Anda di halaman 1dari 3

1.

bagaimana cara menciptakan alternatif solusi pada Point ke dua dimana point kedua itu
adalah menciptakan kondisi yang mendukung komitmen , kesadaran dan kehendak untuk
Bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsesus
jawab : menciptakan kondisi seperti ini harus mempunyai sikap mental ,jiwa dan semangat
kebangsaan sebagaima menjadi tekad suatu masyarakat untuk secara sadar membangun masa
depan Bersama, terlepas dari perbedaan ras, suku ataupun agama.
Kemudian sikap dan perilaku taat hukum perlu ditanamkan sejak din, maka kedepan, sikap
untuk menghargai dan mematuhi aturan akan mendarah daging dan membudaya 
Memahami dan mengamalkan sikap Pancasila jika kita pahami dan kita aktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari, niscaya semua sendi-sendi  kehidupan akan dapat terwujud dan
terlaksana dengan selaras, dan seimbang. Dengan demikian, rasa kemanusian akan tumbuh,
keharmonisan akan terjaga, toleransi terpelihara dan perdamaian akan terwujud dimuka bumi
ini.
2. Bagaimana cara mengatasi lunturnya nilai integritas para pejabat kita dengan
penyalahgunaan wewenang seperti kkn. Apa solusinya apakah cukup dengan hukum 12-
13 tahun atau seumur hidup atau bahkan hukuman mati, bagaimana tanggapan
kalian.karena masalah KKN tidak pernah selesai di negeri ini.
Jawab : terkait penyalahgunaan wewenang memang sudah tampak takasing bagi kita .
Seperti yang kita ketahui permasalah kkn ini atau korupsi kolusi dan nepotisme yang
tak habis habis walaupun sudah dijatuhi hukuman berat tetap tak membuat para
pejabat tinggi jerah . menurut kami solusi tersebut adalah pemberhentian masa
jabatan. Solusi ini merupakan cara yang dapat meminimalisir penyalahgunaan
wewenang berdasarkan jenis kasusnya. Kasus-kasus penyalahgunaan wewenang
ditangani khusus oleh seorang pengawas. Pengawas diberi hak untuk mengawasi dan
bertindak cepat. Hal ini dilakukan supaya tujuan satu instansi dapat tercapai tanpa ada
halangan. Pengawas baru bisa bertindak memberhentikan masa jabatan seseorang
ketika sudah ada fakta-fakta kuat yang sudah dikumpulkan. Selanjutnya pengawas
melakukan pemberhentian masa jabatan mengikuti prosedur dan ketentuan yang ada.
3. Terjadinya desintegrasi bangsa juga ada yg berasal dari pemerintahan yg memberikan
ruang terjadinya desintegrasi tersebut seperti lemahnya legitimasi pemerintahan,
kekacauan ekonomi, banyaknya pelanggaran HAM, dan ketidakadilan kepada kaum
minoritas Jadi pertanyaan saya kontrol sosial dan aturan hukum seperti apa yg harus
dilakukan pemerintah jika ruang terjadinya desintegrasi bangsa itu akibat dari ruang
kebijakan pemerintah tersebut.
Jawab : Menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah sudah
barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji sebagaimana
yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan. Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga
stabilitas tetapi juga menjamin adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan
langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun jika terjadi disintegrasi
tersebut Pertama tama mungkin pemerintah perlu terlebih dahulu melihat sudut pandang dari
kebijakan tersebut. Jika dari kebijakan tersebut hanya memerhatikann kepentingan pribadi
dan tidak memerhatikan kepentingan public ini merupakan penyalahgunaan wewenang sesuai
pertanyaan dari rien . dan itu tentu dihukum sesuai prosedur dan ketentuan yang ada. Untuk
menghindari hal disintegrasi seperti ini kita baik masyarakat maupun pemeritah diperlukan
kejernihan pikiran, kelapangan dada dan kerendahan hati untuk merenungkan kembali makna
kesatuan dan persatuan, sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus
dari tuntutan berbagai daerah. Jangan ada curiga atau mencurigai antar unsur bangsa ini
karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam. Sudah seharusnya kita sebagai warga
negara kesatuan Republik Indonesia-lah yang harus mencegah ancaman terjadinya
disintegrasi di negara ini.
4. Tingginya Strategi dan implementasi pembangunan zona integritas yang berlandaskan
kesatuan, memberikan harapan-harap baik bagi Negara. Akan tetapi seperti hal yang
marak terjadi di Indonesia, yakni banyaknya kasus integrasi yang terjadi diberbagai
wilayah, dimana hal itu juga tidak hanya disebabkan oleh masyarakat itu sendiri,
melainkan pemerintah yang terlalu fokus pada Pendekatan pemerintah yang cenderung
menekankan integrasi teritorial dan pembangunan ekonomi dibandingkan integrasi sosial
dan kemanusian. Lantas, apakah hal ini termasuk sebagai kelalaian dalam bertindak
rasional?
Jawab : Pada dasarnya Tindakan Tindakan yang dilakukan tanpa memahami dan
memperhitungkan konsekuensi yang akan terjadi bukan Tindakan rasional . Karena jika
tindakan itu tidak diketahui dampak positif nya maka akan mengorbankan lingkungan,
sumber-sumber daya alam lainnya bahkan bukan mensejahterakan masyarakat malah
akan merugikan masyarakat sekitarnya.
5. Konflik tentang agama memang sering terjadi karena Hubungan yang tercipta antara
manusia dan agama adalah hubungan totalitas. Pada hakikatnya agama tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Namun, karena agama yang dianut oleh manusia
bukan hanya satu, maka tentu saja akan muncul konflik yang menyatakan klaim
kebenaran dari masing-masing agama yang dianut setiap orang. Pada tataran doktrin,
semua agama mengajarkan kedamaian, persaudaraan, dan keselamatan. Akan tetapi,
ketika doktrin tersebut diaktualisasikan oleh para pemeluknya, maka seringkali muncul
kesenjangan yang pada akhirnya menyebabkan konflik yang berujung kepada
tindakantindakan radikalisme. Hal ini disebabkan cara dan tingkat pemahaman yang
dimiliki oleh masing-masing pemeluk agama berbeda satu sama lain sehingga muncul
corak keberagamaan. Untuk meminimalisir konflik konflik tersebut ada beberapa
Tindakan yang perlu dilakukan yaitu:
1. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama; tidak memperdebatkan segi-segi
perbedaan dalam agama;
2. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan para pemeluk agama yang berbeda
3. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknay pribadi yang
memiliki budi pekerti yang luhur
4. Menghindari sikap egoisme dalam beragama sehingga mengklaim diri paling benar.
6. - Secara paradigmatik sistem Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tiga komponen,
yakni (a) kajian ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan; (b) program kurikuler
Pendidikan Kewarganegaraan; dan (c) gerakan sosial-kultural kewarganegaraan, yang
secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada upaya pengembangan pengetahuan
kewarganegaraan, nilai dan sikap kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan
bagi peningkatan integritas nasional.
- Untuk membuat sasaran pendidikan yang terarah dan tepat sasaran, diperlukan
pemetaan masyarakat sesuai kondisi sosiologis, antropologis, dan geografisnya
sekaligus positioning lembaga pendidikan (yang mengajarkan pendidikan
kewarganegaran) bagi berbagai golongan ekonomi-sosial dalam masyarakat.
- Memperluas peran dan keterlibatan Lembaga Pendidikan kewarganegaraan secara
merata di seluruh Indonesia
- RUU Pendidikan Kewarganegaraan yang masih terus digodok harus sesuai dengan
tujuan citizenship education for all, yakni pengembangan sikap inklusif, pluralis, dan
terbuka
- Kebijakan pemerintah harus mengacu pada debirokratisasi pendidikan dan
dekorporatokrasi Pendidikan
- Standardisasi kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang mengandung pendidikan
anti-korupsi, partisipasi aktif publik tanpa terkecuali dalam demokrasi, culture of
excellent dan budaya (etos) kerja optimal harus disertai dengan penanaman ideologi
dan teleologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sesuai tujuan nasional dalam
pembukaan UUD 1945 dalam wahana pendidikan kritis, sistemik, dan berparadigma
humanistik, yakni ditopang oleh orientasi pembelajaran yang menekankan pada
learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live together
- Melibatkan seluruh elemen warga negara dalam program citizenship education
berbasis integritas nasional melalui perwujudan masyarakat sipil yang adil, terbuka,
dan demokratis (vibrant civil society).

Anda mungkin juga menyukai