Pemimpin panutanku
Peluh yang bercucuran
Tak goyahkan semangatmu
Kami terus mendukungmu
Agar kau terus bersemangat
Pemimpin panutanku
Rekam jejak mu selalu menjadi sorotan
Banyak prestasi yang telah kau raih
Sikap mu yang baik patut ditiru
Inilah pemimpin panutanku
18. Pertanyaan 18. Pemimpin
Berdasarkan puisi berjudul “Pemimpin”, mengapa pemimpin harus memiliki rekam
jejak yang bagus ? Berilah tanda centang (√) yang menunjukan jawaban dari pernyataan
tersebut (jawaban dapat lebih dari satu).
Rekam jejaknya memengaruhi tugas yang akan diemban.
Rekam jejaknya selalu menjadi sorotan.
Rekam jejaknya merupakan prestasi.
Sikapnya selalu menjadi panutan.
19. Pertanyaan 19. Pemimpin
Berdasarkan puisi berjudul “Pemimpin”, berilah tanda centang (√) pada sikap yang
dapat ditiru dari pemimpin (jawaban dapat lebih dari satu).
Melaksanakan tugas dengan tulus dan ikhlas.
Bersemangat dalam melaksanakan tugas.
Tidak berani mengambil keputusan.
Selalu berprestasi.
20. Pertanyaan 20. Pemimpin
Setelah membaca puisi berjudul “Pemimpin”, apa hal baru yang bisa ditiru jika kamu
menjadi seorang pemimpin ? Jelaskan jawabanmu.
Bacalah teks berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 21 – 26.
Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin merupakan salah satu pahlawan nasional yang menjadi kebanggan
masyarakat Sulawesi Selatan. Beliau terkenal akan kegigihannya mengusir penjajah
sehingga dijuluki “De Haantjes van Het Osten” oleh Belanda yang artinya Ayam
Jantan dari Timur. Sultan Hassanudin lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 12 Januari
1631 dan wafat pada usia 39 tahun di Gowa, Sulawesi Selatan pada 12 Juni 1670.
Beliau adalah Raja Gowa ke – 16 yang terlahir dengan nama Muhammad Bakir I
Mallombasi Daeng Mattwang Karaeng Bonto Mangape. Sultan Hassanudin memerintah
Kerajaan Gowa mulai tahun 1653 sampai tahun 1669. Kerajaan Gowa merupakan
kerajaan besar di wilayah Indonesia timur yang menguasai jalur perdagangan. Ilmu
berpolitik, diplomasi, ilmu pemerintahan, dan perundingan – perundingan penting.
Sultan Hassanudin berteman dengan semua kalangan, mulai dari rakyat jelata maupun
orang asing yang membuatnya sering dipercaya menjadi utusan ayahnya untuk
mengunjungi daerah dan kerajaan lain.
Pada pertengahan abad ke – 17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli
perdagangan rempah – rempah di Maluku. Kompeni Belanda memaksa petani rempah
menjual hasil panennya dengan harga yang sudah mereka tetapkan. Selain itu, kompeni
menyuruh petani menebang pohon pala dan cengkih di beberapa tempat, agar rempah –
rempah yang dipanen tidak terlalu banyak. Sultan Hassanudin yang mengetahui hal
tersebut tentu menentang. Sultan Hassanudin pun mengajak pihak Belanda untuk
bernegosiasi. Akan tetapi, Belanda tidak setuju karena akan berpengaruh pada besarnya
keuntungan mereka.
Belanda menolak negosiasi dengan Sultan Hassanudin sehingga Belanda menyerang
Kerajaan Gowa. Pertempuran antara Belanda dan Kerajaan Gowa pun tidak dapat
dihindari. Pertempuran ini berlangsung cukup lama. Akhirnya, Kerajaan Gowa terdesak
dan semakin lemah sehingga Sultan Hassanudin terpaksa menandatangani Perjanjian
Bongaya pada tanggal 18 November 1667 di Bongaya. Kerajaan Gowa yang merasa
dirugikan, mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali terjadi pada tahun 1669.
Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa, yaitu Benteng Sombaopu pada
tanggal 24 Juni 1669. Setelah pertempuran tersebut, Sultan Hassanudin wafat pada
tanggal 12 Juni 1670.
Berdasarkan sejarah kepahlawanan Sultan Hassanudin, beliau dapat kita jadikan sebagai
tokoh idola. Kita perlu meneladani sikap kepahlawanan yang dilakukannya selama
hidupnya. Misalnya, mau berteman dengan siapa saja tanpa memnedakan – bedakan
status social, mengajak bernegosiasi untuk kepentingan bersama, serta membela tanah
air dan pantangan menyerah.
Sumber : http://www.biografi.co.id/2020/08/biografi-sultan-hassanudin-ayam-
jantan.html, dengan penyesuaian.