Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dea Melrisa Agnesia/19180059

Prodi : Sosiologi/semester 4

Pandangan Marx terhadap agama tidak bisa dilepaskan dari pengalaman dan sejarah
hidupnya dan juga keluarganya. Pada usia Marx masih kecil, keluarganya hampir bisa
dikatakan dipaksa untuk berpindah agama dari sebelumnya Yahudi ke Kristen. Alasan pindah
agama keluarga Marx dikarenakan ayahnya yang ingin menjadi Pegawai Negeri sebagai
Notaris. Kebijakan negara pada saat itu tidak memperkenankan pegawainya beragama selain
agama penguasa. Kejadian pindah agama ini, bagi Marx sangat membekas dan membuatkan
miris yang akhirnya ia mengambil kesimpulan bahwa agama tidak lebih dari tong sampah
tempat lalat mengais sisa-sisa makanan. Begitu rendahnya agama yang dapat ditukar dengan
materi. Negara sangat berkuasa untuk menentukan agama warganya dengan iming-iming
materi.

Selain pengalaman keberagamaan individu dan keluarga yang ia alami, secara eksternal Marx
dihadapkan kepada kondisi sosial keagamaan yang menurutnya sangat menginjak-injak
martabat manusia yang dipelopori oleh negara yang dimotori oleh kaum bangsawan dan
kapitalis dengan mengeruk kekayaan di atas penderitaan masyarakat bawah, sementara para
agamawan tinggi Protestan tidak lagi memperlihatkan fungsi profetiknya, bahkan yang terjadi
mereka melegitimasi putusan politik penguasa dengan memberikan nasihat agama agar
menerima kondisi dan kenyataan hidup yang mereka hadapi. Nilai-nilai agama yang dibuat
candu bagi masyarakat miskin agar mereka menerima kondisi yang mereka hadapi, sementara
para penguasa tetap pada posisi kekuasaannya dan mempertahankan status quo.

Realitas sosial politik semacam ini semakin menguatkan anggapan bahwa agama tidak lebih
dari sebuah institusi kaum berjouis yang sering kali mengumbar janji agar dapat
membungkam masyarakat dan menerima praktek-praktek pesengsaraan masyarakat. Agama
demikian merupakan agama yang ideologis, yang berfungsi untuk membuat manusia puas
dengan eksistensi kemelaratan di dunia.

Pada masyarakat kapitalis, agama dijadikan sebagai alat untuk mengeksploitasi buruh.
pemilik modal dalam hal ini menggunakan fatwa-fatwa dari gereja untuk misalnya
melegitimasi kerja lembur malam hari termasuk bagi buruh perempuan titik kaum buruh juga
dibuat dengan ideologi-ideologi yang membius misalnya kerja keras merupakan bentuk
pengabdian kepada Tuhan dan bahwa kekayaan dan kemiskinan merupakan sesuatu yang
sudah diatur Tuhan. Kaum buruh juga dibuai dengan janji akan masuk surga jika mereka
ikhlas dengan penderitaan nya di dunia. Dalam kondisi demikian, marx percaya bahwa agama
dapat menjadi penghalang perubahan karena agama merupakan bentuk kontrol sosial yang
menyebabkan kelas buruh berada dalam kondisi kesadaran palsu. Dengan demikian, agama
mendistorsi realitas, suatu ideologi yang melegitimasi ketidak adilan tatanan sosial.

Dalam pandangannya terhadap agama, Marx merupakan sosiolog yang dapat dikategorikan
ke dalam aliran fungsionalisme. Agama dalam pandangan Marx merupakan instrument untuk
memanipulasi dan menindas kelas subordinat dalam masyarakat. pandangannya ini tidak
terlepas dari teori historis materialisme nya yang melihat masyarakat sebagai suatu moda
produksi. Masyarakat modern merupakan masyarakat kapitalis dimana terjadi konflik antara
kelas borjuis dan kaum proletar. konflik tersebut makin intensif pada masyarakat kapitalisme
modern. Pada masyarakat ini muncul kelas menengah,yakni manajer perusahaan yang
berkontribusi mengakumulasi kekayaan kaum borjuis. Pada sisi lain, buruh semakin
tereksploitasi tenaganya ketika curahan kerjanya semakin tinggi. Buruh hanya mengandalkan
upahnya untuk sekedar hidup. Marx mengandaikan kondisi seperti ini melahirkan ketegangan
dan kesadaran kelas sebagai prasyarat transisi sosial. Konflik antar kelas tersebut diyakini
akan melahirkan revolusi yang mengubah moda produksi dari kapitalisme menuju sosialisme.
Perjuangan kelas buruh dalam hal ini merupakan motor penggerak sejarah umat manusia.

Marx berpandangan bahwa manusia menciptakan Tuhan dalam pikirannya. agama dalam hal
ini merupakan kesadaran diri manusia baik yang belum menemukan dirinya maupun yang
kehilangan dirinya sendiri. Masyarakat menciptakan agama. Dalam hal ini, agama merupakan
simbol makhluk tertindas. Agama merupakan candu masyarakat. Agama layaknya obat yang
tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya mengurangi rasa sakit.

Sebagai ideologi, agama membantu merekonsiliasi kelas penguasa dan memberikan harapan
ilusi mengenai dunia spiritual yang lebih baik pada masyarakat mendatang. Jadi, kekayaan
dilegitimasi dan berpotensi menimbulkan perlawanan kelas.

Secara keseluruhan, teori agama Marx cenderung melupakan beberapa aspek agama dan
terlalu menyederhanakan kompleksitas fenomena agama itu sendiri. Pengandaian Marx
bahwa pertumbuhan kesadaran kelas akan terpisah dari agama, dalam kenyataan hal itu tidak
benar. Teori marx tidak memberikan gambaran yang jelas hubungan antara agama dan
kesadaran kelas dan tingkat pembagian kelas dalam masyarakat modern.

Anda mungkin juga menyukai