Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Muhammad Joei Baehaki

KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)


NIM : 195020400111025

1. Dalam suatu perekonomian negara, pertumbuhan perekonomian lah yang menjadi tolak
ukur seberapa besar pencapaian perekonomian suatu negara. Salah satu penggerak bagi
pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional tidak luput
dengan system ekspor dan impor, kali ini ada beberapa penjelasan tentang system
pengiriman barang atau ekspor barang dalam perdagangan internasional.
Sebelum lanjut, hal yang utama yang ditentukan dalam proses ekspor adalah proses
transaksinya. Contohnya ada Namanya FOB, CFR, CIF, DDP, FAS dan sebagainya yang
menunjukkan kapan tanggung jawab dan kewajiban biaya oleh si pengekspor berakhir
(supplier).
 jika pemasok memakai FOB (Free on Board) maka pembelian barang dimana
semua Biaya Pengiriman atau O/F (Ocean Freight), Asuransi dan Harga Barang
dibayarkan setelah kapal sampai di pelabuhan bongkar.
 CFR (Cost and Freight) adalah term penyerahan barang dimana pemasok
menyerahkan barang setelah barang melewati batas pagar kapal di pelabuhan
pengapalan dalam keadaan sudah mendapat izin ekspor, tetapi biaya
pengangkutan sampai ke pelabuhan tujuan tetap menjadi kewajiban Pemasok.
 CIF (Cost Insurance and Freight) adalah sistim pembelian barang dimana Biaya
Pengiriman, Asuransi dan Harga Barang Anda bayarkan sebelum kapal berangkat
di pelabuhan muat.
 DDP (Delivered Duty Paid) adalah term penyerahan barang dimana Pemasok
harus menyerahkan barang di suatu tempat yang Anda tunjuk dan berada di
dalam wilayah kewenangan Anda dengan kondisi seluruh formalitas kepabeanan
telah diselesaikan oleh Pemasok (door to door service).
 FAS (Free Alongside Ship) adalah term penyerahan barang dimana Pemasok
wajib menanggung biaya dan resiko sampai dengan penyerahan barang disamping
kapal di pelabuhan pengapalan dalam keadaan yang sudah mendapat izin ekspor,
dan sebagainya.

Secara umum ada beberapa tahapan yang berisi tetang tata cara dan hal-hal yang
dilakukan secara matang dari teknis maupun administrasi dalam proses transaksi dari
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

pengiriman barang atau ekspor barang ke luar negeri. Berikut ini prosedur dari ekspor
barang ke luar negeri :

 Menerima pesanan (order) dari importir.


 Menerima L/C dari bank di negara eksportir, yang merupakan advising bank
atau dapat bertindak sebagai confirming (negotiating) bank. Disini yang
dimaksud dengan L/C atau letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan
oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir
diluar negeri sebagai relasi. Jadi, L/C ini untuk menarik wesel-wesel atas
importir yang bersangkutan.
 Menyiapkan barang-barang ekspor atau memesan barang dari produsen
(supplier).
 Melakukan pengepakan barang ekspor dengan atau tanpa bantuan jasa
ekspedisi.
 Memesan ruangan kapal pada masakapai pelayaran.
 Melakukan pemuatan barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi.
 Menyiapkan dan mengurus B/L pada maskapai pelayaran.
 Menutup asuransi tergantung syarat L/C.
 Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan yang disyaratkan
dalam L/C.
 Menyerahkan dokumen-dokumen dan mengajukan wesel kepada advising
atau negotiating bank untuk memperoleh pembayaran yang sesuai dengan
syarat L/C.
 Memperoleh pembayaran wesel dari advising atau negotiating bank.
 Mengirim salinan dokumen-dokumen pengapalan kepada importir.

Adapun yang membedakan perdagangan internasional dengan perdagangan


domestic :

 Perbedaan Transaksi dari Segi Bahasa


NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

Proses transaksi di dalam negeri, antara pembeli dan penjual biasa


dilakukan dengan bahasa nasionalnya sehingga transaksi jual beli bisa
dilakukan dengan mudah. Sedangkan untuk transaksi di pasar
internasional, pihak pembeli dan penjual harus fasih dalam menggunakan
bahasa internasional (bahasa inggris). Terkecuali beberapa negara yang
memang mempunyai sedikit persamaan logat dan kosa kata.

Satu hal yang harus diperhatikan adalah saat menerbitkan Letter of Credit
dari Issuing Bank, bahasa yang dicantumkan harus bahasa Inggris. Sama
halnya apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, bahasa
inggris wajib menjadi jalur komunikasi sebagai bahasa internasional.
 Perbedaan Transaksi dari Jenis Mata Uang
Jelas bahwasanya perbedaan transaksi dari dalam negeri menggunakan
mata uang sendiri, sedangkan untuk transaksi di luar negeri menggunakan
mata uang dollar.
 Perbedaan Transaksi dari Jenis Pasar
Di setiap negara, kita akan menghadapi bentuk pasar yang berbeda.
Seperti misalnya di Jepang, bentuk pasar disana pada umumnya adalah
pasar-pasar poli. Artinya untuk suatu produk dengan tipe dan ciri tertentu
hanya dimiliki oleh beberapa pengusaha saja. Sehingga para pengusaha
tersebut bisa menjadi price leader atau price marker dari produk yang
dijual di pasar lokal. Sedangkan jika barang-barang tersebut di jual di
pasar internasional, maka eksportir akan menghadapi pasar yang
beerbentuk persaingan sempurna (perfect competition). Itu karena di pasar
internasional produk dengan jenis dan tipe yang sama banyak di produksi
oleh negara lainnya. Di pasar internasional ini sebuah negara harus benar-
benar siap menghadapi pasar persaingan dimana bukan lagi sebagai price
leader atau price marker. Tapi di pasar internasional harus bisa sebagai
price follower atau price taker. Yaitu dimana harga yang ditawarkan tidak
akan bisa melebihi harga pasar internasional. Tapi harus berada di bawah
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

harga pasar internasional atau maksimal ada kesamaan harga dengan pasar
internasional..

2. Sejarah nilai tukar atau kurs dunia


a. Gold standart
Sekitar tahun 1790an inggris mengalami kerugian yang jumlahnya sangat besar
karena faktor dari kekurangan uang logam perak serta percetakan uang logam emas
dihentikan. Kemudia keluarlah token uang logam perak dan langsung memukul rata
uang logam asing. Dengan berakhirnya Perang Napoleonic, Inggris mulai melakukan
program besar-besaran mengembalikan uang logam yang menciptakan kekuasaan
tertinggi standar emas dan mensirkulasikan mahkota, setengah mahkota, dan
secepatnya juga mengeluarkan uang logam ¼ sen pada tahun 1821. Pada tahun 1833,
uang kertas dari Bank of England notes dibuat menjadi alat pembayaran yang sah,
dan penebusan dari bank-bank lain sangat mengecilkan hati. Pada tahun 1844
didirikanlah Bank Charter Act yang uang kertas keluaran Bank of England, berlapis
penuh emas, yang merupakan standar yang sah. Sehubungan dengan interpretasi yang
keras pada stadar mata uang emas, tahun 1844 ini ditandai sebagai berdirinya standar
penuh mata uang emas untuk uang Inggris.
b. Terbentuknya standar emas internasional
Jerman pada tahun 1870-1871 menjadi negara Bersatu mengikuti perang franco-
prussian yang menjadi tiang berdirinya dan memperkuat serta menegaskan nilai
terhadap emas. Banyak negara berbondong bondong menggunakan emas menjadi alat
pembayaran. Emas menjadi dapat diangkut, digunakan secara universal dan
merupakan unit penilaian yang stabil. Ekonomi dunia yang dominan saat itu berada di
Inggris , yang telah memiliki ikatan yang sudah berdiri lama pada standar emas.
Tujuan utama dari entah sistem uang pemerintahan yang menurut sejarah telah ada
untuk menyediakan seigniorage, atau laba pembuatan uang, bagi pemimpin
pemerintahan dalam rangka menyediakan mereka kekuatan pembelian umum selama
masa genting, khususnya pemimpin-pemimpin menggunakan tampuk pimpinan
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

mereka untuk membatasi dan oleh sebab itu tidak dapat menaikan pajak untuk
mengeksekusi pembelaan ikatan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup negara
mereka.
Standar emas menggantikan standar uang logam emas pada abad 17-19 di Barat
sebagai perang pembelaan tertentu yang diperluas kepada standar uang logam emas
yang sudah tidak lagi layak fungsinya. Sejarah yang sama menaikkan standar sebuah
emas di Cina sejak abad ke 9 hingga awal abad ke 17.
c. The Interwar and World War II 1914 – 1943
Sebagaimana terjadi pada perang-perang besar sebelumnya dibawah standar emas,
pemerintahan Inggris menggantungkan nilai tukar uang kertas dari Bank of England
pada emas, di tahun 1914 untuk membiayai operasi militer dalam perang dunia
pertama. Pada akhir peperangan, Inggris berada pada seri peraturan kesanggupan nilai
tukar, yang meng-kurs-kan Permintaan Uang Postal dan Surat-surat Perbendaharaan
Negara, yang mana berbeda dari Surat-surat Perbendaharaan Negara Amerika
Serikat. Pemerintahan Amerika mengambil ukuran yang sama. Setalah perang,
Jerman yang banyak kehilangan emasnya dalam perampasan, tidak sanggup lagi
untuk meneruskan percetakan uang logam "Reichsmarks" dan beralih pada nilai tukar
uang kertas, meskipun Republik Weimar kemudian memperkenalkan "rentenmark"
dan kemudian membuat sisi uang logam yang seluruhnya berlapis emas dalam
usahanya untuk mengontrol hiperinflasi.
Seperti telah terjadi setelah perang-perang besar sebelumnya, Inggris kembali pada
standar emas di tahun 1925, yang agak enggan dilakukan oleh Winston Churchill.
Meskipun sebuah harga emas yang lebih tinggi dan inflasi yang signifikan mengikuti
penundaan masa perang, Churchill tetap mengikuti tradisi dengan melanjutkan
pembayaran konvesi pada harga emas sebelum masa perang. Selama lima tahun
sebelumnya sampai pada tahun 1925 harga emas diatur menurun sampai pada tingkat
seperti sebelum masa perang, menyebabkan deflasi pada seluruh negara-negara dari
Kerajaan Inggris dan Commonwealth yang menggunakan mata uang Pound Sterling.
Namun kenaikan pada permintaan akan emas untuk pembayaran nilai tukar yang
mengikuti pembukaan lagi negara Eropa dari tahun 1925 sampai pada 1928
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

menghasilkan kenaikan lebih jauh pada permintaan relatif akan emas hingga barang-
barang dan oleh sebab itu kebutuhan akan harga barang-barang yang lebih murah
dikarenakan harga tetap pada nilai tukar dari uang terhadap barang-barang. Dalam
rangka menarik emas, Inggris perlu untuk menaikan nilai dari investasi pada aset
domestiknya. Mereka perlu menaikan permintaan akan mata uang poundnya. Dengan
melakukan hal ini, Inggris telah menarik emas dari kekuatan mata uang Amerika,
yang menurunkan pengadaan uang Amerika juga menekankan kedudukan ekonomi
Inggris sendiri. Karena harga-harga ini mengalami penurunan dan efek penurunannya
dapat diprediksikan, pemerintah Inggris akhirnya meninggalkan standar tersebut pada
20 September 1931. Swedia juga meninggalkan standar emas pada Oktober 1931l
dan negara-negara Eropa lainnya mengikuti. Bahkan pemerintahan Amerika Serikat,
yang memiliki hampir seluruh emas di dunia ($175 juta yang mengalir pada Amerika
ditahun 1929 dan $280 juta pada tahun 1930) berpindah untuk membantali pengaruh
dari Depresi Terbesar dengan menaikkan harga resmi emas (dari sekitar $20 menjadi
$35 per ons) dan untuk itulah pada hakekatnya menaikan keseimbangan tingkat harga
pada sekitar tahun 1933-1934.
d. Bretton Woods
Setelah perang dunia kedua, sebuah sistem yang sama pada standar emas didirikan
oleh perjanjian Bretton Wood. Dibawah sistem ini, banyak negara-negara yang
memiliki nilai harga emas relatif tetap menukar uangnya pada dollar Amerika.
Amerika berjanji untuk menetapkan harga emasnya pada $35 per ons secara implisit,
lalu semua mata uang memancangkan pada dollar juga memiliki nilai tetap dalam
artian emas. Dibawah pemerintahan President Perancis, Charles de Gaulle sampai
tahun 1970, Perancis menurunkan cadangan dollarnya, memperdagangkan mereka
untuk emas dari pemerintahan Amerika, hal itu telah mengurangi pengaruh luar negri
pada ekonomi. Hal ini, sejalan dengan ketegangan pengeluaran keuangan dari Lyndon
Johnson's Great Society dan perang Vietnam, telah mengantar President Richard
Nixon untuk menyingkirkan harga tetap emas pada tahun 1971 yang menyebankan
hancurnya sistem tersebut.
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

Bretton Woods adalah kota kecil di Negara Bagian New Hampshire, Amerika
Serikat, di dekat White Mountain National Forrest. Pada 1 Juli–22 Juli 1944 di kota
ini, di Hotel Mount Washington diselenggarakan sebuah konferensi yang dihadiri
oleh 730 delegasi dari 44 negara. Konferensi ini menghasilkan kesepakatan tentang
aturan, institusi, dan prosedur sistem moneter internasional, yang kemudian
melahirkan Bank Dunia dan IMF.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah
organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial
global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu
masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu
misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang
serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-
kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara.
Dari negara-negara anggota PBB, yang tidak menjadi anggota IMF adalah Korea
Utara, Kuba, Liechtenstein, Andorra, Monako, Tuvalu dan Nauru.
Peran ketiga institusi Bretton Woods telah menjadi kontroversi bagi banyak pihak
sejak periode Perang Dingin. Para kritikus menganggap bahwa para pembuat
kebijakan di IMF secara sengaja mendukung diktator militer kapitalis yang bersikap
bersahabat dengan perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa. Mereka juga
menganggap IMF tidak perduli terhadap demokrasi, hak asasi manusia dan hak-hak
buruh. Kritik-kritik ini juga secara tidak langsung mendorong timbulnya gerakan anti-
globalisasi. Sebagian yang lain beranggapan IMF tidak mempunyai power yang
cukup untuk mendemokratisasikan negara yang berdaulat, dan juga tidak mempunyai
power untuk mendukung stabilitas finansial. Mereka yang mendukung IMF
berpendapat bahwa kestabilan ekonomi diperlukan sebelum adanya demokrasi.
Para pakar ekonomi mengkritik pola pemberian bantuan finansial yang selalu disertai
"syarat-syarat", termasuk juga Structural Adjustment Programmes. Syarat-syarat ini
menurunkan kestabilan sosial, yang juga berarti menghambat tujuan-tujuan IMF. IMF
membatasi perekonomian negara dunia berkembang dengan cara menentang
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

pengembangan infrastruktur dan meminta negara yang bersangkutan untuk hidup


dengan standar yang rendah.
e. Kebijakan Nilai Tukar Sistem Bretton Wood Masih Relevan
Meskipun sistem Bretton Wood sudah banyak ditinggalkan sejak tahun 1971,
khususnya oleh sebagian besar negara maju, tetapi ada indikasi bahwa sistem Bretton
Wood sampai saat ini masih memiliki beberapa "keunggulan" sekalipun tentunya
harus diterjemahkan secara hati-hati. Salah satu yang dapat dijadikan "pembuktian"
yang memberikan indikasi dari "keunggulan" sistem Bretton Wood adalah
keterkaitannya dengan kinerja dalam bentuk beberapa indikator ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Negara-negara besar yang menerapkan sistem Bretton Wood atau fixed exchange rate
selama periode 1960 -1972 mengalami tingkat pertumbuhan riil yang cenderung lebih
tinggi dibandingkan di saat mereka menerapkan flexible exchange rate atau floating
pada periode 1973 1987. Kecenderungan yang sama juga tampak pada indikator
tingkat inflasi di mana pada periode 1960 - 1972 tingkat inflasi di negara-negara
tersebut ternyata relatif lebih rendah dibandingkan periode 1973 - 1987
Meskipun ada indikasi yang "menguatkan" bahwa dengan sistem fixed exhange rate
telah menghasilkan kinerja yang lebih baik, khususnya di sejumlah negara besar,
tetapi untuk mengatakan bahwa sistem fixed exchange rate telah menghasilkan
kinerja yang lebih baik, khususnya di sejumlah negara besar, tetapi untuk mengatakan
bahwa sistem fixed exchange rate adalah sistem yang terbaik masih perlu pembuktian
yang lebih akurat. Para pakar yang tertarik terhadap fenomena tersebut memberikan
pendapat bahwa kinerja tersebut tidak semata-mata karena keberhasilan sistem nilai
tukar saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya baik ekonomi dan
nonekonomi. Misalnya pada rezim floating exchange rate (1973 - 1987) terjadi oil
price shock selama dua kali, yaitu pada tahun 1974 dan 1982 yang tentunya sangat
berpengaruh terhadap kinerja makro ekonomi di negara tersebut (Lihat misalnya, JR
Artus and Young, Fixed and Flexible Rate: A Renewal Debate, IMF Staff Paper,
December, 1979)
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

Kembali pada sistem Bretton Wood yang sekalipun ada indikasi yang menunjukkan
"keunggulan" tersendiri, kenyataan menunjukkan bahwa sistem tersebut di Amerika
Serikat terpaksa diakhiri pada bulan Agustus 1971 oleh Presiden Nixon. Banyak studi
yang dilakukan berkaitan dengan "kegagalan" sistem Bretton Wood pada tahun 1971.
Pada intinya penyebab yang mendasar adalah semakin membengkaknya defisit neraca
pembayaran Amerika Serikat sehingga memerlukan berbagai koreksi. Salah satu
bentuk koreksi yang dilakukan dalam pertemuan Smithsonian Institution di
Washington yang lebih dikenal sebagai Smithsonian Agreement, di mana negara-
negara yang bergabung dalam Kelompok G10 menyepakati kenaikan konversi dollar
AS terhadap emas dari 35 dollar AS per ons menjadi 38 dollar atau didevaluasi
sebesar kurang lebih sembilan persen. Fenomena tersebut sering disebut sebagai
berakhirnya rezim fixed exchange rate versi Bretton Wood (1944 - 1971) kerena sejak
tahun 1973 negara-negara maju mulai beralih ke floating exchange rate.
Dominick Salvatore (1990) menjelaskan, untuk kasus negara sedang berkembang di
mana keterbukaan ekonominya masih belum besar, penerapan sistem fixed exchange
rate lebih relevan. Mengaitkan nilai tukar mata uang dengan standar emas atau gold
exchange standard secara absulit masih lebih banyak pengikutnya dibandingkan
dengan sistem floating exchange rate. Sebagai ilustrasi dari 151 negara yang telah
menjadi anggota IMF pada tahun 1989, 96 di antaranya menganut sistem fixed
exchange rate sementara sisanya menganut sistem floating exchange rate.
f. Fixed Exchange Rates
Perubahan terjadi di Amerika, Pada periode tahun 1960-an, defisit neraca pembayaran
Amerika memaksa negara tersebut melepaskan cadangan emasnya sebesar USD 18
billion karena Prancis menukarkan USD-nya dengan emas dan di lanjutkan pada
periode tahun 1970-an, amerika kembali harus melepaskan cadangan emasnya
sebesar USD 11 billion. Buruknya perekonomian Amerika pada waktu itu
menyebabkan masyarakat dunia kurang percaya terhadap USD. Dan di negara yang
memiliki mata uang yang kuat karena memiliki cadangan emas yang cukup seperti
Swiss dan Jerman, mereka menukarkan USD-nya dengan mata uang mereka yaitu
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

CHF dan MDK. Hal ini menyebabkan hutang jangka pendek yang hampir jatuh
tempo di Amerika mencapai hampir dua kali cadangan emasnya.
Sistem Bretton Wood hanya mampu bertahan hampir mencapai 30 tahun, pada
tanggal 15 Agustus 1971, Presiden Nixon mengumumkan perubahan system nilai
tukar untuk USD dengan membiarkan nilai tukarnya mengambang (Floating
Exchange Rate System), hal ini ditegaskan kembali dalam suatu konferensi di
Washington pada tanggal 17-18 Desember 1971 (SMITHSONIAN CONFERENCE),
dari sinilah lahirnya nilai kurs yang mengambang dan berlaku sampai dengan
sekarang.
Setelah Presiden Nixon menetapkan nilai mengambang untuk mata uang USD,
banyak negara yang memutuskan untuk mengambangkan nilai tukarnya, seperti :
Jerman, Inggris, Belanda, bahkan Jepang dan tahun – tahun berikutnya banyak negara
di dunia yang membiarkan nilai uangnya mengambang sesuai dengan mekanisme
pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran.
Fixed Exchange Rate, kadang-kadang disebut nilai tukar dipatokan, adalah
merupakan jenis rezim nilai tukar dimana nilai mata uang yang cocok dengan nilai
mata uang lain tunggal atau ke keranjang mata uang lainnya, atau ke Ukuran nilai,
seperti emas.
Fixed Exchange Rate biasanya digunakan untuk menstabilkan nilai mata uang
terhadap mata uang itu dipatok. Hal ini membuat perdagangan dan investasi antara
kedua negara lebih mudah dan lebih dapat diprediksi, dan sangat berguna untuk
ekonomi kecil di mana perdagangan eksternal membentuk sebagian besar dari GDP
mereka.
Hal ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan inflasi. Namun,
sebagai nilai referensi naik dan turun, begitu juga mata uang yang dipatok untuk itu.
Selain itu, menurut model Mundell-Fleming, dengan mobilitas modal sempurna, nilai
tukar tetap mencegah pemerintah menggunakan kebijakan moneter dalam negeri
dalam rangka mencapai stabilitas makroekonomi.
Tidak ada pemain ekonomi utama yang menggunakan kurs tetap (kecuali negara yang
menggunakan euro dan yuan China). Mata uang dari negara-negara yang sekarang
NAMA : Muhammad Joei Baehaki
KELAS : Ekonomi Internasional I (GB)
NIM : 195020400111025

menggunakan euro masih ada (misalnya untuk obligasi lama). Tingkat mata uang ini
tetap sehubungan dengan euro dan satu sama lain. Negeri seperti yang paling terakhir
untuk menghentikan kurs tetap mereka adalah Republik Rakyat Cina [rujukan], Yang
melakukannya pada bulan Juli 2005. Namun., Per September 2010, tingkat bunga
tetap-tukar yuan China telah meningkat 1,5% dalam 3 bulan terakhir.

Anda mungkin juga menyukai