum gejala klinisdehidrasi
atau septikemia.
Puasakan pasien, jangan
berikan apapun per oral
Pemberian obat-obatan
analgetika harus dengan
konsultasi ahli bedah.
Pemberian antibiotika i.v.
pada pasien yang
menjalani laparotomi.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat
dilakukan penilaian Alvarado score:
Migrasi nyeri :1
Anoreksia :1

15
Mual/Muntah :1
Nyeri RLQ :2
Nyeri lepas :1
Febris :-
Leukositosis :2
Shift to the left :1
Total points :9
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini
kemungkinan besar menderita Appendisitis akut dan perlu dilakukan tindakan
operatif.6

BAB IV
KESIMPULAN

16
Ny.MB 28 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis suspek apendisitis akut. Berdasarkan penilaian alvarado
score dapat disimpulkan pasien suspek apendisitis akut dengan piilihan terapi
yaitu apendiktomi. Namun, dapat juga dilakukan USG abdomen sebelumnya
untuk memastikan diagnosa tersebut. Apendisitis adalah suatu akut abdomen yang
sering terjadi di mana terjadinya peradangan yang pada Apendiks vermicularis.
Apendiks sendiri merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar
yang berada di perut kanan bawah.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Yeh B. Evidence-based emergency medicine/rational clinical examination
abstract. Does this adult patient have Apendisitis?. Ann Emerg Med. 2008
Sep. 52(3):301-3.
2. Yang HR, Wang YC, Chung PK, Chen WK, Jeng LB, Chen RJ. Laboratory
tests in patients with acute Apendisitis. ANZ J Surg. 2006 Jan-Feb. 76(1-
2):71-4.
3. Le J, Kurian J, Cohen HW, Weinberg G, Scheinfeld MH. Do clinical
outcomes suffer during transition to an ultrasound-first paradigm for the
evaluation of acute Apendisitis in children?. AJR Am J Roentgenol. 2013
Dec. 201(6):1348-52.
4. Manterola C, Vial M, Moraga J, Astudillo P. Analgesia in patients with acute
abdominal pain. Cochrane Database Syst Rev. 2011 Jan 19.
5. Howell JM, Eddy OL, Lukens TW, Thiessen ME, Weingart SD, Decker
WW. Clinical policy: Critical issues in the evaluation and management of
emergency department patients with suspected Apendisitis.Ann Emerg
Med. 2010 Jan. 55(1):71-116.
6. Sjamsuhidajat S, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC.
2012. Hal. 756 – 62.

18

Anda mungkin juga menyukai