Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adam Zain

NIM : 195020400111034

Review APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan Rencana


keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR yang terdiri atas
anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. APBN meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam UU No.
17 tahun 2003 pasal 3 ayat 4 APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Berdasarkan pada Pasal 23 Ayat 1 UUD
1945 (Amandemen) APBN mempunyai lima unsur yaitu :

1. APBN sebagai pengelolaan keuangan negara


2. APBN ditetapkan setiap tahun dan berlaku satu tahun
3. APBN ditetapkan dengan undang-undang
4. APBN dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab
5. APBN ditujukan untuk kemakmuran rakyat

Sumber APBN adalah rakyat, sehingga keberadaannya harus dilakukan dalam sebuah
undang-undang. APBN juga mempunyai beberapa fungsi, fungsi APBN selalu dikaitkan
dengan tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Tetapi di Indonesia,
berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU No 17 Tahun 2003, yaitu :

 Fungsi otoritasi, bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan


pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan.
 Fungsi perencanaan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
 Fungsi pengawasan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
 Fungsi alokasi, bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya. Efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
 Fungsi distribusi, bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
 Fungsi stabilisasi, bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Kondisi APBN dari tahun 2015-2021 sealu mengalami defisit terhadap PDB dan
juga pada anggaran. Defisit APBN terhadap PDB tertinggi pada tahun 2020 pada
kisaran 6,34%. Sedangkan, APBN pada tahun 2021 mengalami defisit sekitar 5,7%,
defisit ini menurun dari APBN. Pada tahun 2015 defisit APBN terhadap PDB berada
pada angka 2,59% sedangkan defisit pada anggaran pada 298,5 T. Akan tetapi, pada
tahun 2016 defisit APBN terhadap PDB turun 0,10% menjadi 2,49%, sedangkan defisit
APBN terhadap anggaran terjadi sebaliknya, defisit naik menjadi 308,3. Pada tahun
2017 defisit APBN terhadap PDB kembali naik namun sdikit hanya 0,2% menjadi
2,51% dan defisit APBN terhadap anggaran terus naik menjadi 341,0 T. Pada tahun
2018 defisit APBN terhadap PDB mengalami penurunan yang cukup drastis hingga
menjadi 1,82% dan defisit APBN terhadap anggaran juga mengalami penurunan
menjadi 142,5 T. Pada tahun 2019 defisit APBN terhadap PDB kembali menunjukkan
kenaikan menjadi 2,20% dan defisit APBN terhadap anggaran juga mengalami kenaikan
dari 142,5 T menjadi 348,7 T. Pada tahun 2020 defisit APBN terhadap PDB dan
anggaran naik drastis akibat COVID-19 hingga mencapai 6,34% dan 1039,2 T. Defisit
APBN terhadap PDB pada tahun 2021 sedikit mengalami penurunan menjadi 5,7%
karena pencegahan COVID-19 mulai menemukan titik terang tetapi angka tersebut
masih sangatlah tinggi dan COVID-19 juga masih belum bisa dikontrol, serta defisit
APBN terhadap anggaran juga mengalami sedikit penurunan menjadi 1006,4 T.

Saat ini Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan counter-cyclical karena


Kebijakan counter-cyclical masih diperlukan untuk akselerasi pemulihan ekonomi
nasional di tengah ketidakpastian COVID-19. Menurunnya realisasi penerimaan negara
dan meroketnya kebutuhan belanja untuk penanganan krisis telah mengakibatkan
pemerintah mengambil opsi kebijakan fiskal counter-cyclical. Kebijakan counter-
cyclical mengacu pada kebijakan dimana dalam kondisi resesi, pemerintah melakukan
intervensi melalui stimulus fiskal dengan fokus pada bidang kesehatan, perlindungan
sosial, dukungan bagi dunia usaha yang terintegrasi dalam program pemulihan ekonomi
nasional (PEN). Kebijakan counter-cyclical bertujuan untuk mendorong permintaan
agregat dan aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja dalam rangka memperbaiki
kondisi perekonomian.

Implikasi dari kebijakan counter-cyclical adalah defisit APBN yang melebar dan


semakin sempitnya ruang fiskal. Melebarnya defisit APBN perlu didukung oleh
pembiayaan, di tengah menurunnya realisasi penerimaan negara. Defisit tahun 2020
diproyeksikan pada awal tahun berada di kisaran 1,76 % PDB. Dengan adanya pandemi,
Pemerintah menetapkan pelebaran defisit lebih dari 3% menjadi 5,07% dari Produk
Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2020 dan meningkat lagi
menjadi 6,34% PDB berdasarkan Perpres No. 72 tahun 2020. Membengkaknya angka
defisit telah membuat pemerintah menyusun strategi pembiayaan yang prudent dan tata
kelola pengelolaan keuangan yang baik.

Pada APBN 2021 ini lebih memfokuskan pada pecepatan pemulihan ekonomi
dan penguatan reformasi. Ada beberapa fokus pada APBN 2021 ini sebagai berikut :

Pendapatan Negara Belanja Negara Pembiayaan Anggaran


Mendukung pemulihan Melanjutkan penanganan Mendukung
ekonomi nasional melalui kesehatan akibat Covid-19, restrukturisasi BUMN,
pemberian insentif pajak utamanya peningkatan BLU, Sovereign Wealth
secara selektif dan terukur supply side dan antisipasi Fund (SWF)
pengadaan vaksin

Melakukan relaksasi Melanjutkan program Meningkatkan akses


prosedur untuk perlinsos untuk akselerasi pembiayaan bagi
mempercepat pemulihan pemulihan (a.l. Kartu UMKM, UMi, dan
ekonomi nasional Sembako, PKH, Pra kerja) perumahan bagi
masyarakat
berpenghasilan rendah
(MBR)

Meningkatkan pelayanan Dukungan program pada Melanjutkan dukungan


PNBP kepada masyarakat sektor terdampak (a.l. terhadap pendidikan
Pangan, Pariwisata), serta tinggi, penelitian, dan
perluasan akses modal kebudayaan
UMKM melalui subsidi
bunga KUR

Anda mungkin juga menyukai