Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA : PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

“Hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Ontologis, Epistemologis, dan

Aksiologis”

Dosen Pengampu : IG, Sunarto.SH.M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Niken Kristin Septiyani

NIM : P07125120016

Absen : 15

Prodi : D3 Kesehatan Gigi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang hingga saat ini memberikan

nikmat, iman, dan kesehatan sehingga saya diberi kesempatan untuk

menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

yang berjudul “Hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Ontologis,

Epistemologis, dan Aksiologis”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas

mata kuliah Pancasila. Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini. Saya

juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap

pembaca. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, saya meminta kesediaan

pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai

penulisan makalah ini.

Temanggung, 19 Februari

2021

Niken Kristin Septiyani

P07125120016

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................4
1.2 PERMASALAHAN.................................................................................5
1.3 TUJUAN...................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1 PEMBAHASAN TEORI..............................................................................7
2.1.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila..............7
2.1.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila..............8
2.1.3 Dasar Aksiologis Pancasila (Pengamalan Nilai-Nilainya)............9
2.2 PEMBAHASAN EMPIRIS.......................................................................10
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................13
3.2 SARAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan

manusia tentang bagaimana cara berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh

untuk mencari kebenaran. Beberapa bidang bahasan yang termasuk filsafat antara

lain adalah tentang manusia, masyarakat, alam, pengetahuan, etika, logika, agama,

estetika, dan bidang lainnya.

Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan

oleh para pendahulu kita oleh sebab itu Pancasila dikatakan sebagai filsafat, yang

kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki

hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya

tersebut.

Adapun yang mendasari Pancasila diantaranya ialah dasar Ontologis (Hakikat

Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis (Pengamalan

Nilai-Nilainya).

Yang digunakan untuk mengungkapkan jenis jenis keberadaan yang

diterapkan pada Pancasila ialah dasar ontologis. Yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan sumber-sumber pengetahuan dan kebenaran tentang Pancasila

sebagai sistem filsafat dan ideologi ialah dasar epistemologis. Sedangkan dasar

4
antropologis dimaksudkan untuk mengungkapkan hakikat manusia dalam rangka

pengembangan sistem filsafat Pancasila.

1.2 PERMASALAHAN

1. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai sistem Filsafat ?

2. Bagaimana hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Ontologis

(Hakikat Manusia) ?

3. Bagaimana hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Epistemologis

(Pengetahuan) ?

4. Bagaimana hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Aksiologis

(Pengamalan Nilai-Nilainya) ?

1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

a. Agar dapat mengkaji suatu peristiwa dengan memahami nilai-nilai

yang terkandung dalamnya.

b. Untuk mempelajari dan mengetahui tentang sejarah bangsa

Indonesia.

c. Untuk menumbuhkan rasa dan sikap nasionalisme bangsa

Indonesia.

d. Untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan penulis selama

mengikuti perkuliahan.

2. Tujuan Khusus

a. Agar dapat mengetahui tentang Pancasila sebagai sistem filsafat.

5
b. Untuk mengetahui Hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar

Ontologis (Hakikat Manusia).

c. Untuk mengetahui Hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar

Epistemologis (Pengetahuan).

d. Untuk mengetahui Hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar

Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya).

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBAHASAN TEORI

2.1.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila

Pancasila terdiri atas lima sila yang setiap sila-nya bukanlah

merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu

kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya

adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralia. Manusia

sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologis terdiri atas

susunan kodrat (sebagai mahluk individu dan sosial), raga dan jiwa

jasmani dan rohani.

Karena kodrat manusia sebagai mahluk individu juga makhluk Tuhan,

maka secara hierarkis sila pertama ketuhanan yg maha esa mendasari dan

menjiwai keempat sila – sila pancasila yg lainnya (Notonagoro, 1975:53).

1. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu,

tuhan adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak

terbatas pula sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro,

1975:78)

2. Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah

lembaga kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro,

1975:55)

7
3. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat

adanya manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil

persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur

pokok negara

4. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu

kesesuaiannya dengan hakikat rakyat

5. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari

dan dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab

(Notonagoro, 1975:140,141)

2.1.2 Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila

Hakikat pancasila sebagai sistem filsafat yang juga merupakan

sistem pengetahuan dalam kehidupan sehari hari sangat penting bagi

warga Indonesia. Pancasila sebagai pedoman atau dasar bagi bangsa

Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta sebagai

makna hidup dan dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalahnya.

Dalam arti lain, Pancasila telah menjadi sistem cita-cita atau keyakinan

yang menyangkut praksis, karena itu dijadikan landasan hidup manusia.

Ini berarti, filsafat telah menjelma menjadi ideologi ( Abdulgani, 1986).

Sebagai suatu ideologi Pancasila memiliki tiga unsur pokok.

Pertama. logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya; kedua, pathos yaitu

penghayatannya; dan ketiga, ethos yaitu kesusilaannya ( Wibisono, 1996 :

3). Sebagai suatu sistem filsafat serta ideologi., Pancasila harus memiliki

8
unsur rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu sistem

pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar

ontologis. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai

dasarnya yaitu filsafat Pancasila (Boeryanto, 1991: 50). Oleh karena itu,

dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan hakikat

manusia karena manusia merupakan basis ontologis Pancasila yang

mempuriyai implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan

epistemologi dalam filsafat manusia (Pranarka, 1996 : 32).

Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu:

pertama tentang sumber pengethuan manusia, kedua tentang teori

kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan

manusia (titus, 1984:20). Adapun potensi atau daya untuk meresapkan

pengetahuan atau dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat

tingkatan sebagai berikut: demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi,

refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham (Notonagoro, tanpa tahun:3).

2.1.3 Dasar Aksiologis Pancasila (Pengamalan Nilai-Nilainya)

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki kesatuan dasar

aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada

hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Jadi Aksiologi merupakan

ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari

pengetahuan dan tidak ada yang sia sia kalau dimanfaatkan dengan sebaik

9
baiknya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.

Ilmu tidak bebas nilai artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus

disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;

sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat

dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya

malahan menimbulkan bencana.

Pandangan dan tingkatan nilai menurut Notonagoro dibedakan

menjadi tiga macam yaitu :

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.

3) Nilai-nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia yang ·dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut :

pertama , nilai kebenaran, yaitu nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi

atau cipta manusia. Kedua, nilai keindahan atau estetis, yaitu nilai yang

bersumber pada perasaan manusia. Ketiga, nilai kebaikan atau nilai moral,

yaitu nilai yang bersumber pada kehendak (karsa) manusia. Keempat, nilai

religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak.

Nilai religius ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia

dan bersumber pada wahyu yang berasal dari Tuhan yang Maha Esa.

2.2 PEMBAHASAN EMPIRIS

1. Fokus Penelitian

10
Terkait Pancasila sebagai Sistem Ilmiah dan sebagai Sistem Filsafat.

2. Sumber Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan

Pancasila

b. Bahan hukum sekunder

Jurnal-jurnal hukum, hasil penelitian dan karya ilmiah

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Studi pustaka UUD 1945 , studi dokumen terhadap Pancasila sebagai

sistem ilmiah dan sistem filsafat dan jurnal filsafat Pancasila.

4. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam pendekatan Pancasila adalah

analitiko-sintesis. Dengan menganalisis objek tersebut diambil satu

sintesis untuk dapat merumuskan secara umum, sehingga dapat dipakai

sebagai pedoman.

Salah satu caranya adalah dengan study kepustakaan. Study

kepustakaan ialah menelaah sumber-sumber, baik itu buku, artikel,

referensi-referensi yang berkaitan dengan filsafat Pancasila dalam

pendidikan di Indonesia untuk membentuk bangsa yang berkarakter.

Telaah penelitian sejenis juga dilakukan agar mendapat simpulan yang

valid dan akurat. Serta mencakup pendekatan yuridis.

5. Tehnik dan Analisis Bahan Hukum

Teknik : menggunakan sumber hukum dan jurnal yang relevan.

11
Hasil analisis adalah sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai sistem ilmiah memiliki sifat kebenaran yang

universal. Kebenaran satu ilmu harus universal, artinya berlaku

sembarang tempat, ruang, dan waktu. Sebenarnya hakikat kebenaran

rumusan Pancasila adalah bersifat universal, yaitu unsur Pancasila

adalah bersifat abstrak, umum, dan universal.

2. Sedangkan sistem filsafat Pancasila bersifat koheren, dalam hubungan

antar bagian dan pernyataannya. Bersifat menyeluruh, meliputi semua

tata kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara. Bersifat

mendasar sampai ke inti mutlak tata kehidupan. Bersifat spekulatif,

merupakan praanggapan sebagai hasil perenungan pada awalnya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila terdiri dari tiga dasar diantaranya ialah dasar Ontologis (Hakikat

Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis (Pengamalan

Nilai-Nilainya). Pancasila terdiri atas lima sila yang setiap sila-nya bukanlah

merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri. Secara hierarkis sila pertama

ketuhanan yg maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila – sila pancasila yg

lainnya. Pancasila memiliki tiga unsur pokok. Pertama. logos, yaitu rasionalitas

atau penalarannya; kedua, pathos yaitu penghayatannya; dan ketiga, ethos yaitu

kesusilaannya. Dasar dasar tersebut yang menyebabkan pancasila menyangkut

masalah nilai kegunaan ilmu agar digunakan dengan baik dan bijak.

Pancasila memenuhi syarat sebagai sistem ilmiah dan sebagai sistem

filsafat. Sehingga perlu digali lagi berbagai kemungkinan sumbangan Pancasila

bagi kemajuan dunia ilmiah dan kefilsafatan.

3.2 SARAN

Setelah mempelajari makalah tersebut diharapkan pembaca mengetahui

tentang sejarah bangsa Indonesia terutama dalam Pancasila sebagai sistem filsafat,

hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Ontologis (Hakikat Manusia),

hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Epistemologis (Pengetahuan),

13
hubungan Sila-Sila Pancasila dengan Dasar Aksiologis (Pengamalan Nilai-

Nilainya), dan Pancasila sebagai sistem ilmiah.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/download/21286/13282

https://media.neliti.com/media/publications/228469-landasan-

pengembangan-filsafat-pancasila-49e0222d.pdf

https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/viewFile/31640/19174

https://media.neliti.com/media/publications/78946-ID-teori-kebenaran-

pancasila-sebagai-dasar.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai