KATA PENGANTAR
Buku pedoman praktikum Mekanika Tanah ini disusun untuk digunakan dalam
praktikum Mekanika Tanah di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil
FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti. Buku pedoman ini terdiri
atas 12 modul praktikum yang mendukung mata kuliah Mekanika Tanah, dimana 2
modul merupakan pengujian insitu sementara 10 modul lainnya adalah pengujian
laboratorium. Buku pedoman ini dilengkapi dengan tata tertib, tujuan masing-masing
praktikum, peralatan yang digunakan, langkah-langkah pengujian, serta tabel data dari
masing-masing pengujian yang dilakukan. Semoga buku pedoman ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan menjadi acuan dalam melaksanakan praktikum
Mekanika Tanah.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................................................................3
1. Gambaran Umum Praktikum...............................................................................3
2. Teknis Penyelenggaraan Praktikum....................................................................3
3. Pembuatan Laporan............................................................................................4
4. Tata Tertib Praktikum..........................................................................................4
MODUL 1 CONE PENETRATION TEST (SONDIR)......................................................6
MODUL 2 STANDARD PENETRATION TEST (SPT) DAN PENGAMBILAN CONTOH
TANAH......................................................................................................... 12
MODUL 3 SPECIFIC GRAVITY (Gs) METODE PICNOMETER..................................16
MODUL 4 INDEX PROPERTIES..................................................................................21
MODUL 5 ANALISA UKURAN BUTIR (GRAIN SIZE ANALYSIS)...............................28
MODUL 6 ATTERBERG LIMITS..................................................................................40
MODUL 7 UJI PERMEABILITAS (PERMEABILITY TEST)..........................................48
MODUL 8 UJI PEMADATAN (COMPACTION TEST)..................................................55
MODUL 9 UJI CBR LABORATORIUM (CBR LABORATORY TEST)...........................62
MODUL 10 OEDOMETER (CONSOLIDATION TEST)................................................68
MODUL 11 UJI TEKAN SILINDER BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) 78
MODUL 12 UJI TEKAN TRIAXIAL UNCONSOLIDATED UNDRAINED CONDITION 85
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3. Pembuatan Laporan
Laporan praktikum memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. Kerangka laporan terdiri dari cover, lembar pengesahan, kata pengantar,
daftar isi, serta modul setiap praktikum.
b. Susunan dalam setiap laporan praktikum terdiri dari modul, tabel data,
grafik, contoh perhitungan, kesimpulan, dan lampiran.
c. Tabel data, contoh perhitungan, dan kesimpulan ditulis tangan.
d. Penyajian data grafik menggunakan bantuan MS.Excel, namun
penggambarannya dilakukan secara manual.
e. Laporan ditulis pada kertas A4 80 gram.
f. Laporan dijilid hardcover warna biru tua.
PENDAHULUAN
Cone penetration test (CPT) atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama
sondir merupakan salah satu pengujian insitu yang sering digunakan untuk melakukan
penyelidikan tanah. Dari pengujian CPT maka akan diketahui nilai perlawanan ujung
konus pada kedalaman setiap 20 cm. Nilai ini yang kemudian dapat digunakan untuk
melakukan analisis untuk memperoleh stratatigrafi lapisan tanah.
TUJUAN
Untuk mengetahui perlawanan ujung, perlawanan lekat, kedalaman tanah keras,
stratatigrafi lapisan-lapisan, homogenitas, karakteristik-karakteristik mekanis, daya
dukung, dan pengidentifikasian lapisan-lapisan tanah. Data-data tersebut dapat
membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan tanah.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menentukan titik yang akan disondir, bersihkan dan ratakan permukaan
tanahnya sehingga alat sondir dapat berdiri tegak.
2. Memasang angker ke dalam tanah, biasanya 4 buah tetapi bila tanah cukup
baik boleh dipasang 2 buah saja.
3. Memasang dan aturlah mesin sondir vertikal (penyimpangan maksimum yang
diijinkan terhadap sumbu vertikal adalah 2 %) ditempat yang akan diperiksa
dengan diperkuat oleh angker-angker.
4. Setelah alat sondir berdiri vertikal, memasang 2 buah manometer masing-
masing untuk tekanan 0 – 60 kg/cm 2 dan 0 – 250 kg/cm2. Bila diperlukan
tambahan minyak kastroli, pengisian minyak tersebut harus bebas dari
gelembung udara.
5. Memasang konus atau adhesion jacket cone pada ujung pipa pertama,
kemudian pasangkan rangkaian pipa tadi pada mesin sondir.
6. Setelah semua siap untuk dikerjakan, memutar stang pemutar atau (handle)
hingga alat penekan turun menyentuh mur kepala dan kunci kepala dalam
keadaan tertekan, sehingga dalam kedudukan ini bila handel diputar turun,
maka batang dan pipa sondir akan turun.
7. Melakukan pengukuran yang dilakukan pada pada setiap pertambahan
kedalaman 20 cm. oleh karena itu pipa sondir yang panjangnya 1 meter dapat
dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing bagian 20 cm (dapat ditandai dengan
spidol).
8. Memutar stang pemutar sampai kunci kepala menekan mur kepala dan pipa
sondir masuk kedalam tanah sehingga adhesion jacket cone masuk sedalam
20 cm dari permukaan tanah. Kemudian stang pemutar diputar berlawanan
arah sampai kepala terangkat dari mur kepala, tarik kunci kepala sehingga
tekanan dari torak akan dilimpahkan pada batang.
9. Membuka kran yang menuju ke manometer yang berkapasitas 0 – 60 kg/cm2
10. Memutar stang pemutar dengan kecepatan konstan (10 mm/s – 20 mm/s 25 %)
dalam keadaan ini torak menekan batang yang akan diteruskan pada adhesion
jacket cone turun sejauh 4 cm yang pertama dan 4 cm yang kedua. Membaca
manometer untuk 4 cm pertama adalah nilai perlawanan ujungnya (qc) dan
pembacaan untuk 4 cm berikutnya merupakan niali keseluruhan dari nilai
perlawanan ujung dan perlawanan lekat.
11. Memutar stang pemutar berlawanan arah untuk menaikkan torak sehingga
manometer menunjukkan angka nol dan kunci kepala ditekan kembali.
12. Memutar stang pemutar kembali sampai pipa sondir turun sebesar 20 cm.
Kemudian handel diputar berlawanan arah samapai kepala terangkat dari mur
kepala, tarik kunci kepala seperti pada langkah 8.
13. Mengulangi langkah 10 sampai 12.
14. Bila pipa sondir yang tinggal 20 cm diatas permukaan tanah, melakukan
penyambungan yang dikencangkan dengan kunci-kunci pipa. Bila pembacaan
manometer sudah mendekati 60 kg/cm 2, tutup kran yang menghubungkan
dengan manometer tersebut dan buka kran yang menghubungkan dengan
manometer yang berkapasitas 250 kg/cm2
15. Setelah pembacaan nilai perlawanan ujung 3 kali berturut-turut
mencapai ≥200 kg/cm2, percobaan dihentikan karena lapisan tanah sudah
cukup keras dan mengingat kapasitas alat sondir sampai 3000kgf.
16. Mencatat kedalaman tanah keras (qc ≥ 200 kg/cm2).
17. Selanjutnya dilakukan pencabutan pipa dan batang sondir.
Kunci kepala dalam keadaan terarik dan piston penekan diturunkan
sampai kepala pipa masuk pada piston penekan.
Menekan kunci kepala hingga mur kepala dalam keadaan terkait.
Memutar stang pemutar untuk menarik piston penekan hingga pipa
batang dan adhesion jacket cone tertarik pula keatas.
Membuka sambungan-sambungan dengan menahan pipa-pipa yang ada
dengan kunci –kunci pipa. Sementara pada pipa pertama pindahkan pada
pipa yang ada dibawahnya.
Dengan cara yang sama, mencabut pipa-pipa berikutnya.
PERHITUNGAN
Side friction (fs)
Keterangan
Ac = luas penampang konus (cm2)
As = luas selimut (cm2)
D = diameter (cm)
qc = bacaan manometer R1
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Grafik penyajian data
hubungan antara qc (kg/cm2) dengan kedalaman
hubungan antara fs (kg/cm) dengan kedalaman
PENDAHULUAN
Standard Penentration Test (SPT) merupakan pengujian insitu yang juga banyak
digunakan untuk mengetahui jenis tanah, mendapatkan parameter kuat geser tanah
dengan melakukan korelasi. Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk mendapatkan
contoh tanah terganggu (disturbed sample, DS) dan tanah tidak terganggu
(undisturbed sample, UDS), yang nantinya digunakan sebagai material uji dalam
laboratorium. Kelebihan dari pengujian SPT adalah memperoleh contoh tanah tidak
terganggu (UDS) disamping memperoleh jumlah pukulan terhadap penetrasi.
TUJUAN
SPT dilakukan untuk memperoleh jumlah pukulan terhadap penetrasi dari split barrel
sampler. Sementara pengambilan contoh tanah adalah untuk memperoleh contoh tanah
pada kedalaman tertentu baik tanah terganggu (DS) maupun tanah tidak terganggu
(UDS).
PROSEDUR PENGUJIAN
Standard Penetration Test (SPT)
A. Persiapan
1. Memasang blok penahan pada stang bor.
2. Memberi tanda pada ketinggian ± 75 cm pada stang bor yang berada di
atas penahan.
3. Membersihkan lubang bor yang akan dilakukan pengujian.
4. Memasang alat pengambil contoh tanah tabung belah pada pipa bor dan
pada ujung lainnya disambungkan dengan stang bor yang telah dipasangi
blok penahan.
5. Memasukkan peralatan SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai
kedalaman uji yang dikehendaki.
6. Memasang hammer atau palu pada stang, di atas penahan yang telah
diberi tanda pada ketinggian ±75 cm dari penahan, palu atau hammer diikat
dengan tali melalui katrol sampai ke bawah
7. Memberi tanda pada stang bor mulai dari muka tanah pada ketinggian 15
cm, 30 cm dan 45 cm.
B. Pelaksanaan Pengujian
1. Melakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada
interval sekitar 1,50 m – 2,00 m atau sesuai keperluan.
2. Menarik tali pengikat hammer atau palu sampai batas tinggi jatuh (± 76
cm).
3. Melepas tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan.
4. Mengulangi butir 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm
pertama.
5. Menghitung jumlah pukulan atau tumbukkan N pada penetrasi 15 cm yang
pertama
6. Mengulangi butir 2, 3, 4 dan 5 sampai pada penetrasi 15 cm yang kedua
dan ketiga. Pada tiap penetrasi 15 cm dicatat jumlah pukulan N.
15 cm pertama dicatat N1
15 cm kedua dicatat N2
15 cm ketiga dicatat N3
7. Menghentikan pengujian jika nilai N lebih besar dari 50.
PERHITUNGAN
Keterangan
N = nilai SPT, jumlah tumbukkan yang dihitung
N1 = jumlah tumbukkan untuk menenbus 15 cm pertama (nilainya diabaikan,
karena masih terpengaruh oleh sisa pengeboran)
N2 = jumlah tumbukkan untuk menembus 15 cm kedua
N3 = jumlah tumbukkan untuk menembus 15 cm ketiga
MODUL 3
SPECIFIC GRAVITY (Gs) METODE PICNOMETER
PENDAHULUAN
Specific gravity atau berat jenis butir (Gs) merupakan perbandingan berat
volume suatu bahan dengan berat volume air yang bebas gas pada suhu awal
pengujian. Nilai Gs digunakan dalam perhitungan hubungan fase tanah, seperti
menentukan volume butir padat yang terkandung didalam tanah. Nilai Gs pada suatu
material menjelaskan kandungan mineral yang ada didalamnya.
TUJUAN
Untuk mengetahui nilai berat jenis butir dari suatu contoh tanah, sehingga bisa
ditentukan apakah tanah tersebut merupakan material organik atau anorganik.
Untuk nilai Gs < 2,6 maka termasuk tanah organik
2,6 – 2,8 maka termasuk tanah anorganik
PROSEDUR PENGUJIAN
A. Persiapan Material
Material yang akan diuji berat jenis butir (Gs) harus dalam keadaan kering.
1. Menyiapkan material yang akan diuji.
2. Menimbang material tersebut kurang lebih 15 gram.
3. Mengeringkan material menggunakan oven dalam suhu 100°C selama ±24
jam.
4. Keesokan harinya, mengeluarkan material, memasukkan ke dalam desikator
hingga bersuhu ruang.
5. Menimbang material sebanyak 30 gram, bagi menjadi 2 bagian, dimana
masing-masing sebanyak 15 gram (Ws).
B. Penentuan Gs
1. Membersihkan dan mengeringkan 2 buah picnometer yang akan digunakan.
2. Menimbang berat masing-masing picnometer beserta tutupnya (W1).
3. Mengisi picnometer dengan aquades hingga penuh (air keluar dari bagian
atas tutupnya). Kemudian membersihkan dan mengeringkan bagian luarnya
lalu menimbang untuk mendapatkan berat W2.
4. Memasukkan material yang akan diuji kedalam masing-masing picnometer.
Menimbang berat keduanya (W3).
5. Mengisi picnometer yang berisi material dengan aquades hingga 2/3 penuh.
6. Mengeluarkan udara didalamnya dengan cara memanaskannya hingga
mendidih (boiling) selama ± 10 menit sambil di mengguncang-guncang
picnometer secara perlahan beberapa kali, kemudian mengangkat
picnometer.
7. Mengistirahatkan picnometer selama ± 24 jam.
8. Setelah diistirahatkan selama ± 24 jam, mengisi picnometer dengan aquades
hingga penuh (air keluar dari bagian atas tutupnya) secara perlahan.
Kemudian membersihkan dan mengeringkan bagian luarnya lalu
menimbangya untuk mendapatkan berat W5.
9. Mengukur suhu air didalam picnometer menggunakan termometer.
PERHITUNGAN Gs
Dengan cara dididihkan (boiling)
Keterangan
GT = berat jenis (Specific Gravity) dari air pada suhu ToC
WS = berat tanah kering
W1 = berat Picnometer
W2 = berat Picnometer + air
W3 = berat Picnometer + berat tanah kering
W4 = WS + W2
W5 = berat Picnometer + air + berat tanah kering (setelah dididihkan)
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kesimpulan
SPESIFIC GRAVITY (Gs) TEST
Picnometer No 1 2
Volume of Picnometer ;V ( ml )
Wt. of Picnometer ; W1 ( gr )
Wt. of Picnometer + Water ; W2 ( gr )
Wt. of Picnometer + Dry Soil ; W3 ( gr )
Wt. of Dry Soil ; WS ( gr )
WS + W2 ; W4 ( gr )
Wt. of Picnometer + Dry Soil + Water
; W5 ( gr )
(after boiled)
WS + W2 - W5 ( gr )
Temperatur ;T ( °C )
Specific Gravity of Water at T °C ; GT
Specific Gravity of Soil at ; GS
Average Specific Gravity of Soil at T °C ; GS(ave)
LAMPIRAN
Tabel 2 Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Specific Gravity (Gs) (J.E, Bowles, 1996)
Jenis Tanah Gs
Batu pecah 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau, anorganik 2,62 – 2,68
Lempung, organik 2,58 – 2,65
Lempung, anorganik 2,68 – 2,75
Tabel 3 Nilai Specific Gravity (Gs) Berdasarkan Mineral Pembentuknya (Das, 2008)
Mineral Specific Gravity (Gs)
Quartz 2,65
Kaolinite 2,6
Illite 2,8
Montmorillonite 2,65 – 2,80
Halloysite 2,0 – 2,55
Pottasium feldspar 2,62 – 2,76
Chlorite 2,6 – 2,9
MODUL 4
INDEX PROPERTIES
PENDAHULUAN
Dalam kondisi alami, tanah terdiri dari tiga fase yang terdiri dari udara, air, dan
butir padat. Hubungan ketiganya dapat menentukan struktur, plastisitas, dan klasifikasi
engineering yang biasanya digunakan.
TUJUAN
Untuk menentukan nilai berat volume tanah (), kadar air (w), angka pori (e),
porositas (n), derajat kejenuhan (Sr). Sehingga dapat memperkirakan sifat - sifat suatu
contoh tanah sebagai bahan hitungan dalam persoalan yang kita hadapi dalam
praktek.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang dan mengukur diameter serta tinggi ring pencetak dalam keadaan
kering dan bersih (lakukan sebanyak 3 kali pada arah yang berbeda, kemudian
diambil nilai rata-rata).
2. Menempatkan ring pencetak didepan tabung contoh tanah, kemudian contoh
tanah dikeluarkan dengan extruder dan ring ditahan sehingga tanah masuk
kedalam ring.
3. Meratakan permukaan contoh tanah yang terdapat pada ring pencetak, bagian
luar ring dibersihkan dari tanah yang melekat.
4. Meletakkan ring pada kontainer lalu menimbang beratnya, kemudian
memasukkannya kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 105-110°C.
5. Mengeluarkan benda uji dari oven setelah 24 jam, kemudian memasukkannya
kedalam desikator, kemudian melakukan penimbangan untuk mendapatkan
tanah kering.
PENURUNAN RUMUS
1. Derajat Kejenuhan ( Degree of Saturation, Sr)
V
Udara Wa 0
a Vv
V Air
Ww
W
Vw Butiran
Padat
Ws
Vs
Ww = berat tanah basah dan ring – berat ring – berat kering
= W1 – W2 – Ws
3. Angka Pori ( Void Ratio, e )
4. Berat Volume ( )
7. Porositas ( n )
Keterangan
V = volume contoh tanah
Vs = volume butir
Gs = specific gravity
Vv = volume pori
Ws = berat butir
Ww = berat air
W1 = berat ring
W2 = berat ring + contoh tanah
W = berat contoh tanah = W2 – W1
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kesimpulan
INDEX PROPERTIES TEST
w = %
= gr/cm3
dry = gr/cm3
sat = gr/cm3
’ = gr/cm3
e =
n =
Sr = %
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRISAKTI
Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440
LAMPIRAN
Tabel 5 Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering untuk Jenis Tanah
Pada Kondisi Alami (Das, 2008)
Tabel 6 Nilai Kepadatan untuk Beberapa Jenis Tanah (Modified after Hansbo,1975)
MODUL 5
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAIN SIZE ANALYSIS)
PENDAHULUAN
Analisa ukuran butir digunakan untuk dapat mengetahui material uji merupakan
tanah butir kasar atau tanah butir halus.
TUJUAN
A. Analisa Tapis
1. Untuk mengetahui ukuran butiran tanah.
2. Untuk dapat mengklasifikasikan tanah.
3. Untuk mendapatkan koefisien keseragaman (CU) dan koefisien gradasi (CC)
dari kurva distribusi ukuran butir.
B. Analisa Hidrometer
Analisa hidrometer adalah suatu cara dari analisa mekanis basah. Analisa
hidrometer ini dipergunakan untuk mengetahui pembagian ukuran butir pada tanah
butir halus, yaitu tanah yang melalui (lolos) tapis nomor 200. Dalam analisa
hidrometer dipergunakan aquades sebagai media pengujian, sehingga disebut
analisa mekanis basah.
PROSEDUR PENGUJIAN
A. Analisa Tapis
1. Membersihkan tapis dan pan dengan menggunakan sikat dan kuas, sehingga
lubang-lubang ayakan bersih dari material yang menempel.
2. Menimbang masing-masing tapis dan pan.
3. Menyiapkan contoh tanah yang kering udara kurang lebih 500 gram.
4. Menyusun tapis menurut bukaan tapis dari terkecil hingga terbesar, lalu
memasukkan contoh tanah ke dalam tapis yang paling atas dan kemudian
ditutup rapat.
5. Mengguncang susunan ayakan tersebut dengan menggunakan mesin
pengguncang selama kurang lebih 10 menit.
6. Mengistirahatkan susunan tapis tersebut selama 5 menit agar debu-debu
pada tapis dan pan mengendap terlebih dahulu.
7. Menimbang masing-masing tapis dengan material tanah yang tertahan
diatasnya.
8. Menghitung berat tanah yang tertahan pada masing-masing tapis.
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRISAKTI
Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440
B. Analisa Hidrometer
1. Mengambil contoh tanah yang lolos tapis nomor 200 (F200) dengan berat 50
gram. Kemudian material tersebut diberi akuades dan diaduk hingga
membentuk pasta.
2. Menambahkan larutan pengurai, yaitu Sodium Hexametafosfat, kekentalannya
10 gram/liter, agar butir-butir tanah tidak berflokulasi.
3. Memindahkan seluruh suspensi ke dalam alat pengaduk, tambahkan aquades
sampai 2/3 penuh, kemudian aduk selama 10 menit.
4. Memasukkan larutan ke dalam gelas ukur dan tambahkan aquades hingga
1000 cc.
5. Menutup mulut gelas pengukur dengan menggunakan telapak tangan,
mengocok suspensi dengan cara membolak-balikkan gelas kira-kira 60 kali
hingga suspensi mencapai kondisi dispersi total.
6. Meletakkan gelas pengukur ke atas meja dan masukkan hidrometer dengan
hati-hati, lalu jalankan pencatat waktu.
7. Mencatat pembacaan pada hidrometer pada menit ke ¼, ½, 1 dan menit ke 2
tanpa mengeluarkan hidrometer.
8. Mengeluarkan hidrometer dari dalam suspensi dengan gerakan memutar dan
catat temperaturnya.
9. Mengulangi langkah 6 sampai dengan langkah 9, ini dilakukan 2 kali dan
diambil harga rata-ratanya.
10. Mengulangi langkah 6 dan masukkan gelas ukur ke dalam bak perendam.
Pada waktu gelas ukur menyentuh dasar bak perendam, pencatat waktu
dijalankan.
11. Memasukkan hidrometer dan termometer ke dalam bak perendam. Dua puluh
detik sebelum menit ke 2, pindahkan hidrometer ke dalam gelas ukur dengan
hati-hati. Catat pembacaan hidrometer tepat pada menit 2. Setelah itu
memindahkan hidrometer ke dalam bak perendam dan catat temperatur pada
gelas ukur.
12. Mengulangi langkah 12 untuk menit-menit ke 5, 15, 30, 60, 250, dan 1440
atau sampai keesokan harinya.
13. Setelah semua pembacaan selesai, menuang larutan ke dalam wadah yang
telah ditimbang beratnya (jangan sampai ada yang terbuang), kemudian
masukkan ke dalam oven untuk mendapatkan berat keringnya.
PERHITUNGAN
A. Analisa Tapis
1. Wt. Soil Retained = (Wt. Sieve + Soil) – Wt. Sieve
2. % Retained = (Wt. Soil Retained / Wt. Soil Retained) x 100 %
3. % Cumulative (a) = % Retained (a)
% Cumulative (b) = % Cumulative (a) + % Retained (b)
% Cumulative (c) = % Cumulative (b) + % Retained (c) …, dst.
4. % Finer = 100 % - Cumulative Percent
B. Analisa Hidrometer
1. Menghitung diameter butiran
2. Menghitung persen
lolos Untuk hidrometer
151H
Keterangan
D = diameter butiran tanah
K = koefisien yang digunakan untuk menghitung diameter butiran tanah
PENYAJIAN HASIL
Berdasarkan hasil pengujian analisa tapis dan analisa hidrometer, maka:
1. Tabel data
2. Dapat digambarkan kurva distribusi ukuran butir dari hasil analisa tapis
kemudian dilanjutkan dengan hasil analisa hidrometer kedalam koordinat
semilogaritma.
3. Contoh perhitungan
4. Berdasarkan kurva tersebut, dapat ditentukan nilai D10, D30, dan D60 untuk
menghitung Cu dan Cc.
Dimana:
Cu = koefisien keseragaman
Cc = koefisien gradasi
SIEVE ANALYSIS
Wt.container = gram
Wt.container + wet soil = gram
Wt.container + dry soil = gram
Wt.dry soil (Ws) = gram
Elapsed Tempt
R Ra Zr D N N'
Time (T) R-Ra
(minute) (1000) (1000) (°C) (cm) (mm) (%) (%)
0,25
0,5
1
2
5
15
30
60
250
1440
LAMPIRAN
ATTERBERG
LIMITS
PENDAHULUAN
Keberadaan mineral pada tanah butir halus mempengaruhi nilai kadar air,
keadaan ini adalah sifat alami dari kohesi yang menyerap air yang berada diantara
partikel tanah. Berdasarkan nilai kadar air dalam material butir halus, maka perilakunya
dapat dibedakan menjadi empat keadaan yaitu solid (padat), semisolid (semi padat),
plastic (plastis), dan liquid (cair). Perubahan antara kondisi solid ke semisolid
merupakan shrinkage limit (batas susut), sementara plastic limit (batas plastis)
merupakan keadaan yang dibentuk pada transisi semisolid ke plastic, sedangkan liquid
limit (batas cair) terbentuk ketika kadar air material sangat tinggi.
TUJUAN
Untuk menentukan nilai batas-batas Atterberg yang terdiri dari, Batas Cair /
Liquid Limit (LL), Batas Plastis / Plastic Limit (PL), dan Batas Susut / Shrinkage Limit
(SL), serta mengetahui konsistensi material uji berdasarkan nilai-nilai yang sudah
ditentukan tersebut.
DEFINISI
Batas cair atau liquid limit (LL) merupakan kadar air yang terkandung pada tanah
dimana longsor sepanjang ½ inch dan merupakan ketukan ke-25 pada percobaan
Cassagrande.
40
2. Pelat kaca
3. Spatula dan scrapper
41
4. Kontainer
5. Gelas ukur
6. Oven
7. Desikator
8. Timbangan
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menyiapkan kontainer sebanyak lima buah, bersihkan dan catat nomor masing-
masing wadah kemudian menimbang beratnya.
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Cassagrande (± ½ inch).
3. Mengambil kira-kira 100 gram contoh tanah lolos tapis No.40 kemudian
mencampur dengan akuades pada pelat kaca, kemudian mengaduk hingga
homogen dengan konsistensi 40 ketuk .
4. Menempatkan sebagian tanah ke dalam mangkuk cassagrande dan meratakan
permukaannya hingga ketebalan maksimum ½ inch.
5. Menggoreskan groving tool memotong contoh tanah sepanjang sumbu simetris
sumbu mangkuk secara tegak lurus dengan titik persekutuannya.
6. Menjalankan alat pemutar dengan kecepatan kurang lebih dua ketuk tiap detik
dan menghitung jumlah ketukan yang diperlukan untuk menutup alur tanah
yang terpotong sepanjang ½ inch.
7. Mengaduk kembali tanah di dalam pelat kaca dan mengulangi langkah 4
sampai dengan 6 hingga didapat jumlah ketukan yang diinginkan.
8. Mengambil kira-kira 10 gram contoh tanah dengan spatula, tegak lurus alur
yang menutup dan memasukkan kedalam kontainer untuk kemudian ditentukan
kadar airnya.
9. Mengembalikan tanah dari dalam mangkuk ke pelat kaca dan menambahkan
akuades, aduk kembali hingga konsistensi menjadi lebih rendah 5 ketukan.
10. Mengulangi kembali langkah 4 sampai 8 hingga di dapat minimum lima pasang
data jumlah ketukan dan kadar air.
BATAS PLASTIS / PLASTIC LIMIT (PL)
DEFINISI
Batas plastis atau plastic limit (PL) merupakan kadar air yang terkandung pada tanah
saat dipilin menggunakan permukaan tangan setelah mencapai diameter 1/8 inch (3,2
mm) dan mulai retak.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Mengambil kira-kira 20 gram contoh tanah, buat menjadi bentuk elipsoid dan
menggulungnya dengan telapak tangan atau jari menjadi batangan sampai
diameternya 3,2 mm.
2. Meremas kembali tanah tersebut dan mengulangi langkah 1 sampai tanah
tersebut terputus dengan diameter yang sama atau sedikit lebih besar dari 3,2
mm (1/8 inch). Mengumpulkan potongan-potongan tanah tersebut dalam
kontainer tertutup.
3. Mengulangi langkah 1 dan 2 sampai terkumpul tanah dengan berat minimum
10 gram untuk ditentukan kadar airnya.
Catatan : Selama percobaan, tanah yang sudah memenuhi syarat harus
disimpan di dalam kontainer yang tertutup.
BATAS SUSUT / SHRINKAGE LIMIT (SL)
DEFINISI
Batas susut atau shrinkage limit (SL) merupakan nilai kadar air dimana tanah tidak
akan lagi mengalami perubahan volume.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang pinggan batas susut dalam keadaan kering dan bersih.
2. Melapisi pinggan dengan vaselin (pelumas).
3. Memasukkan tanah dengan konsistensi 15 ketuk ke dalam pinggan sedemikian
sehingga kemungkinan terdapatnya udara terperangkap kecil sekali.
4. Membiarkan pinggan beserta contoh tanah diudara terbuka selama 24 jam.
5. Memasukkan dan tanah ke dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105–
110 °C.
6. Mendapatkan berat pinggan batas susut beserta tanah kering.
7. Meletakkan pinggan air raksa diatas pinggan pelimpah, mengisi pinggan
dengan air raksa sampai melimpah dan ratakan permukaannya dengan pelat
bergarpu (hati-hati dengan udara terperangkap).
8. Menimbang pinggan pengamat, lalu memindahkan pinggan yang berisi air
raksa keatas pinggan pengamat.
9. Meletakkan contoh tanah kering keatas air raksa dan menekan dengan pelat
bergarpu sehingga pelat berimpit dengan mulut pinggan, dan benda uji
tenggelam secara sempurna tanpa ada permukaan yang terlihat.
10. Menimbang pinggan pengamat beserta air raksa yang melimpah didalamnya.
11. Menghitung volume tanah kering.
12. Menghitung nilai batas susut.
PERHITUNGAN
Shrinkage Limit
Plasticity Index PI = LL – PL
Flow Index
Toughness Index
Liquidity Index
Consistency Index Ic = 1 - IL
Keteranga
n
w = berat volume air
Vs = volume tanah kering
Ws = berat tanah kering
Gs = Specific Gravity
LL = Liquid Limit
PL = Plastic Limit
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Flow Curve
4. Bagan Plastisitas Cassagrande
5. Kesimpulan
ATTERBERG LIMITS TEST
Container No.
Number of blows ;N
Wt. of Container ; W1 ( gr )
Wt. Container + Wet Soil ; W2 ( gr )
Wt. Container + Dry Soil ; W3 ( gr )
Wt. of Wet Soil ; Ww ( gr )
Wt. of Dry Soil ; WS ( gr )
Water Content ;w (%)
PLASTIC LIMIT
Container No.
Kadar Air Alami (wn)
Wt. of Container ; W1 ( gr )
Wt. Container + Wet Soil ; W2 ( gr )
Wt. Container + Dry Soil ; W3 ( gr )
Wt. of Wet Soil ; Ww ( gr )
Wt. of Dry Soil ; WS ( gr )
Water Content ;w (%)
SHRINKAGE LIMIT
Tabel 9 Nilai Liquid Limit, Plastic Limit, dan Shrinkage Limit untuk Beberapa Mineral
Lempung (Cornell University, 1950: Samuels, 1950; Lambe dan Martin, 1955;
Warkentin, 1961; Grim, 1962)
Mineral Liquid Limit, % Plastic Limit, % Shinkage Limit, %
Montmorillonite 100 - 900 50 - 100 8,5 - 15
Nontronite 37 - 72 19 - 27
Illite 60 - 120 35 - 60 15 - 17
Kaolinite 30 - 110 25 - 40 25 - 29
Hydrated Hallosite 50 - 70 47 - 60
Dehydrated Haloysite 35 - 55 30 - 45
Attapulgite 160 - 230 100 - 120
Chlorite 44 - 47 36 - 40
Allophane (undrained) 200 - 250 130 - 140
MODUL 7
UJI PERMEABILITAS (PERMEABILITY TEST)
PENDAHULUAN
Tanah memiliki rongga yang dapat dialiri oleh air dari titik yang memiliki energi
tinggi ke titik lainnya yang energinya lebih rendah. Kecepatan aliran air dalam tanah
sangat penting diketahui karena digunakan untuk menghitung jumlah rembesan
dibawah permukaan tanah dengan kondisi yang berbeda-beda, seperti pada pekerjaan
dewatering atau peniadaan air dengan pemompaan pada proyek konstruksi, stabilitas
bendungan, maupun stabilitas lereng akibat tekanan air.
TUJUAN
Untuk menntukan koefisien kerembesan suatu material uji (k).
6. Mengukur diameter (d) dan tinggi (t) tabung silinder contoh tanah.
7. Mengukur tebal kedua batu pori, dan meletakkan batu pori bawah didasar
silinder.
8. Menimbang contoh tanah dalam keadaan kering udara sesuai dengan
kepadatan yang direncanakan.
9. Memasukkan contoh tanah sedikit demi sedikit (lapis perlapis) dan padatkan.
10. Memasang batu pori diatasnya, dan mengukur sisa jarak yang terbentuk dari
tepi atas tabung silinder ke permukaan tanah untuk mengetahui panjang
contoh tanah (L).
11. Memasang pegas diatas batu pori dan penutup atas tabung silinder serta
mengencangkan baut pengunci.
12. Menghubungkan selang pada corong dan mengisikan aquades melalui
corong. Mengusahakan agar pada selang tidak ada udara terperangkap
(pada keadaan ini, hubungan antara selang dan tabung silinder tertutup).
13. Membuka lipatan selang sehingga air dapat mengalir dari corong ke tabung
silinder dan keluar dari saluran tabung silinder. Menunggu beberapa waktu
hingga didapat kondisi aliran konstan.
14. Mengatur tinggi corong untuk mendapatkan energi tetap yang diinginkan
(dapat dilihat pada mistar pengukur).
15. Dengan keadaan air tetap mengalir dari corong ke silinder dan dengan
mempertahankan permukaan air pada corong senantiasa tetap, meletakkan
gelas pengukur di bawah saluran keluar (pada sisi atas tabung silinder), dan
bersamaan dengan itu jalankan pencacat waktu.
16. Mencatat waktu yang diperlukan untuk mendapatkan volume air sebesar Q
(dalam cc), juga mencatat temperaturnya.
17. Mengulangi lagkah 10 – 11 untuk tinggi energi yang berbeda.
PERHITUNGAN
Vv WS
1. Angka pori (e) = V -VS ;V
VS VS S
= GS W
WS
V-
GS V GS
e =
W = -1
WS WS
GS W
Berat butir (W S) V GS W
=
e 1
b. Falling Head :
aL h1
k 2,303 log aL
aL h cotg
ln 1
At h2 At h2 A
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kesimpulan
CONSTANT HEAD TEST
Determination No. 1 2 3 4
Weight of Dry Soil ; WS ( gr)
Length of Soil ; L ( cm )
Volume of Soil ; V ( cm³ )
Void Ratio ; e
Head ;h ( cm )
Hidrolik Gradien ;i
Temperature ;T ( °C )
Time ;t ( sec )
; Q1 ( cm³ )
Discharge ; Q2 ( cm³ )
; Q3 ( cm³ )
Average of Discharge ; Qav ( cm³ )
Coefficient of Permeabilty ;k (cm/sec)
AverageCoefficient of Permeabil ; kav (cm/sec)
FALLING HEAD TEST
Diameter of Sample ( d ) = cm
Area of Sample (A) = cm2
Height of Sample (L) = cm
Volume of Sample (V) = cm3
Weight of Pan ( W1 ) = gr
Wt. Soil + Pan Initial ( W2 ) = gr
Wt. Soil + Pan Final ( W3 ) = gr
Weight of Sample (W) = gr
Void Ratio (e) =
Assumed Sample Height (Lr) = cm
Assumed Sample Volume (Vr) = cm³
Height of Container (Z1) = cm
Height of Stone (Z2) = cm
Remains Height of Container (Z3) = cm
Assumed Void Ratio (er) =
Water Content Determination :
Container No.
Weight Container ; W1 ( gr )
Wt. Container + Wet Soil ; W2 ( gr )
Wt. Container + Dry Soil ; W3 ( gr )
Weight of Water ; Ww ( gr )
Weight of Dry Soil ; Ws ( gr )
Water Content ;w (%)
Average Water Content ; wave (%)
Test Data :
Test h1 h2 h3 Elapsed Time (sec) time (t) h1 Δh dp Ap Vp T kT'
ln h
No. (cm) (cm) (cm) h1 - h3 h3 - h 2 (sec) 2
(cm) (cm) (cm2 ) (cm3 ) ( °C ) (cm/sec)
1
2
3
4
Average =
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Pemadatan secara umum merupakan suatu proses untuk mengeluarkan udara
padapori-pori tanah dengan menggunakan energi mekanik (ditumbuk). Nilai kepadatan
suatu tanah diberikan dalam berat volume kering (d) yang terbentuk akibat pengaruh
kadar air. Perbedaan kadar air yang diberikan akan menghasilkan kepadatan tanah
yang berbeda pula, baik pada tanah butir kasar maupun tanah butir halus. Pemadatan
tanah digunakan untuk beberapa pekerjaan antara lain tanggul, bendungan, maupun
dasar perkerasan jalan. Dari usaha pemadatan yang diberikan, maka beberapa
perubahan akan terjadi pada struktur tanah, yaitu:
1. Volume udara akan berkurang, dan partikel tanah akan lebih berdekatan
2. Kekuatan geser dan daya dukung tanah meningkat
3. Kompresibilitas tanah berkurang
4. Permeabilitas tanah berkurang
5. Lebih tanah terhadap erosi
Berdasarkan energi yang diberikan dalam proses pemadatan laboratorium,
maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu Standard Proctor dan Modified Proctor.
Perbedaan dua jenis pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Standard Proctor
merupakan pengujian laboratorium yang banyak digunakan untuk pembuatan dasar
perkerasan jalan dan bendungan tanah. Sementara untuk pekerjaan bandara, jalur
lepas landas, maupun jalan raya nasional, pengujian pemadatan yang dibutuhkan
adalah Modified Proctor karena dalam pekerjaan tersebut tanah menerima beban yang
cukup besar, sehingga energi yang dibutuhkan pun juga besar.
Tabel 1 Pengujian Pemadatan Jenis Standard dan Modified Proctor
JENIS
KETERANGAN STANDARD MODIFIED
PENGUJIAN
Diameter (inch) 4,0 4,0
Mold
Tinggi (inch) 4,6 4,6
Berat (lbs) 5,5 10,0
Hammer
PROCTOR Tinggi jatuh (ft) 1,0 1,5
Jumlah lapisan 3 5
Jumlah pukulan per-lapis 25 x 25 x
Energi Kompaksi (ft-lbs/cu-ft) 12400 56000
Diameter (inch) 6,0 6,0
Mold
Tinggi (inch) 5,0 5,0
Berat (lbs) 5,5 10,0
Hammer
AASHTO Tinggi jatuh (ft) 1,0 1,5
Jumlah lapisan 3 5
Jumlah pukulan/lapis 55 x 55 x
Energi Kompaksi (ft-lbs/cu-ft) 12400 56000
TUJUAN
Untuk mendapatkan nilai kadar air optimum (wopt) dan berat volume kering
maksimum (d max) dari suatu contoh tanah.
PROSEDUR PENGUJIAN
A. Persiapan Material
1. Menyiapkan contoh tanah yang akan diuji + 25 kg dimana tanah sudah
dibersihkan dari akar-akar tumbuhan maupun kotoran lain.
2. Menjemur tanah sampai kering udara (air drained), atau mengeringkan
menggunakan oven dengan suhu 60C selama 24 jam.
3. Menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah dengan menggunakan palu karet
agar butiran tanah tidak ikut hancur.
4. Menyaring tanah dengan menggunakan tapis No.4.
B. Uji Pemadatan
1. Menyiapkan tanah lolos tapis No.4 sebanyak + 3 kg, kemudian dibasahi dengan
air untuk mendapatkan tanah yang lembab.
2. Membersihkan mold yang digunakan, kemudian menimbang beratnya, serta
mengukur diameter dan tingginya.
3. Mengisi mold tersebut dengan tanah yang telah disiapkan, sebagai lapis
pertama.
4. Menumbuk contoh tanah di dalam mold dengan hammer sebanyak 25 kali
mengelilingi tanah yang terdapat dalam mold. Hammer yang dipergunakan
disesuaikan dengan jenis percobaan yang diinginkan.
5. Mengisi kembali mold dengan tanah yang sama sebagai lapisan berikutnya dan
menumbuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Melakukan pengisian mold dengan tanah diteruskan sampai 5 lapisan untuk
pengujian modified proctor atau 3 lapisan untuk pengujian standard proctor.
7. Memasang sambungan mold (collar) pada saat mengisi tanah untuk lapisan
terakhir. Hal ini dilakukan untuk memastikan material uji tidak tumpah dan
hammer tidak meleset keluar saat proses penumbukkan dilakukan.
8. Membuka sambungan mold (collar) kemudian meratakan permukaan tanah
dengan menggunakan scrapper.
9. Menimbang berat mold dan contoh tanah.
10. Mengeluarkan material uji dengan bantuan dongkrak dan mengambil contoh
material bagian atas, tengah, dan bawah masing-masing + 10 gram kemudian
dioven selama 24 jam.
11. Menimbang kontainer + tanah kering, setelah dioven selama + 24 jam.
12. Menghitung kadar air.
13. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan perbedaan kadar air.
14. Membuat kurva kompaksi, yang merupakan hubungan Berat Volume Kering
(dry) terhadap Kadar Air (w).
PERHITUNGAN
1. Berat Volume Kering (dry) dapat dihitung menggunkan persamaan:
2. Untuk menggambarkan Zerro Air Void (ZAV) Curve, berat volume kering di hitung
dengan menggunakan persamaan:
3. Untuk menggambarkan Air Void Curve (AVC), maka derajat kejenuhan dapat
dihitung menggunakan persamaan:
Keterangan
= berat volume tanah
w = kadar air
GS = specific gravity of soil
w = berat volume air
Sr = derajat kejenuhan
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kuva kompaksi, lengkung kompaksi, dan lengkung ZAV
4. Kesimpulan
COMPACTION TEST
Type of Test :
DENSITY DETERMINTION
Assumed Water Content (%)
Wt. of Soil Use ; W1 (gr)
Wt. of Water Use ; W2 (gr)
Diameter of Mold ;d (cm)
Height of Mold ;t (cm)
Volume of Mold ;V (cm3)
Wt. of Mold ; W3 (gr)
Wt. Mold + Compacted Soil ; W4 (gr)
Wt. of Compacted Soil ;W (gr)
Wet Density ; γwet (gr/cm3)
Dry Density ; γdry (gr/cm3)
Void Ratio ;e
Porosity ;n
PENDAHULUAN
California Bearing Ratio (CBR) merupakan perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Nilai CBR digunakan sebagai acuan kepadatan yang disyaratkan
pada suatu pekerjaan pemadatan tanah. Pengujian CBR laboratorium dilakukan untuk
memperoleh nilai CBR disain yang kemudian menjadi kontrol bagi nilai CBR yang
diperoleh di lapangan.
TUJUAN
Untuk mendapatkan nilai CBR pada suatu tanah maupun campuran tanah
dengan agregat yang dipadatkan di laboratorium pada nilai kepadatan dan kadar air
tertentu.
PROSEDUR PENGUJIAN
A. Persiapan Benda Uji
Benda uji harus dipersiapkan menurut Cara Pemeriksaan Kepadatan Standar
(Standard Proctor).
1. Mengambil kira – kira 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg untuk campuran
tanah agregat.
2. Mencampur bahan tersebut dengan bahan air hingga mencapai kadar air
optimum atau kadar air lain yang dikehendaki.
3. Memasang cetakan pada keping alas kemudian menimbangnya. Memasukkan
piringan pemisah (spacerdisk) diatas keping alas dan memasang kertas saring
diatasnya.
4. Memadatkan campuran material tersebut di dalam cetakan sesuai dengan cara
Pemeriksaan Pemadatan Standard Proctor atau Modified Proctor. Bila benda
uji tersebut direndam, maka sebelum dipadatkan harus memeriksa kadar airnya
terlebih dahulu. Bila benda uji tersebut tidak direndam, pemeriksaan kadar air
dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
5. Membuka leher sambungan dan ratakan dengan alat perata, tambal lubang –
lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir – butir
kasar dengan bahan yang lebih halus. Mengeluarkan piringan pemisah, balikan
dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas dan timbang.
6. Untuk pemeriksaan CBR langsung (unsoaked CBR), benda uji ini telah siap
untuk dilakukan pengujian.
7. Untuk CBR yang direndam, (soaked CBR), langkah – langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Memasang keping pengembangan di atas permukaan benda uji dan
kemudian memasang keping pemberat yang dikehendaki (seberat 4,50kg
(10 lbs)) atau sesuai dengan beban perkerasan. Merendam cetakan
beserta beban di dalam air, sehingga air dapat meresap dari bagian atas
maupun dari bagian bawah. Memasang tripod beserta arloji pengukur
pengembangan. Mencatat pembacaan pertama dan biarkan benda uji
selam 96 jam. Permukaan air selama perndaman harus tetap (kira – kira
2,5 cm di atas permukaan benda uji). Mencatat pembacaan arloji
pengembangan.
b) Mengeluarkan cetakan dari bak air dan memiringkan selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir. Menjaga agar selama pengeluaran air
permukaan benda uji tidak terganggu.
c) Mengambil beban dari keping alas, kemudian menimbang cetakan beserta
isinya. Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk dilakukan pengujian
B. Pengujian CBR
1. Meletakkan keping pemberat di atas permukaan benda uji seberat minimal 4,50
kg (10 lbs) atau sesuai dengan besarnya beban perkerasan.
2. Untuk benda uji yang direndam (soaked) beban yang diberikan saat pengujian
besarnya harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu perendaman.
Pertama-tama meletakkan keping pemberat sebesar 2,27 kg (5 pound) untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping
pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada
permukaan benda uji.
3. Kemudian mengatur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban permulaan ini sebesar 4,50 kg (10 lbs). Pembebanan permulaan ini
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur di
nol kan.
4. Memberikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/ menit (0,05”) per menit. Mencatat pembacaan
pembebanan pada penetrasi 0,312 mm (0,0125”), 0,62mm (0,025”), 1,25 mm
(0,05”), 0,187 mm (0,075”), 2,5 mm (0,10”), 3,75 mm (0,15”), 5 mm (0,20”), 7,5
mm (0,30”), 10 mm (0,4”) dan 12,5 mm (0,5”).
1. Mencatat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5”).
2. Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25,4 mm.
5. Untuk pemeriksaan kadar air, mengambil benda uji sekurang-kurangnya
sebanyak 100 gram untuk tanah butir halus atau 500 gram untuk tanah butir
kasar.
PERHITUNGAN
Menentukan CBR Value:
Keterangan
LP = luas permukaan piston (inch2)
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kurva CBR
4. Kesimpulan
CBR LABORATORY TEST
DENSITY DETERMINTION
Number of Blows 10 x 25 x 56 x
Wt. of Mold ; W4 (gr)
Wt. Mold + Compacted Soil ; W5 (gr)
Wt. of Compacted Soil ;W (gr)
Volume of Mold ;V (cm3)
Wet Density ; γwet (gr/cm3)
Dry Density ; γdry (gr/cm3)
CBR LABORATORY TEST
71
MODUL 10
OEDOMETER (CONSOLIDATION TEST)
PENDAHULUAN
Tegangan dalam tanah meningkat akibat adanya beban yang diberikan
diatasnya. Pemampatan terjadi merupakan dampak dari keluarnya air dari pori-pori
tanah, deformasi partikel tanah, serta relokasi antar partikel tanah.
TUJUAN
Untuk mendapatkan parameter konsolidasi, sifat-sifat kemempatan tanah
berbutir halus yang digunakan dalam analisis penurunan (settlement).
71
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Merendam ring konsolidasi beserta batu porinya selama beberapa waktu
sebelum pengujian dimulai.
2. Mengukur tinggi dan diameter dari ring konsolidasi dengan jangka sorong dan
juga kedua batu pori dan pelat penutupnya.
3. Mengolesi bagian dalam dari ring konsolidasi dengan pelumas dan timbang.
4. Mengolesi juga ring pencetak dengan pelumas. Mengeluarkan dan contoh
tanah dengan bantuan extruder. Mencetak benda uji ke dalam ring pencetak.
5. Meratakan permukaan tanah dikedua ujung ring pencetak dengan gergaji
kawat.
6. Memberi kertas pori yang jenuh pada sisi atas dan bawah ring pencetak dan
meletakkan ring pencetak diantara dua batu pori yang sudah jenuh air.
7. Mengangkat ring pencetak dengan hati-hati sambil memberi tekanan ringan
pada batu pori atas, sehingga tanahnya tetap berada diantara dua batu pori.
8. Menempatkan ring konsolidasi sehingga batu pori beserta tanah ditengahnya
terdapat di dalam ring.
9. Meletakkan pelat pengaku diatasnya dan ukur tebal totalnya (tanah, dua buah
batu pori dan pelat pengaku).
10. Memasukkan ring beserta isinya ke dalam sel konsolidasi dan beri akuades
hingga batu pori yang atas terendam.
11. Menempatkan sel konsolidasi yang telah dipersiapkan tadi ke dalam alat
pembebanan.
12. Mempersiapkan extensometer untuk pembacaan pemampatan tanah.
13. Memberikan beban pada contoh tanah pada waktu yang telah direncanakan.
14. Menjalankan pencatat waktu.
15. Membaca extensometer pada tiap waktu sesuai dengan cara penyesuaian Log
t dan t.
16. Membaca extensometer dilakukan sampai dengan 24 jam.
17. Meningkatkan pembebanan menjadi 0,25 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 sampai dengan 8
kg/cm2 dengan interval pembacaan diambil serupa.
71
18. Setelah masa pembebanan 8 kg/cm2 berakhir, beban dikurangi menjadi 2
kg/cm2 dan kemudian 0,1 kg/cm2. Masing-masing beban dipertahankan selama
4 jam dan pembacaan hanya diambil pada awal dan akhir dari pengangkatan
beban.
19. Mengeluarkan contoh tanah dari ring konsolidasi dan membersihkan dari air
yang terdapat pada permukaannya dengan kertas penghisap, kemudian
tempatkan pada pinggan penguap untuk selanjutnya ditentukan menentukan
nilai kadar air.
PERHITUNGAN
Solid Height (2H0)
Keterangan
Ws = berat tanah kering
GS = specific gravity of soil
w = berat volume air
A = luas permukaan benda uji
PENYAJIAN HASIL
1. Tabel data
2. Contoh perhitungan
3. Kurva logaritma waktu
4. Kurva akar waktu
5. Kura e log P
6. Kesimpulan
71
OEDOMETER TEST
71
OEDOMETER TEST
71
OEDOMETER TEST
71
OEDOMETER TEST
71
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRISAKTI
Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440
OEDOMETER TEST
APPARATUS MEASUREMENT
Diameter of ring (d) = cm
Height of ring (t) = cm
Area ofring (A) = cm2
Volume of ring (V) = cm3
75
Applied Final Dial 2H Dial Void Void Square Root Fitting Log Fitting
Pressure Dial Change Change Height Ratio 2Hdr Method Method
AP FD ΔH 2H 2H-2H0 e t90 CV t50 CV
(minute) (minute) LABORAT
2
(kg/cm2) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm /min) (mm2/min)
ORIUM
GEOTEK
NIK
FAKULTA
S TEKNIK
JURUSAN
TEKNIK
SIPIL
UNIVERSI
TAS
TRISAKTI
Kampus A,
Jl. Kyai
Tapa No.1,
Jakarta
11440
76
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRISAKTI
Kampus A, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440
MODUL 11
UJI TEKAN SILINDER BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION
TEST)
PENDAHULUAN
Pengujian unconfined compression test (UCT) atau uji tekan silinder bebas
merupakan suatu jenis pengujian yang sering digunakan untuk material tanah butir
halus baik lempung maupun lanau. UCT mengadopsi jenis pengujian unconsolidated
undrained (UU) pada triaxial, namun dengan nilai tegangan sel (3) = 0.
TUJUAN
Untuk menentukan sifat-sifat deformasi dari suatu tanah butir halus yang
digambarkan dalam kurva tegangan regangan, serta mendapatkan parameter
kekuatan geser tanah, serta kepekaan dari contoh tanah yang diuji.
78
PROSEDUR PENGUJIAN
A. PERSIAPAN CONTOH TANAH
Untuk Contoh Tanah Tidak Terganggu (undisturbed)
6. Mengambil tabung contoh tanah dimana didalamnya terdapat tanah yang akan
diuji. Membersihkan bagian atas permukaan tanah dari parafin (jika ada).
7. Menempatkan tabung contoh tanah tersebut pada extruder dan mengeluarkan
contoh tanah tersebut beberapa centimeter untuk dipotong menggunakan
gergaji kawat, agar permukaannya menjadi rata.
8. Memberi pelumas pada bagian dalam ring pencetak contoh tanah dan
kemudian menimbangnya.
9. Menempatkan ring pencetak contoh tanah dimuka tabung, mengeluarkan
contoh tanah dengan extruder, ring pencetak tetap ditahan sehingga tanah
akan masuk kedalamnya sampai penuh.
10. Meratakan permukaan tanah dikedua ujung ring pencetak dengan
menggunakan gergaji kawat, kemudian bagian luarnya dibersihkan dari tanah
yang melekat.
11. Mendapatkan berat dari ring pencetak contoh tanah beserta tanah didalamnya
untuk.
12. Menghitung berat tanah.
13. Mengeluarkan benda uji dari ring pencetak contoh tanah dengan menggunakan
extruder.
SOIL SPECIMEN :
Diameter ;(D)= cm
Height ; (t) = cm
Area ;(A)= cm²
Volume ;(V)= cm³
Weight ;(W)= gram
Unit Weight ;(γ) = gr/cm³
Dry Density ; ( γdry ) = gr/cm³
Void Ratio ;(e)=
Sr = %
PENDAHULUAN
Pada pengujian triaxial unconsolidated undrained (UU), selama pemberian
beban air tidak diijinkan terdrainasi keluar dari pori benda uji, sehingga proses
konsolidasi juga tidak terjadi. Karena proses drainasi tidak diijinkan, maka pengujian
berlangsung cukup singkat. Tahap awal pengujian dilakukan dengan memberikan
tegangan keliling sebesar 3, kemudian berlanjut ke beban geser yang dinyatakan
dalam tegangan deviator ∆
TUJUAN
Untuk mendapatkan parameter kekuatan geser tanah baik tanah butir kasar
maupun butir halus dalam kondisi tidak terdrainase.
PROSEDUR PENGUJIAN
A. PERSIAPAN CONTOH TANAH
1. Membentuk contoh tanah menjadi silinder, yang dapat dilakukan dengan cara
mencetaknya maupun mengirisnya (trimming), ini dapat dilihat pada percobaan
uji tekan silinder bebas.
2. Mengukur diameter dan tinggi benda uji.
3. Membungkus benda uji tersebut dengan membran karet dengan bantuan
penghisap (stretcher), kemudian menimbangnya menggunakan timbangan
dengan ketelitian 0,1 gram.
4. Meletakkan prisma perspek yang masih didasar sel dan meletakkan benda uji
diatasnya, lalu mengikat membran dengan cincin karet.
5. Memasang prisma penutup pada bagian atas benda uji.
6. Memasang selinder penutup sel, mengencangkan baut-bautnya.
7. Mengisi selinder dengan air yang bebas udara sampai jenuh (dengan
membuang udara melalui lubang diatas sel).
8. Meletakkan sel pada mesin penekan dan mengatur posisinya sehingga proving
ring tepat mulai menekan piston (dapat diketahui dari proving ring dial),
mengatur juga jarum pengukur deformasi vertikal dan catat posisinya.
9. Melakukan pembebanan pendahuluan (atau pemberian “back pressure”).
B. PEMBEBANAN PENDAHULUAN
Tegangan keliling diberikan melalui alat “constant pressure system” atau
kompresor dan selama proses ini katup buret tertutup sehingga tidak ada air
pori yang keluar dari contoh tanah. Selanjutnya pembebanan geser dapat
segera dimulai.
C. PEMBEBANAN PENDAHULUAN
1. Mengatur “strain rate” sesuai rencana (pada awal percobaan).
2. Menjalankan mesin penekan dan pencatat waktu secara bersamaan.
3. Mengamati dan mencatat :
a. vertikal dial
b. proving ring dial
Pembacaan dilakukan setiap 10 devisi perubahan pada vertikal dial, kemudian
pembacaan dapat diambil lebih jarang yaitu tiap 25 devisi dan 50 devisi, hal ini
tergantung kepada kecepatan perubahan proving ring.
4. Pembenan geser dapat dihentikan apabila pembacaan proving ring dial sudah
cukup jauh menurun atau bila deformasi sudah mencapai 20% dari tinggi
contoh tanah.
5. Menutup katup manometer, katup saluran drainase. Menurunkan tekanan
dalam sel dan mengeluarkan air dalam sel dengan membuka katup tangki.
6. Mengeluarkan benda uji dari sel dan tentukan kadar airnya.
TRIAXIAL UU TEST
SOIL SPECIMEN :
Diameter ;(D)= cm
Height ; (t) = cm
Area ;(A)= cm²
Volume ;(V)= cm³
Weight ;(W)= gram
Unit Weight ;(γ)= gr/cm³
Dry Density ; ( γdry ) = gr/cm³
Void Ratio ;(e) =
Sr = %
1
0
2
0
Cell Pressure = kg / cm2 RING CONSTANT kg/div
STRAIN RATE % / min
Elapsed Vertical Corrected Proving Normal Deviator
Strain
Time Dial Area Ring Dial Load Stress
(minute) ( mm) (%) (cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
1
0
2
0
Cell Pressure = kg / cm2 RING CONSTANT kg/div
STRAIN RATE % / min
Elapsed Vertical Corrected Proving Normal Deviator
Strain
Time Dial Area Ring Dial Load Stress
(minute) ( mm) (%) (cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
1
0
2
0
Cell Pressure = kg / cm2 RING CONSTANT kg/div
STRAIN RATE % / min
Elapsed Vertical Corrected Proving Normal Deviator
Strain
Time Dial Area Ring Dial Load Stress
(minute) ( mm) (%) (cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
1
0
2
0
Cell Pressure = kg / cm2 RING CONSTANT kg/div
STRAIN RATE % / min
Elapsed Vertical Corrected Proving Normal Deviator
Strain
Time Dial Area Ring Dial Load Stress
(minute) ( mm) (%) (cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
1
0
2
0
Cell Pressure = kg / cm2 RING CONSTANT kg/div
STRAIN RATE % / min
Elapsed Vertical Corrected Proving Normal Deviator
Strain
Time Dial Area Ring Dial Load Stress
(minute) ( mm) (%) (cm²) (div) (kg) (kg/cm²)
1
0
2
0