Anda di halaman 1dari 2

RESUME JURNAL

1.Judul jurnal:
Analisis Spasial Kejadian Penyakit Leptospirosis di Kabupaten Sleman Provinsi
DIY Tahun 2011
2.Latar Belakang:
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang manusia
dan hewan dimana penularannya disebabkan oleh bakteri leptospirosis yang
patogen. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi DIY Tahun 2011 jumlah kasus
kematian/CFR tertinggi karena leptospirosis dikota Yogyakarta 17,95 %,
Kabupaten Gunung Kidul 5,56 %, Kabupaten kulon progo 5,78% dan kejadian
terendah di Sleman 4,41 %. Meskipun Kabupaten Sleman angka CFR nya karena
leptospirosis terbilang rendah namun masih diatas CFR secara nasional yaitu 2,516,45% serta daerah Sleman merupakan daerah endemis penyakit Leptospirosis
dengan kecendrungan terjadi peningkatan sementara usaha penanggulangan di
Kabupten Sleman hanya terbatas penyuluhan dan pengobatan pada penderita,
sedangkan pencarian penderita dan mencegah faktor-faktor resiko terjadinya
penularan belum dilakukan.
3.Tujuan:
Untuk menganalisis kejadian dari penyakit leptospirosis spasial dan faktor
resiko di Kabupaten Sleman Provinsi DIY pada tahun 2011.
4.Metode Penelitian:
Menggunakan penelitian deskriftif kuantitatif dengan menggambarkan dan
memetakan kejadian leptospirosis di Kabupaten Sleman Provinsi DIY tahun 2011.
Populasi pada penelitian adalah 61 orang yang terdata mengalami leptospirosis
namun telah sembuh di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tahun
2011.
5.Hasil dan Pembahasan:
A. Hasil Penelitian:
Faktor resiko lingkungan kejadian penyebab leptospirosis yang diteliti adalah:
1.Kepemilikan hewan peliharaan.
Jumlah responden yang memiliki hewan peliharaan sebanyak 45 responden
(73,8%), dan
jumlah responden yang tidak memiliki 16 responden (26,2%).
2.Keberadaan tikus.
Responden yang dilingkungannya terdapat tikus sebanyak 54 responden
(88,5%) yang tidak
terdapat ada 7 responden (11,5%).
3.Keberadaan Vegetasi.
Responden yang dilingkungan tempat tinggalnya memiliki banyak vegetasi
sebanyak 61 orang
(100%) yang tidak terdapat vegetasi tidak ada yaitu (0%)
4.Keberadaan parit/selokan.
Responden yang disekitar rumahnya tedapat parit/ selokan ada 47
responden (77%) dan yang

tidak 14 responden (23%).


B. Pembahasan:
Analisis spasial yang dilakukan pada faktor resiko lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Responden yang terkena leptospirosis mayoritas memiliki hewan
peliharaan. Hal ini terbukti bahwa dibeberapa daerah tropis paparan
leptospirosis tersebar pada manusia karena infeksi hewan ternak, hewan
rumah maupun hewan liar, sehingga peternak harus lebih waspada.
2. Responden yang tertular leptospirosis mayoritas yang dilingkungan
rumahnya terdapat banyak tikus. Hal ini karena tikus dikategorikan
sebagai reservoir bakteri leptospira yang sangat potensial, karena lebih
dari 50% tikus mengeluarkan bakteri leptospira melalui urinnya secara
terus menerius selama hidupnya.
3. Responden yang tertelur leptospirosis mayoritas tempat tinggalnya
banyak memiliki vegetasi. Hal ini membuktikan bahwa leptospirosis terjadi
di lokasi dengan 3 jenis vegetasi atau lebih yang menjadi tempat potensial
sebagai habitat tikus.
4. Responden yang tertular leptospirosis mayoritas ditempat tinggalnya ada
parit/ selokan. Hal ini karena proses penularan leptospirosis melalui
selokan, intinya pada saat air selokan yang diduga telah terkontaminasi
urin tikus atau hewan peliharaan lain terinfeksi leptospira dan responden
kontak dengan air selokan tersebut.
6.Kesimpulan:
1. Analisis spasial terhadap faktor resiko lingkungan menunjukan sebagian
besar leptospirosis
terjadi dilokasi dengan kepemilikan hewan peliharaan, ditempat yang
terdapat tikus, dilokasi
dengan 3 jenis vegetasi, juga ditempat yang banyak selokan ataupun parit
meski belum
terpenuhnya terbukti.
2. Dinas kesehatan perlu memberikan peringatan dini tentang faktor resiko
penyebab penularan
leptospirosis agar pemberantasan penyakit bisa optimal.

Anda mungkin juga menyukai