Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PROYEK

2.1 Tinjauan Umum


Pengertian judul proyek: Arsitektur Hi-Tech, adalah sebagai berikut
a). Pengertian High Tech
High-Tech merupakan dua kata yang berbeda, yaitu “High” dan “Technology”. Dalam
bahasa inggris. High-Tech suatu paduan kata yang memiliki satu arti “High” sendiri
memiliki arti umum ketinggian atau juga diartikan tinggi, sedangkan “ Technology”
memiliki arti teknologi (ilmu tentang teknologi). Jika digabungkan, High-Tech
mempunyai arti teknologi tinggi atau ilmu teknologi yang memiliki kecanggihan
maksimal (Kasir, 2007: 149, 224)
b). Pengertian High-tech Architecture
High-tech Architecture merupakan gabungan dari dua arti yang berbeda, yaitu “High-
Tech” dalam bahasa inggris mempunyai arti teknologi tinggi atau ilmu teknologi yang
memiliki kecanggihan maksimal (Kasir, 2007: 149, 224). Sedangkan “Architecture”
dalam bahasa inggris mempunyai arti bentuk bangunan (kamus bahasa inggris,1993:24).
Dari penggabungan dua arti tersebut, High-tech Architecture adalah memanfaatkan
kecanggihan teknologi dimasa sekarang yang digunakan dalam pengolahan bangunan
maupun lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Arsitektur High-tech adalah memanfaatkan kecanggihan teknologi dimasa sekarang
yang digunakan dalam pengolahan bangunan maupun lingkungan yang bermanfaat dalam
pengolahan bangunan maupun lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pada tema high-tech ini mencoba akan di integrasikan dari kemuktahiran dan
kecanggihan teknologi masa kini dalam bangunan supaya memberikan kemudahan bagi
penggunanya.
Dapat disimpulkan bahwaArsitekturhi-techmemiliki 9irri ekspresi yang jujur dengan
menampilkan/memperlihatkan bagian bangunan yang umumnya ditutup-tutupi. Ornamen
yang merupakan bagian yang penting dari suatu konstruksi dalam bangunan. Penggunaan
bahan-bahan bangunan yang mencerminkan kemajuan teknologi. Ekspresi kekuatan
struktur yang menggunakan struktur dari rangka baja dan penggunaan material dari kaca
dan bahan metal.

9
2.2 Deskripsi Proyek
Nama Proyek : Bandung Town Square
Fungsi Proyek : Bangunan Komersil (Pusat Perbelanjaan)
Sifat Proyek : Semi Fiktif
Pemilik : Pemerintah
Sumber Dana : Pemerintah
Lokasi : Lahan PT.KAI di jalan Laswi, Kacapiring, Batu
Nunggal, Kota Bandung, Jawa Barat

Luas Lahan : 51.000 m2


KDB maksimal : 70%
KLB maksimal : 5,6
KDH minimal : 20%
Batas-batas : Utara : Jl. Sukabumi
Barat : Lab. Mekanika Tanah PT. KAI
Selatan : Balai pendidikan dan pelatihan
Ir.H.Djuanda
Timur : Jl.Laswi

SITE
JL.LASWI
Gambar 2.2-1 Lokasi tapak

10
Rencana tapak terletak di Propinsi Jawa Barat pada koordinat 6°54′53.08″S 107°36′35.32″E.
Kota Bandung yang dikelilingi pegunungan ini secara bentuk morfologi, berbentuk mangkok
raksasa berada di ketinggian 768 m diatas permukaan laut dan titik tertinggi berada di 1.050
meter di atas permukaan laut dan titik terendah di bagian selatan pada 675 meter di atas
permukaan laut. Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan
sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan
rata-rata 21.3 hari per bulan.

PEMUKIMAN

PERKANTORAN
N
NIAGA/JASA

LOKASI TAPAK

Gambar 2.2-2 Zoning tapak

2.3 Studi Banding


2.3.1 Starlight Place, China

Starlight Place, pusat perbelanjaan terbaru yang dirancang oleh Aedas, secara resmi
membuka pintunya bagi pelanggan di Chongqing, RRC bulan lalu. Dengan bentuk sudutnya
yang tidak biasa dan dinamis, mal ikonik telah menjadi salah satu dari beberapa landmark di
kota sejak penyelesaiannya yang semakin cepat dalam perkembangannya. Chairman Keith
Griffiths, General Manager di Greater China Ken Wai, Direktur Eksekutif Ping Xu dan
lainnya berada di kota yang sedang booming ini untuk bergabung dengan upacara pembukaan
yang disemangati oleh pejabat pemerintah dan selebriti.

11
Gambar 2.3.1 Starlight Place, China
sumber: Archdaily

Gambar 2.3-2. Starlight Place Eksterior


sumber: Archdaily

Desain arsitektur juga merespon kondisi iklim Chongqing yang berbeda yang
benar-benar dianalisis dan dipertimbangkan. Misalnya, tidak seperti kota-kota
Cina lainnya, Chongqing memiliki sinar matahari langsung yang sangat sedikit
sehingga Starlight Place dapat memiliki skylight atrium kaca yang murah hati
untuk membawa cahaya matahari masuk jauh ke dalam ruang-ruang publik pusat
perbelanjaan. Desain lanskap sangat dipengaruhi oleh arsitektur pusat
perbelanjaan dan dengan demikian mengambil banyak bentuk dan pola sudut yang
sama. Paving pattern, signage, dan karya seni patung semuanya menampilkan
tema. Sebagai kontras yang menarik, konsep desain Interior oleh Aedas Interiors
adalah reaksi terhadap keberanian sudut arsitektur eksternal.

Konsepnya ‘berlawanan’– interior mal melengkapi desain sudut yang kuat dari
eksterior dengan memilih bentuk yang lembut dan montok, sengaja menghindari
tepi tajam. Ini juga mewakili sisi lembut dan lembut dari kepribadian dan sifat
masyarakat Chongqing. Palet warna juga lebih lembut dan kurang mencolok

12
daripada eksterior. Kualitas desain dipuji oleh daftar penyewa di Starlight Place
yang telah menetapkannya sebagai tujuan utama pembeli interior di distrik barat
selatan Chongqing, dan bersama dengan kaca skylight 4000 m² dan hampir 3000
ruang parkir, Starlight Place memiliki dipuji sebagai mal yang paling ditunggu di
Chongqing.

2.3.2 Cybertecture Egg, Mumbai


Studi banding tema ini dilakukan pada objek bangunan Cybertecture Egg yang
terletak di Mumbai, India. Bangunan ini merupakan bangunan perkantoran yang
terdiri dari 13 lantai, dengan luas 32.000 m2dengan konsep Hi-Tech Architecture.
Desain gedung Cybertecture Egg ini menganut sistem intelijen provokatif di
India dengan kantor yang berbentuk telur cybertecture. Konsep bangunan ini
terinspirasi dengan melihat dunia seperti halnya planet sebagai sebuah ekosistem yang
memungkinkan kehidupan berkembang.
Konsepnya ialah bangunan ini seolah-olah seperti planet bumi, dimana
mempertimbangkan dunia sebagai ekosistem berkelanjutan adalah berasal dari
cybertecture terpadu yang berkembang untuk memberikan bangunan terbaik penghuni
ruang saat bekerja dalam gedung. Hal baru lainnya ialah adanya serangkaian inovatif
sistem seperti ‘kesehatan cybertecture’ di dalam kamar mandi yang dirancang untuk
melacak kesehatan penghuni termasuk tekanan darah dan berat badan.

Gambar 2.3-3Cybertecture Egg,Mumbai


sumber: Archdaily

13
Gambar 2.3-4 Eksterior Cybertecture Egg, Mumbai
sumber: Google Image, 2018

Grid strukturalnya menggunakan node baja solid untuk menciptakan struktur


yang tahan api. Bangunan ini seperti habitat palsu yang dapat mengurangi
penggunaan tenaga surya bangunan, lalu 14irri1414en langit atau biasa disebut roof
garden. Panel PV akan dipasang di atas gedung dan turbin angin di roof garden akan
menghasilkan listrik. Sebuah sistem penyaringan air juga akan dimasukan kedalam
bangunan untuk mendaur ulang air limbah untuk pembilasan dan irigasi.

Gambar 2.3-5 Gambar Interior bangunan


sumber: Google Image, 2018
2.4 Studi Literatur
2.4.1 Karakteristik dan Tinjauan Umum Pusat Perbelanjaan
Secara Umum pusat perbelanjaan mempunyai pengertian sebagai suatu wadah
dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat selain
berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jul beli, juga
sebagai tempat untuk berkumpul atau berkreasi (relax). (Bendington 1982 ; P.28)
2.5 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan

2.5.1 Klasifikasi Tipologi Bangunan

a. Berdasarkan Skala Pelayanan


Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu :

14
a) Pusat perbelanjaan local (neighborhood center), pusat perbelanjaan kelas
ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi 5.000 sampai 40.000
penduduk (skala lingkungan), dengan luas bangunan berkisar antara 2.787-
9.290 m². Unit penjualan terbesar pada pusat perdangan golongan ini adalah
supermarket.
b) Pusat perbelanjaan distrik (community center), pusat perbelanjaan kelas ini
mempunyai jangkauan 40.000 sampai 150.000 penduduk (skala wilayah),
dengan luas bangnan berisar antara 9.290-27.870 m². Unit-unit
penjualannya terdiri atas junior department store, supermarket dan toko-
toko.
c) Pusat perbelanjaan regional (main center), pusat perbelanjaan kelas ini
mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah dengan 150.000 sampai
400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870-92.990 m². Pusat
perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department storedan 50-100 toko
retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi daerah 15irri15.
b. Berdasarkan Arsitektural
Menurut Maithland dalam Yempormase (2013:11) dijelaskan bahwa
terdapat tiga bentuk umum mall dengan keuntungan dan kerugiannya masing-
masing, berikutmerupakan rangkuman dari sumber tersebut :
a) Open Mall(mall terbuka), adalah mall tanpa pelingkup. Keuntunganya
adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih
murah. Kerugianya berupa kendala iklim dan cuaca (climatic control)
(berpengaruh terhadap kenyamanan) dan kesan pewadahan kurang.
b) Enclosed Mall(mall tertutup), adalah mall dengan pelingkup. Keuntunganya
berupa kenyamanan (climatic control). Kerugiannya adalah biaya mahal
dan kesan ruang kurang jelas.
c) Integrated Mall(mall terpadu), adalah penggabungan mall terbuka dan
tertutup. Biasany berupa mall tertutup dengan akhiran mall terbuka. Hal ini
juga merupakan salah satu solusi climatic control.

Berdasarkan keterangan sumber ini maka bentuk yang paling menjawab


solusi ruang mall adalah semi open mall, karena dapat memberikan pilihan
ruang yang lebih dinamis antararuang dalam dan ruang luar, namun akan
memerlukan luasan tapak yang lebih besar daripadaclosed mall.

15
c. Berdasarkan Lokasi
 Pasar (Market), merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los,
toko, kios, dan sebagainya) yang berada di suatu area tertentu pada suatu
wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka ataupun berada di
dalam bangunan, biasanya berada dekat kawasan pemukiman, merupakan
fasilitas perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan (biasanya sehari-hari)
masyarakat di sekitarnya.
 Shopping Street merupakan pengelompokan sarana perbelanjaan yang terdiri
dari deretan toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area
perbelanjaan ini merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu
penggal jalan. Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di
kawasan-kawasan wisata, tau kawasan pertokoan yang menarik dikunjungi
wisatawan.
 Shopping Precint merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap
pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh di
dekat objek atau kawasan wisata. Contohnya yaitu Nakamise-dori, Senso-ji’s
temple precint’s shopping street, Asakusa, Tokyo, Jepang.
 Shopping Center merupakan pengelompokkan fasilitas perbelanjaan (toko dan
kios) yang berada di bawah satu atap. Pada shopping center, barang yang
diperdagangkan didominasi oleh kebutuhan sekunder dan tersier, sedangkan
pada jenis pasar, barang yang diperdagangkan terutama didominasi oleh
kebutuhan pimer manusia. Shopping center secara khusus mempunyai pola
visual dan sirkulasi yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk berjalan
mengelilinginya, bahkan tidak hanya mencakup kompleks yang berukuran
besar berskala monumental, tetapi juga berskala manusia.
 Departement Store merupakan wadah perdagangan eceran besar dai berbagai
jenis barang yang berada di bawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi
masih menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan
mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata
letak khusus yang memudahkan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses. Luas
lantainya berkisar antara 10.000 m² sampai 20.000 m².

16
 Supermarket merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari
dengan cara pelayanan mandiri (self service). Pemilihan dan pencarian produk
dilakukan secara mandiri oleh konsumen. Pelayan hanya digunakan untuk
membntu proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual pada toko
jeis ini kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan. Luas
lantainya berkisar antara 1.000 sampai dengan 2.500m². Setiap supermarket
mempunyai sekuen kejadian, diawali dengan masuknya konsumen sehingga
proses pembelian, pembayaran dan perginya konsumen. Sekuen kejadian ini
perlu dikaji melalui sebuah program yang termasuk di dalamnya adalah
perilaku pembeli dan penjual seperti disampaikan dalam Lang(1987:114).
 Superstore merupakan pusat perdagangan dengan luas area penjualan lebih
dari 2.500 m². Pada umumnya superstore berkisar antara 5.000 m² sampai
dengan 7.000 m². Superstore ini menempati satu lantai bangunan dan terletak
di pusat kota. Sistem pelayanan yang digunakan adalah system self timer.
Oleh karena sistem pelayanannya mandiri, perlu penataan dan
pengelompokkan barang yang jelas sehingga memudahkan pembeli
menemukan barang yang diinginkan.
 Hypermarket merupakan bentuk perluasan dari superstore, dengan luas lantai
minimum 5.000 m². Hypermarket merupakan symbol perdagangan di suatu
kota-kota, karena tempat tersebt mencerminkan adanya kecenderungan
penduduk yang mengikuti trend perdagangan dengan munculnya produk-
produk yang ditawarkan. Sistem penjualannya pun dibedakan antara pembeli
eceran dan pembei system grosir. Pada hypermarket yang bergabung dengan
plaza atau shopping park, kecenderungannya adalah ruangan untuk
hypermarket diletakkan di area paling belakang karena membutuhkan lahan
bangnan yang paling luas sehingga tidak menutupi area retail atau counter lain
yang luasannya lebih kecil.
 Shopping mall merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau
sekumpulan sistem dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk
pejalan kaki. Jadi mall dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang
terpisah dari lalu lintas umum, teapi memiliki akses mudah terhadapnya,
sebagai tempat berjalan-jalan, duduk-duduk, bersantai, dan dilengkapi dengan
17irri17-unsur dekoratif untuk melengkapi kenyamanan.

17
2.5.2 Klasifikasi Kebutuhan Ruang
a. Berdasarkan Kebutuhan Barang
Barang merupakan obyek yang diperjual belikan dalam dunia perdagangan,
sehingga kemudian muncul pusat-pusat perbelanjaan (Nusadarifa, 1989). Dalam
Nusadarifa (1989:21) disebutkan bahwa jika dilihat dari karakteristiknya, jenis
barang yang dijual pada pusat perbelanjaan dapat dibedakan menjadi empat (4)
yaitu :
1) Convenience Goods, merupakan barang kebutuhan sehari-hari.
2) Specialty Goods, merupakan jenis barang tertentu seperti benda-benda anti
dan koleksi.
3) Shopping Goods, merupakan barang yang dibutuhkan bulanan atau
musiman.
4) Impulse Goods, merupakan barang yang tidak terlalu dibutuhkan atau dicari
oleh pengunjung.

Berdasarkan sumber ini maka jenis barang yang dominan dijual dalam mall
adalah convenience goods yang merupakan kebutuhan sehari-hari seperti pakaian,
makanan dan minuman dan shopping goods yang merupakan kebutuhan musiman
seperti gadget, elektronik dan peralatan olahraga.

b. Berdasarkan Sistem Pelayanan


Menurut Swasta dan Sukotjo (1988) diesbutkan bahwa pedagang adalah
suatulembaga atau individu yang melakukan usaha kegiatan menjual barang
kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi yang bersifat non bisnis.
Sehubungan dengan sumber di atas, maka pedagang dalam mall
merupakanpenyewa dari sebuah tempat/kios yang dikelola oleh pengelola mall
Secara terperinci, fungsi-fungsi dan kegiatan yang dilakukan pedagang dalam mall
ini adalah sebaga berikut : pengangkutan,penyimpanan, pembelanjaan, mencari
konsumen, menjalankan kegiatan promosi memberikan promosi dan informasi,
melakukan pengepakan dan pembungkusandanmengadakan penyortiran.
Dalam melaksanakan transaksi jual beli, ada tiga macam pelayanan yang
diberikan dari pedagang kepada pembeli, diterjemahkan dari Beddington (1982:6),
yaitu :

18
1) Self Service (swalayan) yaitu pengunjung memilih dan mengambil sendiri
barang barang yang hendak di beli dari rak-rak yang tersedia, lalu
membawanya ke kasir untuk dibayar.
2) Self Selection (swapilih) dimana pembeli dapat memilih langsung barang yang
dibeli lalu menyerahkannya kepada pramuniaga untuk dibuatkan bukti
pembelian.
3) Personal Service (pelayanan pribadi) dimana pembeli akan mendapatkan
pelayanan sepenuhnya dari pramuniaga dalam arti juga dapat berkonsultasi,
misalnya pada toko pakaian.
Berdasarkan sumber ini, maka jenis pelayanan yang digunakan dalam mall
dapat disesuaikan menurut sistem penjualan, akan tetapi sistem yang paling tepat
dari aktivitas mall adalah self service (swalayan). Hal ini dikarenakan sistem ini
memberikan keleluasaanpenuh kepada pelanggan untuk menentukan sendiri
barang yang dikehendaki maupun untukaktivitas window shopping serta lebih
efisien dalam penyediaan tenaga pelayan.
c. Berdasarkan Sistem Transaksi
Berdasarkan sistem transaksinya, sebuah pusat perbelanjaan dapat dbedakan
sebagai berikut :
 Toko Grosir
Adalah toko yang menjual barang dalam partai besar. Barang-barang tersebut
biasanya disimpa di gudang atau di tempat lain, sedangkan yang ada di toko
grosir hanya contohnya. Oleh karena penjualan dilakukan dalam partai besar,
biasanya etalase pada toko grosir hanya memerlukan tempat yang relatif kecil,
sedangkan bagian terbesarnya adalah gudang atau tempat penyimpanan
persediaan. Aktifitas lain yang juga tidak kalah penting pada toko seperti ini
adalah pengepakan. Oleh karena penjualannya dilakukan dalam jumlah besar
sekaligus, maka pengepakan memerlukan ruang tersendiri yang juga relative
besar,yaitu ruang dropping barang. Area ini sebaiknya berdimensi cukup besar
yang memungkinkan kendaraan pengangkut barang berhenti pada proses
pembongkaran atau pemuatan barang belanjaan.
 Toko Eceran
Menjual barang dalam partai kecil atau per satuan barang.Toko eceran lebih
banyak menarik pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi.Pada

19
toko semacam ini, area display barang dagangan memerlukan ruang dengan
dimensi yang relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan yang
tinggi.Sebaliknya, gudang mungkin hanya memerlukan area dengan dimensi
yang lebih kecil.Area dropping barang merupakan area vital pada toko jenis
ini.
2.5.3 KlasifikasiPengguna (User)
a. Berdasarkan Kelas Pembeli/Penjual
Berdasarkan kelasnya pengunjung yang dikategorikan sebagai pembeli/penjual
dapat dbedakan menjadi 3, yaitu :
a) Kelas atas, kelas ini ditandai oleh besarnya kekayaan, pengaruh baik dalam
20 irri 20 -sektor masyarakat perseorangan ataupun umum, berpenghasilan
tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga.
b) Kelas menengah, kelas ini di tandai oleh tingkat pendidikan yang
tinggi,penghasilan dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja
keras, pendidikan, kebutuhan menabung dan perencanaan masa depan, serta
mereka dilibatkan dalam kegiatan komunitas.
c) Kelas bawah, kelas ini biasanya terdiri dari kaum buruh
kasar,penghasilannya pun relatif lebih rendah sehingga mereka tidak mampu
menabung, lebih berusaha memenuhi kebutuhan langsung daripada memenuhi
kebutuhan masa depan, berpendidikan rendah, dan penerima dana
kesejahteraan dari pemerintah.
b. Berdasarkan Gender
Terdapat beberapa mall yang memenuhi kebutuhannya berdasarkan gender
dan dibagi menjadi 3 yaitu :
 Mall yang mayoritas memenuhi kebutuhan pria.
 Mall yang mayoritas memenuhi kebutuhan wanita.
 Mall yang mayoritas memenuhi kebutuhan pria dan wanita.
c. Berdasarkan Usia
 Anak – Anak
 Remaja
 Dewasa
 Lansia
 Semua Umur

20
d. Sasaran Pengguna
a) Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu
:Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin /berulang 21irri21 kebutuhan
berbelanja makanan. Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi,
desain, harga, layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang akan
dibeli.
b) Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan
mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan
kegiatan jual beli.
c) Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang
bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang terdapat
dalam pusat perbelanjaan.Pengelola shopping center hanya meliputi dan
behubungan dengan bangunan yang dikelola tidak termasuk pengelola yang
ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri :
 Manager (manager/pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan(decision making) tingkat
atas.
 Administration (administrasi)
Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang berhubungan dengan
administrasi kantor.
 Marketing team (Tim marketing)
Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran. Berhasil tidaknya
shopping center tergantung pada marketingnya.Marketing sering
dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
 Cleaning service
Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan kebersihan
gedung.
 Maintenance Building Service (Perawatan gedung)

21
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap perawatan gedung
yang meliputi utilitas dan struktur gedung.
 Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap keamanan lingkungan
bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan dan lain-lain.
2.6 Karakteristik dan Tinjauan Umum Pusat Perbelanjaan

Fasilitas pendukung pada pusat perbelanjaan yaitu :


2.7 Fasilitas Perbelanjaan
Berdasarkan lingkup pelayanan skala regional (150.000-400.000) fasilitas
katagori ini meliputi 50-100 unit retail, supermarket dan 22irri2222ent store.

b. Fasilitas Rekreasi
Fasilitas yang biasanya ada dibedakan menurut :
 Kesenangan meliputi Foodcourt, restaurant, fast food, dan kafe.
 Hiburan meliputi Bioskop, auditorium, community center, meeting
point
 Ketangkasan meliputi arena permainan dan game.
 Keagamaan meliputi masjid.
2.8 Karakteristik Pusat Perbelanjaan
Karakteristik shopping center antara lain:
 Koridor : tunggal
 Lebar koridor : 8-16 meter
 Jumlah lantai : maks. 3 lantai
 Entrance : Dapat dicapai dari segala arah
 Atrium : Di sepanjang koridor
 Magnet Anchor Tenant : 100-200 meter
 Basement merupakan alternative penting yang lain.

22

Anda mungkin juga menyukai