Anda di halaman 1dari 6

1.

Pertanyaan
Fasilitas gedung/kantor yang dimiliki oleh Pemda/Pemerintah misal di UPTD
Bapelkes, Asrama Haji, Sekolah/Perguruan Tinggi digunakan sebagai ruang isolasi
bagi OTG. Apakah nakes yang menangani di ruang isolasi tersebut dapat diberikan
insentif nakes? Apabila dapat diberikan insentif, siapa yang mengusulkan?
Jawaban:
Konsep wilayah kerja puskesmas: bila ada tempat untuk isolasi terpusat atau isolasi
mandiri menjadi tanggung jawab puskesmas, artinya nakes yang memantau tempat-
tempat untuk isolasi pasien covid terkonfirmasi, usulan insentifnya dari puskesmas.
Nakes yang melakukan pemantauan bisa berasal dari Puskesmas atau nakes lain
yng ditugaskan untuk diperbantukan memantau pasien yg dikarantina atau isman.
Besaran insentifnya mengikuti indeks di Puskesmas yaitu setinggi tingginya 5 juta OB.

2. Pertanyaan
Aplikasi innakes wajib digunakan disemua faskes yakni RS, Puskesmas dan Labkes?
Bagaimana untuk wilayah yang jaringan internet kurang memadai?
Jawaban:
Bila ada gangguan internet, maka:
a. Di Puskesmas, bisa diinput/diisi nakes oleh petugas Puskesmas atau Dinkes yang
ditugaskan
b. Pimpinan Faskes bisa menugaskan pj nya untuk melakukan input di tempat yang
jaringan internet memadai - dengan perjalan dinas

3. Pertanyaan:
Sesuai KMK 4239 tim verifikasi dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan verifikasi
terhadap usulan Puskesmas. Apabila Puskesmas telah menggunakan aplikasi untuk
melakukan usulan, bagaimana tim verifikasi dinas kesehatan dapat melakukan
verifikasi usulan tersebut, apakah di aplikasi innakes disediakan menu untuk verifikasi
dinkes?
Jawaban:
Verifikator Dinkes dapat melakukan verifikasi melalui Aplikasi, karena sudah didesain
agar verifikator dapat melakukan tugasnya dengan aplikasi.

4. Pertanyaan:
Terdapat perbedaan jumlah pasien terkonfirmasi yang signifikan antara data yang
dihasilkan aplikasi SIRS online dengan aplikasi innakes. Sesuai data rekam medis
yang merupakan sumber data SIRS online, jumlah pasien terkonfirmasi lebih besar
dari hasil aplikasi innakes. Bagaimana solusinya? Boleh menggunakan manual
dengan melampirkan rekam medis?
Jawaban:
Solusinya:
a. Faskes bisa melakukan cross check atau klarifikasi dengan tim SIRS Online
b. Bila tidak masih belum menemukan solusi maka untuk Faskes daerah/RSUD bisa
melakukan Input data jumlah pasien secara manual dengan catatan, sebagai
berikut:
1) Di Ringkasan Usulan insentif yang ditandatangani pimpinan RS sudah tertera
jumlah pasien
2) Hasil verifikasi tim verifikator yg di upload dituliskan jumlah pasien hasil
verifikasi  format sudah ada di Aplikasi
3) RS diminta menyimpan dengan baik dokumen terkait jumlah pasien
terkonfirmasi yang diajukan klaim insentif

5. Pertanyaan:
Dalam KMK 4239/2021 halaman 23 terdapat penjelasan “Pasien terkonfirmasi
merupakan pasien rawat inap pada area rawat inap khusus COVID-19, area ruang
isolasi khusus COVID-19, area ruang rawat intensif (ICU/HCU/ICCU) khusus COVID-
19 yang dilaporkan melalui aplikasi SIRS online."
jika pengertiannya adalah pasien rawat inap pada area pelayanan covid, maka
pertanyaannya:
 Apakah dapat diartikan pasien suspect adalah termasuk dalam kategori
terkonfirmasi.
 Apakah aplikasi INAKES hanya menarik data pasien positif saja (sebagai dasar
perhitungan jumlah nakes dalam aplikasi) atau pasien suspek bisa masuk juga.
 Jika RS terlambat melakukan update status di SIRS Online 'pasien suspek' yang
hasil swabnya positif menjadi 'pasien terkonfirmasi', kemudian dibulan berikutnya
sudah dilakukan update namun di aplikasi inakes tidak berubah datanya sesuai
SIRS Online terakhir, bagaimana solusinya?

Jawaban:

Pasien suspect di RS tidak termasuk, sebelum ada hasil PCR, bila hasil PCR
terkonfirmasi maka sejak pasien MASUK sampai PULANG dihitung sebagai hari
perawatan pasien covid terkonfirmasi.

Data base dalam aplikasi hanya pasien covid_19 terkonfirmasi yg ditarik dari SIRS
ONLINE.

6. Pertanyaan:
KMK 4239 berlaku sejak ditetapkan pada tanggal 26 Maret 2021, sehingga
pembayaran insentif bulan Jan-Maret masih menggunakan KMK 2539/2020.
 Apabila RS mengajukan insentif bulan Jan-Maret menggunakan aplikasi, maka
aplikasi hanya memfasilitasi KMK 4239/2021, yaitu rasio 1:1:8 sebagaimana
dijelaskan dalam halaman 23. Sedangkan sebagaimana diatur dalam regulasi
sebelumnya menggunakan range jumlah pasien dengan range jumlah nakes
juga. Bagaimana solusinya?

Jawaban:

Meskipun KMK 4239 ditetapkan bulan Maret 2021 namun dalam KMK tersebut juga
disebutkan bahwa insentif dibayarkan sejak bulan Januari 2021, sehingga usulannya
sejak bulan Januari 2021 tetap menggunakan aplikasi yang diberlakukan untuk bulan
Januari 2021 dst.
7. Pertanyaan:
Beberapa daerah, karena keterbatasan kemampuan keuangan menetapkan SK
Kepala Daerah mengenai besaran insentif nakes yang jauh dibawah besaran sesuai
aturan Kemenkes. Misalnya, anggaran dari pusat telah habis (sesuai tarif Kemenkes)
untuk membayar insentif sampai dengan Juni 2020 sesuai tarif Kemenkes, usulan Juli
s.d. Oktober 2020 telah dibayar dengan standar tarif bupati. Bulan November 2020
s.d. Juni 2021 proses verifikasi dan belum dibayar sampai sekarang.
 Apakah pembayaran Juli s.d. Oktober 2020 harus disesuaikan tarif Kemenkes?
berarti ada kurang bayar?
 Apakah usulan November 2020 s.d. Maret 2021 yang proses verifikasinya manual
juga harus dikoreksi sesuai tarif Kemenkes (asumsi usulan April menggunakan
aplikasi INAKES)
 Apabila menggunakan tariff yang ditetap dengan SK Bupati, maka aplikasi
INAKES tidak dapat mengakomodir perubahan tarif daerah. sehingga
Dinas/Faskes tidak dapat mengajukan usulan, karena tarif terkunci.

Jawaban:

Beberapa rapat koordinasi dengan Kemendagri dan Kemenkeu, indeks insentif yang
bersumber dari DAU harus tetap menggunakan indeks yg diatur dalam KMK 4239.
Hasil refocusing saat ini bila belum mencukupi diminta menambahkan kembali atau
refocusing ulang, ketetapan hal tersebut akan di kawal oleh Kemendagri dan
Kemenkeu

8. Pertanyaan:

Terkait otorisasi pada Aplikasi INNAKES untuk pengusulan nakes yg mendapat


insentif. Untuk nakes yg bertugas mengawasi tempat karantina, Dinkes menugaskan
nakes (THL) yg bertugas di Dinkes untuk bertugas di tempat karantina karena jumlah
nakes di Puskesmas tidak mencukupi (tugas vaksinasi). Namun saat akan dimasukan
dalam aplikasi INNAKES, kewenangan pengusulan nakes hanya terdapat di
Puskesmas dan RSUD sementara Dinkes kewenangan Dinkes hanya untuk
melakukan verifikasi.
 Apakah diperbolehkan Dinkes menugaskan nakes (THL) untuk bertugas di tempat
karantina?
 Jika diperboelhkan, apakah hal tersebut bisa diakomodir dalam aplikasi
INNAKES?

Jawaban:

 Sesuai KMK 4239, tenaga kesehatan yang ditugaskan, jadi tidak membedakan
PNS/ Non PNS/THL'
 Bisa terakomodir dimasukkn dlm SISDMK dg NIK nakes ybs sesuai profesi nakes
nya

9. Pertanyaan:

Terdapat tempat karantina (shelter) bagi isolasi pasien COVID-19 kategori


ringan/sedang yg didirikan oleh Dinkes/pemkab dimana penugasan tenaga nakes
yang menanganinya ditunjuk dari beberapa nakes di puskesmas-puskesmas
terdekat.
 Bagaimana mekanisme pengajuan insentif nakes di tempat penampungan
tersebut mengingat nakes yg menangani terdiri dari beberapa puskesmas. Apakah
pengajuan insentifnya dlm aplikasi Inakes bisa diwakili satu puskesmas saja atau
harus dari masing-masing puskesmas?
 Bagaimana bagi sebagian nakes dari puskesmas tsb yg tidak dilibatkan
menangani pasien covid di lokasi penampungan/shelter namun nakes ybs
menangani tugas pemantauan di wilayahnya thd pasien2/ terkonfirmasi positif yg
menjalani isoman di rumah. Apakah pengajuan insentif dlm aplikasi atas nakes tsb
di bulan bersangkutan dilakukan secara tersendiri atau bgmn? karena
implikasinya dr kedua hal tsb terkait dg besaran insentif yg diterima yg akan dibagi
secara adil dan merata kpd para nakes yg ditugaskan

Jawaban:

 Masing-masing nakes di usulkan dari tempat asal puskesmas dan di verifikasi


Dinkes.
 Nakes di puskesmas yang menangani tracing serta pematauan silahkan juga di
usulkan dari puskesmas asalnya spt dalam KMK 4239/2021 BAB III hal 24- 25.

Anda mungkin juga menyukai