Disusun oleh :
Konteks
Aktor/Pelaku
Individu
Grup
Organisasi
Isi/konten Proses
Gambar 1.1 Segitiga Analis Kebijakan: Sumber: Walt and Gilson (1994)
3. Faktor Budaya
a. Adanya mitos salah kaprah dimasyarakat yang menganggap bahwa menyusui
merupakan perilaku primitif
b. Adanya sikap yang tidak mendukung ASI eksklusif contohnya memberikan susu
formula ataupun makanan padat/sereal kepada bayi sebelum usia 6 bulan dengan
anggapan agar bayi menjadi cepat kenyang.
c. Adanya anggapan dimasyarakat jika bayi menangis menandakan bayi tersebut
lapar, sehingga harus diberi makan. Pemberan ASI saja dianggap tidak cukup untuk
bayi dan bila sudah diberi makan bayi tersebut akan diam dan cepat tidur. Dalam
hal ini adanya rasa iba kepada bayi sehingga bayi diberi makan agar berhenti
menangis.
d. Terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan pada bayi baru lahir,
contohnya sebagian masyarakat yang mengolesi madu dan air gula pada mulut bayi
yang baru lahir agar mulut bayi bersih dan berguna untuk memebri tenaga pada
bayi baru lahir. Kebiasaan tersebut dilakukan turun-temurun dan diyakini benar
oleh masyarakat.
e. Terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan pisang emas pada bayi baru lahir
agar bayinya nanti menjadi anak yang baik seperti filosofi pisang emas.
f. Terdapat pula budaya positif yang mendukung kebijakan ASI eksklusif yaitu
menghargai nasehat orang tua, dimana ibu bayi memberikan ASI eksklusif pada
anaknya karena mengikuti nasihat dan saran dari orang tua ataupun mertuanya.
C. Aktor/Pelaku
Dalam kebijakan pemeberian ASI eksklusif adapun aktor yang berperan untuk terbentuknya
dan berjalannya kebijakan yaitu:
D. Proses
Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun,
dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi.
Awalnya ada kesepakatan internasional yaitu Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun
1990 yang menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan perlindungan dan
dorongan kepada ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif kepada bayinya. Kemudian
pada tahun 1981 tentang Kode Internasional Pemasaran PASI diadopsi oleh WHA (World
Health Assembly). Pada peringatan Hari Ibu ke 62 tahun 1990 Pemerintah dan Presiden RI
mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI. Tahun 1997 terbit
Kepmenkes No. 237 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI), diikuti oleh
pencanangan Gerakan Masyarakat Peduli ASI pada tanggal 5 Agustus 2000. Tahun 2004
Kepmenkes No.450 mencanangkan tentang Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia
dibuah dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Kemudian disusunlah kebijakan yang tercantum pada
PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Pada saat Peraturan Pemerintah ini
mulai berlaku, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif dinyatakan
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
ini. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2012. Dalam
Pelaksanaannya strategi program diupayakan dilakukan dalam sistem yang terpadu,
berjenjang dan berkesinambungan.