RESUME PENDEKATAN ANTROPOLOGI AGAMA DAN MASYARAKAT
ISLAM Vina Maulinda (15320304)
A. Antropologi dan Agama
Pada dasarnya, Nur Syam (2005) mengemukakan bahwa kajian agama berfokus pada dua hal yakni makna agama bagi manusia dan peran atau fungsi agama yang dapat disimpulkan menjadi what is religion and what does religion do for others. Menurut pendekatan antropologi, agama tidak seharusnya menjawab hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana seharusnya individu beragama menurut kita suci. Namun agama seharusnya menjawab mengenai bagaimana beragama menurut penganutnya masing-masing. Hal tersebut dikarenakan Kitab Suci merupakan das sollen atau bagaimana seharusnya seseorang berperilaku sedangkan pemikiran dan perilaku umat merupakan hal empirik sebab dialami oleh manusia itu sendiri baik diyakini, dikerjakan maupun dirasakan.
B. Teori Agama dalam Antropologi
Menurut Jamhari Ma’ruf (2010), studi agama dalam kajian antropologi dapat dikategorikan ke dalam empat kerangka teori yaitu intelektualis, strukturalis, fungsionalis dan simbolis. Berikut penjabaran dari keempat kerangka teori tersebut : 1. Teori Intelektualis. Teori ini mencoba untuk melihat agama dari segi definisi agama di dalam suatu masyarakat dan juga perkembangannya dari masa ke masa atau religious development. Sebagai contoh pendapat dari Max Muller yang berpandangan bahwa agama dimulai dari monoisme yang kemudian berkembang menjadi banyak jenis agama seiring berjalannya waktu. 2. Teori Strukturalis. Teori ini dikembangkan oleh Levi Strauss murid Emile Durkheim yang akhirnya menyebutkan bahwa agama baik dalam bentuk mitos maupun magis tetap menjadi sebuah model kerangka bertindak bagi individu dan masyarakat. 3. Teori Fungsionalis. Menurut Emile Durkheim manusia selamanya akan selalu dalam kondisi ekuilibrium dan saling terikat satu sama lain. Sehingga agama memiliki fungsi sebagai penguat dan penyeimbang ikatan moral masyarakat. Menurut Bronislaw (dalam Nasrullah, 2008) mengemukakan bahwa agama berfungsi untuk memberikan jawaban- jawaban terhadap permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan rasionalitas dan pengetahuan teknologi. 4. Teori Simbolis. Teori ini bermula dari pandangan Emile Durkheim mengenai ritual sebagai salah satu simbol keagamaan untuk mengembalikan kesatuan masyarakat. Hal tersebut kemudian diteliti oleh Victor Turner yang akhirnya mengemukakan empat fungsi dasar dari ritual keagamaan. Ritual memiliki fungsi sebagai media mengurangi permusuhan antar warga masyarakat, menutup jurang perbedaan, memantapkan hubungan bermasyarakat dan medium untuk menegaskan nilai-nilai dalam masyarakat.
C. Dinamika Hubungan Antropologi dan Agama
Menurut Clifford Geertz (1992), agama merupakan bagian dari sistem kebudayaan sehingga agama bukan hanya sekedar seperangkat nilai di luar dari manusia namun merupakan sebuah sistem pengetahuan dan simbolik yang memungkinkan terjadinya pemaknaan. Sehingga dalam hal ini, kebudayaan memiliki tiga elemen utama, yakni : 1. Sistem Kognitif dan Sistem Makna (model of). Merupakan sebuah representasi dari kenyataan yang merupakan perwujudan dari perilaku manusia yang tampak sehari-hari, sebagai contoh yaitu upacara keagamaan. 2. Sistem Nilai (model for). Merupakan sebuah representasi dari apa yangf menjadi pedoman bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan, sebagai contoh yakni agama yang dianut. 3. Sistem Makna (system of meaning). Merupakan sistem perantara yang dapat memanfaatkan simbol untuk menerjemahkan sebuah pengetahuan menjadi nilai-nilai.
D. Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
Menurut M. Syarif (2014), terdapat tiga teori utama yang dapat menjelaskan proses masuknya agama Islam ke Indonesia, yakni : 1. Teori Gujarat. Teori ini berpatokan pada pandangan yang mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui bangsa Gujarat di abad ke-13 M. Pencipta dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa hubungan Sumatera dan India merupakan hubungan yang lebih tua dibandingkan dengan Arab dan Indonesia berdasarkan pada Inkripsi tertua mengenai islam yang ditemukan di Sumatera. 2. Teori Mekkah. Teori ini dicetuskan oleh Hamka yang mengatakan bahwa Indonesia lebih dulu menjalin hubungan dengan Arab sejak abad ke-2 M sehingga di abad ke-13 M, Indonesia telah menerapkan politik islam. 3. Teori Persia. Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa di abad ke-13 M, Indonesia telah mengadaptasi beberapa kebudayaan Persia seperti Peringatan Asyura.
E. Definisi Masyarakat Madani dan Karakternya
Menurut Hall (1998), masyakat madani identik dengan kata civil society yang berarti sebagai ide atau cita-cita dari suatu masyarakat yang berpegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan. Berikut tiga karakteristik utama dalam masyarakat madani, yakni : 1. Semangat pluralisme yang tinggi, dimana masyarakat percaya akan kodrat dan takdir yang tidak dapat dirubah. 2. Memiliki toleransi yang tinggi antar umat beragama. 3. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi.