Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

IFA FAZIRA
201701013
3A KEPERAWATAN

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Laporan dan Asuhan Keperawatan dengan judul “Harga Diri Rendah”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran dari para pembaca.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Palu, 11 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi ......................................................................................
2. Anatomi Fisiologi ......................................................................
3. Etiologi ......................................................................................
4. Patofisiologi ...............................................................................
5. Pathway Keperawatan ...............................................................
6. Manifestasi Klinik .....................................................................
7. Pemeriksaan penunjang .............................................................
8. Penatalaksanaan .........................................................................
9. Komplikasi .................................................................................
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ..................................................................................
2. Diagnosa ....................................................................................
3. Intervensi ...................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menjadi isu utama dan menjadi suatu resolusi dalam
sidang kesehatan sedunia di geneva yang perlu di tindaklanjuti oleh semua
negara anggota World Health Organization (WHO). Sebelas persen beban dunia
adalah gangguan jiwa dan neurologik, sehingga tahun 2020 beban tersebut akan
meningkat sampai 14,6 persen. Masalah kesehatan jiwa nasional berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar bahwa yang mengalami gangguan jiwa di Indonesia
sebesar 0,46 persen.
Salah salah satu tanda dan gejala negatif gangguan jiwa yaitu harga diri
rendah. Menurut klasifikasi diagnostic and statistical manual of mental disorder
text revision (DSM IV, TR), harga diri rendah merupakan salah satu jenis
gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (videbeck).
Tingginya presentase masyarakat yang mengalami gangguan jiwa salah
satunya harga diri rendah, tentu perlu dan harus mendapat perhatian khusus dari
masyarakat maupun dari tenaga kesehatan.
Masalah-masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga
diri rendah, oleh karena itu penulis membahas mengenai konsep harga diri
rendah beserta asuhan keperawatan harga diri rendah, karena pemahaman
mengenai konsep harga diri rendah perlu dimiliki oleh masyarakat khususnya
tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam
laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar Harga Diri Rendah?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada Harga Diri Rendah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan penulisan dalam makalah
ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep dasar harga diri rendah
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada harga diri rendah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Harga diri rendah menurut Keliet (2006) digambarkan sebagai
perasaan yang negative terhadap diri sendiri dan harga diri rmerasa gagal
mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah adala evaluasi dari
atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain
yang berpikir adalah hal negative diri sendiri sebagai individu yang gagal,
tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya
(Baryy, dalam Fitria 2009)
Berdasarkan tiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga
diri merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negative
dan merassa dirinya lebih rendah dibanding orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap
dirinya; perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi,
peran, dan tubuh (Kusumawati, 2010).
2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-
neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau
plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat
mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya
belajar kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang
berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi
(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat
daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga
mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi
dan inisiatif (Purves dkk, 2004).
2) Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari
fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi
untuk mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan
berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.
3) Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).
4) Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan
rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori (White,
2008).
5) Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan
dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata. (White, 2008)

Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping.
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki
peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan
pada informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih
banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian
fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara
optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus
medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.


(Sumber: Raine, 2009)

c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur
seluruh proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan
diensefalon diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-
struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden
dan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan
bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.
Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen yaitu:
1) Pons : sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak,
terletak di brainstem, pons berisi banyak daerah control untuk
gerakan mata dan wajah
2) Medulla : bagian terendah dari batang otak, medulla adalah
bagian yang paling penting dari seluruh otak dan merupakan
pusat control jantung dan paru-paru yang sangat penting.
3) Saraf tulang belakang : merupakan sekumpulan besar serabut
saraf yang terletak di bagian belakang yang memanjang dari
dasar otak ke punggung bawah, saraf tulang belakang ini
membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh.

Gambar 2.3 Brainstem.


d. Sistem limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus
batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang
berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. sistem limbik
berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan otonom.
Gambar 2.4: Sistem limbik

Sistem limbik terdapat bagian-bagiannya :


1) Thalamus : bertanggung jawab untuk mendeteksi dan
menyampaikan informasi dari indera kita, seperti bau dan
penglihatan, serta bertanggung jawab untuk berpikir dan
gerakan.
2) Hipotalamus : bagian penting dari system limbic yang
bertanggung jawab untuk memproduksi beberapa pembawa
pesan kimiawi, yang disebut hormone. Hormone ini
mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus tidur, suhu tubuh, dan
asupan makanan. Hipotalamus terletak dibawah thalamus.
3) Girus singulata : berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan
pesan antara bagian dalam dan luar dari sisytem limbic.
4) Amigdala : bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh
untuk situasi darurat, seperti sedang kaget dan untuk
menyimpan kenangan peristiwa untuk pengenalan masa depan.
Amigdala membantu dalam pengembangan kenangan,
terutama yang berkaitan dengan peristiwa emosional dan
keadaan darurat. Amigdala ini juga terlibat secara khusus
dengan perkembangan emosi secara khusus dengan
perkembangan emosi rasa takut, dan dapat menjadi penyebab
ekspresi ekstrim ketakutan, seperti dalam kasus panic. Selain
itu amigdala memanikan peran utama dalam kesenangan dan
gairah generative, dan dapat bervariasi dalam ukuran
tergantung pada aktivitas generative dan kematangan individu.
5) Hipokampus : bagian lain dari lobus temporal yang
bertanggung jawab untuk mengubah kenangan jangka pendek
ke memori jangka panjang. Hipokampus diperkirakan bekerja
dengan amigdala untuk penyimpanan memori dan kerusakan
pada hipokampus dapat menyebabkan amnesia.
6) Ganglia basal : kumpulan badan sel saraf yang bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi gerakan otot dalam postur tubuh.
Secara khusus, ganglia basal membantu untuk memblokir
gerakan yang tidak di inginkan, dan langsung terhubung
langsung dengan otak untuk koordinasi.
3. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart Gail (2007) :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang
mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan
pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandimg wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat
menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. Misal:
seorang istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga atau
seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap
wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita
yang mempunyai sejumlah peran.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada
anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu
dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika
akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak
remaja akan menimbilkan perasaan benci pada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh
kelompoknya.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negatif dan tidak berdaya.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
hilangnya sebagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk
tubuh, mengalami kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan
kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien
dan keluarga. Harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran
negative dan meningkat saat di rawat.
Baik factor predisposisi maupun presipitasi di atas bila
mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap maupun
bertindak, maka dianggap akan memengaruhi terhadap koping
individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme
koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klienn tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak
mau bergaul dengan orang lain (isolasi social : menarik diri) , yang
menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan
pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering
dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi
dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.
Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu,
pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti
perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai
akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan
perilaku akibat harga diri rendah. (H Yosep, Iyus. 2007)
4. Patopsikologi
Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan
interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga
sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu
yang mempunyai ketergantungan berlebihan pada orang lain, dan
kemudian dimunculkan dalan bentuk perilaku.
Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah
adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas menurun,
destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap
negative terhadap diri sendiri, keteganggan peran, pesimis terhadap
kehidupan, keluhan fisik pandangan hidup terpolarisasi, menolak
kemampuan diri sendiri, mengejek diri realitas, cemas dan takut.
Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersoanal yang
buruk mengarah pada skizofrenia dan depresi.
Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiolkultural akibat menurunyya
stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencakupi kebutuhan
sehari-hari dan faktor psikologi meliputi koping individu yang tidak
efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta koping
keluarga dalam menghadapi situasi yang di alami klien.

5. Pathway Keperawatan

Isolasi sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Koping Individu

6. Manifestasi Klinis
a. Data subjektif
1) Perasaan tidak mampu
2) Rasa bersalah
3) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
4) Sikap negative pada diri sendiri
5) Sikap pesimis pada kehidupan
6) Keluhan sakit fisik
7) Pandangan hidup yang terpolarisasi
8) Menolak kemampuan diri sendiri
9) Mengungkapkan kegagalan diri sendiri
10) Ketidakmampuan menentukan tujuan
b. Data objektif
1) Produktifitas menurun
2) Destruktif pada orang lain
3) Destruktif pada diri sendiri
4) Menolak diri secara social
5) Penyalagunaan obat
6) Menarik diri dan realistis
7) Khawatir
8) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
9) Menunjukkan tanda depresi ( susah tidur dan tidak nafsu makan )
(Sudden & Stuart, 2005)
7. Penatalaksanaan
a. Psikofarmako
1) Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan
menilai realistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku aneh
Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
2) Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis
berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna
b. Psikoterapi
1) Terapi okupasi/ rehabilitasi
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut
berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan.

2) Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan
stress dan mengenal masalah dan perlibatan kembali pasien ke
dalam aktivitas.
3) Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis
dengan maksud untuk
c. Manipulasi lingkungan
1) Bersikap menerima psien dan negatifismenya
2) Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di
ruangan
3) Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan
tanggungjawabnya sendiri. Misalnya, menata tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan minum obat.
4) Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang
dilakukan secara mandiri
8. Komplikasi
a. Isolasi social : Menarik diri
b. Perilaku kekerasan
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadi
faktor predisposisi, presipitasi, penilaian, terhadap stresor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimlilki klien. Data-data yang
diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang
disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui proses
wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang ditemukan secara
nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat (Keliat, Panjaitan & Helena, 2006).
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1) Keluhan utama atau alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa
yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
2) Faktor presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
4) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas
(Fitria, 2009).
5) Konsep diri
a) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
b) Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai
personal tertentu.
c) Harga diri : Penilai individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku dirinya dengan
ideal diri.
d) Identitas : Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsentrasi, dan
keunikan individu.
e) Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
3. Intervensi
a. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubngan saling percaya
Intervensi :
a) Sapa klien dengan ramah dan nama panggilan yang disukai
klien
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Beri perhatian kepada klien dan perjhatikan kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien

Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
b) Hindarkan pemberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c) Memberi pujian yang realistik
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
Intervensi :
a) Rencanakan bersama aktivitas klien yang dapat dilakukan
setiap hari
b) Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
b) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d) Diskusikan kemungkinan pelaksanan kegiatan setelah
pulang
6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Intervensi :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
dirumah
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah menurut Keliet (2006) digambarkan sebagai
perasaan yang negative terhadap diri sendiri dan harga diri rmerasa gagal
mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah adala evaluasi dari atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang
berpikir adalah hal negative diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak
mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya
(Baryy, dalam Fitria 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. “Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa”. Jakarta : Salemba Medika
Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta : Nuhamedika.
Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari
http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH
%20BAB%20II.pdf pada 11 Januari 2020
Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses
dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-
eliniasury-8333-2-babii.pdf pada 11 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai