Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN

SEGITIGA ANALISIS KEBIJAKAN:


“PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012
TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF”

Disusun oleh :

Wella Atika (20/466232/PKU/18859)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Segitiga Analisis Kebijakan Kesehatan di Bidang Gizi

”Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif”

Konteks

Aktor/Pelaku
 Individu
 Grup
 Organisasi

Isi/konten Proses

Gambar 1.1 Segitiga Analis Kebijakan: Sumber: Walt and Gilson (1994)

Kebijakan terkait pemberian ASI eksklusif diatur pada Peraturan Pemerintah No 33


Tahun 2012
A. Konteks
Merupakan faktor-faktor sistematis meliputi politik, ekonomi, sosial, dan budaya baik dalam
lingkup nasional maupun internasional yang mampu mempengaruhi kebijakan kesehatan.
1. Faktor situasional:
Adapun Faktor situasional yang mempengaruhi kebijakan Pemberian ASI Eksklusif yaitu:
a. Masih rendahnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat sehingga menyebabkan
kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif.
b. Kurannya dukungan program ASI Eksklusif di Tempat Kerja
c. Masih kurangnya tempat untuk memberikan ASI ataupun memerah ASI di tempat
kerja dan fasilitas umum
d. Status sosial ekonomi yang justru mendukung berjalannya kebijakan pemberian ASI
eksklusif karena pada masyarakat yang kurang mampu tidak dapat membeli susu
formula yang harganya mahal sehingga memilih untuk memberikan ASI eksklusif
pada anak
e. kesulitan akses media massa pada masyarakat pedalaman sehingga sulit
mendapatkan informasi dan edukasi terkait ASI eksklusif
f. Maraknya promosi susu formula di berbagai media dan fasilitas kesehatan
2. Faktor Struktural
Adapun Faktor struktural yang mempengaruhi kebijakan Pemberian ASI Eksklusif yaitu:
Bukti meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada anak yang dipublikasikan
mungkin hanya dipublikasikan diantara kelompok tertentu seperti tenaga kesehatan
Sehingga kurang diketahui oleh masyarakat

3. Faktor Budaya
a. Adanya mitos salah kaprah dimasyarakat yang menganggap bahwa menyusui
merupakan perilaku primitif
b. Adanya sikap yang tidak mendukung ASI eksklusif contohnya memberikan susu
formula ataupun makanan padat/sereal kepada bayi sebelum usia 6 bulan dengan
anggapan agar bayi menjadi cepat kenyang.
c. Adanya anggapan dimasyarakat jika bayi menangis menandakan bayi tersebut
lapar, sehingga harus diberi makan. Pemberan ASI saja dianggap tidak cukup untuk
bayi dan bila sudah diberi makan bayi tersebut akan diam dan cepat tidur. Dalam
hal ini adanya rasa iba kepada bayi sehingga bayi diberi makan agar berhenti
menangis.
d. Terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan pada bayi baru lahir,
contohnya sebagian masyarakat yang mengolesi madu dan air gula pada mulut bayi
yang baru lahir agar mulut bayi bersih dan berguna untuk memebri tenaga pada
bayi baru lahir. Kebiasaan tersebut dilakukan turun-temurun dan diyakini benar
oleh masyarakat.
e. Terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan pisang emas pada bayi baru lahir
agar bayinya nanti menjadi anak yang baik seperti filosofi pisang emas.
f. Terdapat pula budaya positif yang mendukung kebijakan ASI eksklusif yaitu
menghargai nasehat orang tua, dimana ibu bayi memberikan ASI eksklusif pada
anaknya karena mengikuti nasihat dan saran dari orang tua ataupun mertuanya.

4. Faktor internasional atau exogeneous


a. Adanya dukungan dan rekomendasi pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai
berusia 6 bulan oleh WHO dan UNICEF.
b. Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun 1990 menyatakan bahwa setiap negara
diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil
menyusui secara eksklusif kepada bayinya.
c. WHO dan UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk strategi Nasional
pemberian makanan bayi dan anak yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012.
B. Isi/Konten
1. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 yang diundangkan sekaligus mulai berlaku
pada tanggal 1 Maret 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Kebijakan ini terdiri dari 10
bab, 43 pasal dengan total 55 ayat, dan mengatur 7 hal pokok, yaitu
a. Tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota;
b. Air Susu Ibu;
c. Penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya;
d. Tempat kerja dan tempat sarana umum;
e. Dukungan masyarakat
f. Pendanaan;
g. Pembinaan dan pengawasan

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 2 disebutkan bahwa


Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:
a. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
b. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya; dan
c. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

C. Aktor/Pelaku

Dalam kebijakan pemeberian ASI eksklusif adapun aktor yang berperan untuk terbentuknya
dan berjalannya kebijakan yaitu:

a. Pemerintah: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Menteri Kesehatan


Tenaga Kesehatan dan Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b. Ibu bayi/pengasuh
c. Keluarga: suami, anak maupun anggota keluarga lainnya
d. Instalasi tempat Kerja dan Penyelenggara tempat sarana umum
e. Masyarakat
f. Kader Posyandu
g. produsen atau distributor Susu Formula Bayi

D. Proses
Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun,
dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi.
Awalnya ada kesepakatan internasional yaitu Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun
1990 yang menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan perlindungan dan
dorongan kepada ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif kepada bayinya. Kemudian
pada tahun 1981 tentang Kode Internasional Pemasaran PASI diadopsi oleh WHA (World
Health Assembly). Pada peringatan Hari Ibu ke 62 tahun 1990 Pemerintah dan Presiden RI
mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI. Tahun 1997 terbit
Kepmenkes No. 237 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI), diikuti oleh
pencanangan Gerakan Masyarakat Peduli ASI pada tanggal 5 Agustus 2000. Tahun 2004
Kepmenkes No.450 mencanangkan tentang Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia
dibuah dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Kemudian disusunlah kebijakan yang tercantum pada
PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Pada saat Peraturan Pemerintah ini
mulai berlaku, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif dinyatakan
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
ini. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2012. Dalam
Pelaksanaannya strategi program diupayakan dilakukan dalam sistem yang terpadu,
berjenjang dan berkesinambungan.

Buku: Kebijakan Pembiayaan dan Fragmentasi Sistem Kesehatan


Laksono Trisnantoro halaman 117

Anda mungkin juga menyukai