Anda di halaman 1dari 2

Harga diri terutama pada remaja merupakan komponen afektif diri yang krusial untuk

membantu remaja menilai diri sendiri, baik secara negative maupun positif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Izzah, 2017)menyatakan bahwa harga diri pada remaja memiliki
keterikatan dengan kelekatan remaja pada orang tua. Penelitian tersebut menganalisis hubungan
kedua variabel dengan analisis korelasi pearson yang menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya kelakatan orang tua dan harga diri pada remaja dengan p=0.000 dan nilai
korelasi (r) sebesar 0.418. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa semakin tinggi
harga diri remaja maka semakin aman kelekatan terhadap orang tua dan begitupun sebaliknya.
Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh (Hadori, Hastuti and Puspitawati, 2020) menyatakan
bahwa semakin tinggi harga diri seorang remaja maka semakin tinggi kelekatan orang tua-
remaja.
Penelitian yang dilakukan oleh (Arbona and Power, 2003) tentang kelekatan orang tua,
harga diri, dan perilaku antisosial pada remaja African American, European American, dan
Mexican American menunjukkan adanya hubungan signifikan antara ketiga variabel tersebut.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelekatan
orang tua dan remaja jika ditinjau dari aspek perbedaan budaya. Namun, didapatkan kesimpulan
bahwa harga diri yang positif pada remaja akan meningkatkan kelekatan tipe aman antara orang
tua dan remaja. Selain itu, remaja dengan harga diri yang positif cenderung tidak menunjukkan
perilaku antisosial dibandingkan dengan teman sebayanya dengan kelekatan tidak aman antara
orang tua dan remaja. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat
disimpulkan jika harga diri yang dimiliki remaja tinggi dan bersifat positif maka kelekatan orang
tua-remaja yang terjalin adalah tipe kelekatan aman.

Penggunaan gawai atau screen time di Indonesia meningkat pesat dimana sebanyak 143
juta orang telah terhubung dengan internet sepanjang tahun 2017. Sebanyak 16.68% pengguna
internet berasal dari kalangan remaja dengan rentang usia 13-18 tahun (Bohang, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Diananda and Intan, 2021) menunjukkan bahwa
lama penggunaan gadget pada remaja berpengaruh terhadap kelekatan dengan orang tua.
Sehingga disimpulkan bahwa semakin lama penggunaan gawai maka nilai kelekatan dengan
orang tua juga semakin menurun. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi
variabel lama penggunaan gawai sebesar -22.523, jika nilai variabel lama penggunaan gawai
mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka variabel kelekatan mengalami penurun 1 poin.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sampasa-Kanyinga et al., 2020) menyatakan bahwa
remaja yang menggunakan gawai lebih dari 2 jam per hari cenderung memiliki kelekatan yang
negatif dengan orang tuanya. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh (Chong, Tan and Siau,
2020) menyatakan bahwa lama penggunaan gawai memiliki hubungan yang signifikan dengan
kelekatan orang tua-remaja. Sehingga semakin pendek durasi penggunaan gawai maka kelekatan
orang tua-remaja semakin baik. Penelitian mengenai penggunaan gawai juga dilakukan oleh
(Richards et al., 2010) yang menyatakan bahwa remaja yang menghabiskan waktu lebih banyak
pada kegiatan menonton televisi dan bermain komputer daripada mengerjakan tugas atau
membaca, cenderung memiliki kelekatan yang rendah dengan orang tua dan teman sebaya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa lama penggunaan gawai pada remaja dapat mempengaruhi
kelekatan orang tua-remaja yang terjalin.

Arbona, C. and Power, T. G. (2003) ‘Parental attachment, self-esteem, and antisocial behaviors
among African American, European American, and Mexican American adolescents’,
Journal of Counseling Psychology, 50(1), pp. 40–51. doi: 10.1037/0022-0167.50.1.40.
Bohang, F. kartini (2018) Berapa jumlah pengguna internet di Indonesia. Available at:
https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-pengguna-internet-
indonesia?page=all.
Chong, S. Y., Tan, Y. T. and Siau, C. S. (2020) ‘Relationship between Parental Attachment ,
Parental Dependency on Mobile Phone and Screen Time among Adolescents’, International
Academic Research Journal of Social Science, 6(1), pp. 34–40.
Diananda, A. and Intan, R. (2021) ‘Pengaruh penggunaan gawai pada remaja awal dengan
kelekatannya pada orang tua’, Istighna: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 4(1), pp.
89–114. doi: 10.1007/978-981-10-2796-3.
Hadori, R., Hastuti, D. and Puspitawati, H. (2020) ‘Self-Esteem Remaja pada Keluarga Utuh dan
Tunggal: Kaitannya dengan Komunikasi dan Kelekatan Orang Tua-Remaja’, Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 13(1), pp. 49–60.
Izzah, I. (2017) ‘Peranan Gaya Kelekatan Kepada Orangtua Dengan Harga Diri Pada Remaja’,
Jurnal Sosiologi Reflektif, 11(2), p. 125. doi: 10.14421/jsr.v11i2.1355.
Richards, R. et al. (2010) ‘Adolescent screen time and attachment to parents and peers’,
Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, 164(3), pp. 258–262. doi:
10.1001/archpediatrics.2009.280.
Sampasa-Kanyinga, H. et al. (2020) ‘Social media use and parent–child relationship: A cross-
sectional study of adolescents’, Journal of Community Psychology, 48(3), pp. 793–803. doi:
10.1002/jcop.22293.

Anda mungkin juga menyukai