Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS DESAIN BENDUNGAN BRIBIN II


KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Design Analysis of Dam Bribin II


Gunung kidul District Yogyakarta

SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh :
TRIYANTO
I 1108536

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS DESAIN BENDUNGAN BRIBIN II


KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Design Analysis of Dam Bribin II


Gunung kidul District Yogyakarta.

Disusun oleh :
TRIYANTO
I 1108536

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Solichin, MT Ir. Sunarmasto, MT


NIP. 19600110 198803 1 002 NIP. 19560717 198703 1 003
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS DESAIN BENDUNGAN BRIBIN II


KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

Design Analysis of Dam Bribin II


Gunung kidul District Yogyakarta

Disusun Oleh :

TRIYANTO
NIM: I 1108536

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada :

Tim Penguji :
1. Ir. Solichin, MT ………………
NIP. 19600110 198803 1 002

2. Ir. Sunarmasto, MT ………………


NIP. 19560717 198703 1 003

3. Ir. JB Sunardi Widjaja, MSi ………………


NIP. 19471230 198410 1 001

4. Ir. Siti Qomariyah, MSc ………………


NIP. 19580615 198501 2 001

Mengetahui, Disahkan, Disahkan,


a.n Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program S1
Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik UNS Non Reguler

Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, PhD Ir. Bambang Santosa, MT Edy Purwanto, ST, MT
NIP. 19691026 199503 1 002 commit to user
NIP. 19590823 19860 1 001 NIP. 19570814 198601 1 001

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Alloh SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”


(QS.Al-Baqoroh:286)

Orang harus cukup tegar untuk memaafkan kesalahan , cukup pintar untuk belajar
dari kesalahan dan cukup untuk mengoreksi kesalahan.
(John Maxwell)

Apa yang memberi kita kepastian dalam hidup kita adalah keberanian.
(Anonim)

Hidup tidak akan selalu berjalan sesuai dengan rencana, berbahagialah dengan apa
yang kamu punya saat ini.
(Anonim)

Kebahagian datang jika kita berhenti mengeluh tentang kesulitan-kesulitan yang kita
hadapi, dan mengucapkan terima kasih atas kesulitan-kesulitan yang tidak menimpa
kita.
(Anonim)

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA KU INI:

Alhamdulilah puji syukur tiada terkira ku panjatkan allaw swt yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta anugerah yang tak terhingga.

Rasa Terima kasih yang tak terhingga untuk ayah dan ibu tercinta yang selalu
mendoakan mendidik ku tanpa rasa jenuh, dan selalu menaburkan pengorbanan
dengan kasih sayang tanpa lelah. Memberi ku semangat tanpa henti, tanpa ibu dan
ayah ku tak akan berarti .

Ribuan terima kasih untuk Teteh Sriyanti dan Mas Mulyono yang selalu memberi
dukungan, semangat, bantuan hingga semua ini bisa tercapai, semoga tak lelah selalu.

Untuk adek ku tersayang Ade Risti Oktavia terima kasih atas doanya, semoga
menjadi orang yang sukses dan soleha,amien.

My Angel Night Putri Mahar Dani, ku ucapkan ribuan terima kasih yang telah
memberikan ku semangat dan perhatian dengan penuh kasih sayang. Semoga apa yang
kita cita-citakan berdua terkabul, amien.

Buat rekan-rekan seperjuangan ku teknik sipil 08 yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu, terimakasih atas dukungannya dan kerjasamanya selama ini.

Terima kasih Buat almamater universitas sebelas maret akan selalu ku jaga.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
TRIYANTO, 2011. Analisis Desain Bendungan Bribin II Kabupaten Gunung
kidul Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Struktur bendungan merupakan kebutuhan penting dalam bidang keairan. Masalah


hancurnya struktur bendungan dapat diakibatkan karena tidak kuatnya struktur
tersebut untuk menahan beban horisontal maupun beban vertikal pada bendungan.
Metode elemen hingga telah digunakan dengan sangat berhasil dalam
memecahkan persoalan yang luas jangkauannya dalam hampir semua bidang
teknik dan fisika matematis. Penerapan metode elemen hingga untuk menghitung
tegangan, lendutan dan gaya reaksi dasar untuk struktur bendungan, dapat dipakai.

Analisis desain bendungan Bribin II Kabupaten Gunung kidul Yogyakarta ini


menggunakan software SAP 2000. Analisis dibuat dengan pemodelan tiga
dimensi (3D). Struktur bendungan ditinjau terhadap berat sendiri bendungan,
beban air normal dan beban gempa. Hasil tegangan dan momen maksimun pada
bendungan digunakan sebagai hitungan penulangan struktur bendungan sebagai
perbandingan penulangan yang telah ada. Pada bagian struktur yang mengalami
tegangan dan momen maksimum adalah bagian bawah bendungan akibat
akumulasi beban dan dikarenakan pertemuan antara join struktur bendungan
dengan pondasi telapak bendungan, pada bagain ini perlu penulangan sesuai
hitungan. Struktur yang mengalami tegangan dan momen maksimum adalah
daerah terlemah dari struktur.

Momen maksimum yang dihasilkan adalah arah sumbu local (z)1(M11) 1597076,82
Nmm dan -1812063,95 Nmm, sedangkan arah sumbu local (x) 2 (M22) 1430748,23
Nmm dan -1436406,46 Nmm. Tegangan maksimum yang dihasilkan adalah arah
sumbu local (z)1 (S11) 4,83 N/mm2 dan -4,312 N/mm2, sedangkan arah sumbu local (x) 2
(S22) 4,575 N/mm2 dan -3,208 N/mm2. Hitungan penulangan didapatkan untuk arah
melintang digunakan D 22 – 115 mm dan arah memanjang digunakan D 22 – 115 mm.

Kata kunci : Struktur Bendung Bribin II, SAP 2000, analisis desain

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
TRIYANTO,2011.Design Analysis of Dam Bribin II Gunung kidul District
Yogyakarta, Thesis, Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering,
Sebelas Maret University, Surakarta.

Dam structure is an important need in the area inundated. The Problems of the
dam destruction is because the structure is not strong to withstand horizontal loads
and vertical loads on the dam. Finite element method has been used with great
success in solving a wide-reaching problems in almost all fields of engineering
and mathematical physics. Application of finite element method to calculate the
stress, deflection and reaction force base for the dam structure, can be used.

Analysis of Dam Bribin II Gunung kidul District Yogyakarta is using the software
SAP2000. The analysis was made by modeling three-dimensional (3D). Dam
structure is reviewed against the weight of its own dams, normal water load and
earthquake load. The results of the stress and the maximum moment at the dam is
used as the reinforcement count of the dam structure as the existing ratio of
reinforcement. In the structure having the stress and the maximum moment is the
bottom of the dam due to the accumulated burden and because the joint meeting
between the dam structure with the palm of the dam foundation, in any part of this
needs reinforcement according to the count. Any part of that experience stress and
the maximum moment is the weakest part of the structure.

The resulting maximum moment is the local axis direction (z) 1 (M11) and -
1,812,063.95 Nmm Nmm 1,597,076.82, while the local axis direction (x) 2 (M22)
1,430,748.23 Nmm and -1,436,406.46 Nmm. The maximum stress produced is the
local axis direction (z) 1 (S11) 4.83 N/mm2 N/mm2 and -4.312, while the local
axis direction (x) 2 (S22) and -3.208 4.575 N/mm2 N/mm2. Counts obtained for
the direction of transverse reinforcement used D 22-115 mm and the longitudinal
direction are used D 22-115 mm.

Keywords : Structure dam Bribin II, SAP 2000, the design analysis

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
hidayah , serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Desain Bendungan Bribin II Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
wacana dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi orang lain pada
umumnya.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak hingga selesainya skripsi
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Univeritas Sebelas Maret Surakarta.
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ir. Solichin, MT, dan Ir. Sunarmasto, MT, selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dalam menyusun laporan ini.
4. Ir. JB Sunardi Widjaja, Msi, dan Ir. Siti Qomariyah, MSc, selaku dosen
penguji pada ujian skripsi.
5. Ir. AMF. Subratayati, MSi selaku pembimbing Akademik.
6. Rekan-rekan mahasiswa teknik sipil angkatan 2008 atas kerjasama dan
bantuannya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca, karena banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki.
Kritik dan saran akan penulis terima untuk kesempurnaan tulisan ini.

commit to user Surakarta, November 2011

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN...................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGHANTAR............................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR NOTASI .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. ................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 4
1.4 Tujuan penelitian................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian…............................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 5
2.1.1 Beton Bertulang ............................................................ 5
2.1.2 Bendungan Beton.......................................................... 6
2.1.3 Tekanan Hidrostatis ...................................................... 6
2.1.4 Beban Gempa................................................................ 7
2.1.5 Metode Elemen Hingga ................................................ 7
commit to user
2.1.6 SAP2000 ....................................................................... 7

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2 Landasan Teori ....................................................................... 8


2.2.1 Kuat Beton Terhadap Gaya Tekan dan Gaya Tarik ...... 8
2.2.2 Penulangan Lentur Beton ............................................... 9
2.2.3 Pembebanan .................................................................. 15
2.2.3.1 Beban .................................................................. 15
2.2.3.2 Gaya yang Bekerja Pada Bendungan .................. 16
2.2.3.3 Kombinasi Beban................................................ 17
2.2.4 Program SAP................................................................. 18
2.2.4.1 Input Model ........................................................ 18
2.2.4.2 Data Hasil Output Analisis SAP2000 ................. 25

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Metode Pengumpulan Data .................................................... 26
3.1.1 Data Sekunder .............................................................. 26
3.2 Metode Analisis .................................................................... 26
3.3 Diagram alir penelitian........................................................... 28

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Bendungan Bribin II ...................................................... 29
4.2 Pemodelan Struktur dengan Software SAP2000 ................... 33
4.3 Momen Hasil Analisis SAP2000 ........................................... 35
4.4 Hitungan Penulangan ............................................................. 37
4.4.1 Penulangan Arah Melintang.......................................... 37
4.4.2 Penulangan Arah Memanjang ........................................ 38
4.5 Tegangan ................................................................................ 39
4.6 Analisa Desain ....................................................................... 40
4.7 Gambar Penulangan ............................................................... 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 43
5.2 Saran....................................................................................... 44
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENUTUP .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46
LAMPIRAN

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Lokasi Proyek Bendungan Bribin II ........................................... 2


Gambar 2.1 Hubungan Regangan,Tegangan dan Gaya dalam Penampang
Beton Bertulang ......................................................................... 9
Gambar 2.2 Peta Zona Gempa Indonesia…………………............................. 16
Gambar 2.3 New Model Instalation …….....………….................... .............. 19
Gambar 2.4 Quick Grid Lines ........................................................................ 20
Gambar 2.5 Mengubah Tampilan ke Bidang XZ....................................... ..... 20
Gambar 2.6 Mendefinisikan Tipe Bahan ................................................... ..... 21
Gambar 2.7 Membuat Section atau Penampang .................. .......................... 21
Gambar 2.8 Menggambar Model Struktur ................................................. ..... 22
Gambar 2.9 Membagi Struktur Dalam Pias-pias ....................................... ..... 22
Gambar 2.10 Memberikan Tipe Tumpuan Pada Join .................................. 23
Gambar 2.11 Mendefiniskan Kombinasi Beban ........................................ ..... 23
Gambar 2.12 Menentukan Tipe Analisis Struktur ..................................... ..... 24
Gambar 2.13 Set Analysis Case to Run ............................. ............................. 24
Gambar 2.14 Contoh Hasil data Output deformasi .................................... ..... 25
Gambar 2.15 Memilih tabel hasil analisis yang diinginkan ....................... ..... 25
Gambar 3.1 Penampang Bendungan Beton Bribin II .................................... 27
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ......................................................... ..... 28
Gambar 4.1 Gambar Potongan Penampang ............................................... ..... 29
Gambar 4.2 Gambar Potongan Penampang Bendungan ................................. 30
Gambar 4.3 Peta Zonasi Gempa ................................................................ ..... 32
Gambar 4.4 Pemodelan 3D Muka Bendungan........................................... ..... 33
Gambar 4.5 Pemodelan 3D Punggung Bendungan ......................................... 33
Gambar 4.6 Pemodelan 3D desain Bendungan .......................................... ..... 34
Gambar 4.7 Momen Arah Sumbu Local 1 (M11) ...................................... ..... 35
Gambar 4.8 Momen Arah Sumbucommit
Local 2to(M22)
user .......................................... 36

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.9 Tegangan arah Sumbu Local 1 (S11) ..................................... ..... 39


Gambar 4.10 Tegangan Arah Sumbu Local 2 (S22) .................................. ..... 40
Gambar 4.11 Tegangan dan Momen Maksimum ........................................... 41
Gambar 4.12 Potongan Penulangan Bendungan ....................................... ..... 42

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI

As : luas tulangan tarik (mm2)


As’ : luas tulangan tekan (mm2)
b : lebar muka tekan struktur (mm)
C : koefisien gempa dasar untuk daerah, waktu dan kondisi tempat yang sesuai
c : jarak dari serat tekan terluar ke garis netral (mm)
cc : selimut bersih dari permukaan tarik terdekat ke permukaan tulangan tarik
lentur (mm)
D : beban mati
d : jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm)
d’ : jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan (mm)
dx : jarak dari serat tekan terluar ke baja terjauh (mm)
dy : jarak dari serat tekan terluar ke baja terdekat (mm)
E : beban gempa
Es : modulus elastisitas tulangan (MPa)
fc’ : kuat tekan beton (MPa)
fs : tegangan dalam tulangan (MPa)
ft : Tensile Strength
fy : kuat leleh baja / tulangan (MPa)
H : beban akibat berat dan tekanan air atau material lainnya
h : tebal total komponen struktur (mm)
Kh : koefisian beban gempa horizontal
l : faktor keutamaan
L : beban hidup
M : momen rencana
M11 : momen arah sumbu local 1 (Nmm)
M22 : momen arah sumbu local 2 (Nmm)
Mn : kuat momen nominal (Nmm)
Mu : momen terfaktor (Nmm) commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

P : beban aksial
Pn : kuat beban aksial nominal (N)
Pu : kuat tekan aksial perlu
S11 : tegangan arah sumbu local 1 (N/mm2 )
S22 : tegangan arah sumbu local 2 (N/mm2 )

TEQ : gaya geser dasar total dalam arah yang ditinaju (kN)
v : kecepatan angin
Wr : berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa,
diambil sebagai beban mati tambahan
β : rasio bentang bersih dalam arah memanjang terhadap arah memendek dari
plat dua arah
β1 : faktor konstanta perbandingan kedalaman blok tegangan
εs : regangan tulangan tarik

εs’ : regangan tulangan tekan


π : phi untuk lingkaran
ρ : rasio tulangan tarik
ρb : rasio tulangan yang memberikan kondisi regangan yang seimbang
ρmax : rasio maksimum tulangan tarik
ρmin : rasio minimum tulangan tarik
ρperlu : rasio tulangan tarik yang diperlukan
琐 : berat volume air
: Poisson’s Ratio
f : faktor reduksi kekuatan
fp : diameter penulangan

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Input-Output Momen SAP2000


Lampiran B : Output Tegangan SAP2000
Lampiran C : Gambar Penulangan

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENUTUP

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkah,
rahmat, dan taufik, serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Skripsi ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Skripsi ini
masih banyak kekurangan dalam dasar teori maupun ketelitian dalam menganalisa
maupun menghitung. Untuk hal tersebut di atas, penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan Laporan
Skripsi ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga Laporan Skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak, khususnya bagi penyusun sendiri dan semua civitas akademik Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

xvii

45
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bendungan bawah tanah merupakan konstruksi yang masih jarang dibangun di
Indonesia. Konstruksi ini dapat dibangun di daerah yang memiliki kondisi geologi
tertentu, seperti daerah kering, muka air tanah rendah, dan beberapa syarat
lainnya. Selain syarat geologi, diperlukan juga syarat kondisi bendungan itu
sendiri, seperti porositas bendungan, ketebalan bendungan, jenis material yang
digunakan, dan bentuk atau tipe konstruksi.

Bendungan Bribin II yang terletak di Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta


adalah salah satu bendungan bawah tanah sekaligus pembangkit listrik tenaga air.
Listrik yang dihasilkan dipakai untuk mengangkat air dari bawah tanah ke
permukaan.

Gambar 1.1 Denah antara Bendungan Bribin I Dan Bribin II

Bendungan Bribin II dibangun dikarenakan proyek pendahulunya, bendungan


commit to user
Bribin I, dianggap tidak efisien. Bendungan Bribin I memakai tenaga listrik dari

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

PLN atau solar sebagai penggerak pompa. Akibatnya, biaya produksi dan
perawatannya tinggi, sehingga pemanfaatan sumber daya air bawah tanah dengan
membangun bendungan menggunakan konstruksi beton bertulang yang
diintegrasikan dengan pembangkit mikro hidro adalah pilihan yang layak secara
teknis. Dalam proyek bendungan Bribin II, ada teknologi baru yang dilakukan,
yakni dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi.

Lokasi proyek bendungan Bribin II yang terletak di Gunung kidul, Yogyakarta.


Wilayah administrasi Kabupaten Gunung kidul terletak antara 110O 21' sampai
110O 50' BT dan 7O46'sampai 8O09' LS, secara administrasi wilayah Kabupaten
Gunung kidul mempunyai batas wilayah sebagai berikut (lihat Gambar 1.2) :
Bagian utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah)
Bagian Selatan: Samudera Hindia
Bagian Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY)
Bagian Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

Gambar 1.2 Peta Kabupaten Gunung kidul


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Gambar 1.3 Lokasi Proyek Bendungan Bribin II (faculty of foresty UGM)

Teknologi pembangkit listrik mikro hidro dipilih karena sumbernya banyak. Di


bawah permukaan karst Gunung Kidul terdapat tujuh sungai: Bribin, Ngobaran,
Seropan, Baron, Grubug, Toto, dan Sumurup. Dari tujuh sungai bawah tanah itu,
baru empat yang sudah dimanfaatkan, yaitu Seropan, Bribin, Ngobaran, dan
Baron. Semua sungai itu rata-rata mempunyai debit air 2.000 liter per detik. Pada
Sungai bawah tanah yang ada pada ujung bawah Gua Bribin mempunyai lebar
tidak kurang dari 7 meter. Goa ini melewati batuan karst (batuan yang berlubang-
lubang) yang kokoh dan stabil tanpa menunjukkan patahan Geotektonik.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Berapa beban yang bekerja pada bendungan Bribin II?
2. Bagaimana analisis desain bendungan Bribin II dengan Program SAP2000?
3. Bagaimana momen dan tegangan hasil analisis Program SAP2000 yang ada di
bendungan Brirbin II?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

1.3. Batasan Masalah


Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini maka diberikan batasan
masalah yaitu:
1. Pengamatan dilakukan pada proyek bendungan bawah tanah Bribin II di
Gunung kidul, Yogyakarta.
2. Melakukan perhitungan analisis dengan Program SAP2000.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui berapa beban yang bekerja pada bendungan Bribin II.
2. Untuk melakukan analisis desain bendungan Bribin II dengan Program
SAP2000.
3. Untuk mengetahui besar momen dan tegangan hasil analisis Program
SAP2000 yang ada di bendungan Brirbin II.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang analisis bendungan
beton dengan Program SAP2000.
2. Dapat memberikan informasi yang lebih terperinci mengenai bendungan
Bribin II, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
bendungan bawah tanah sebagai pasokan air bersih sekaligus pembangkit
listrik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Beton Bertulang

Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan
baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton, (Jack C.
McCormac, 2001).
Menurut (Jack C. McCormac, 2001) beton bertulang memiliki kelebihan antara
lain :
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak
bersentuahan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata,
batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yang memadai sebagai
pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaannya saja tanpa
mengalami keruntuhan.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya perawatan yang tinggi.
5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat
panjang. Dalam kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan
sampai kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban.
6. Beton merupakan bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan dan bangunanan-bangunan semacam itu.
7. Salah satu sifat beton adalah kemampuannnya untuk dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, dan kolom yang sederhana sampai atap
rumah. commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

8. Di sebagaian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja, yang mumgkin saja harus didatangkan dari daarah lain.
9. Keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja
struktur.

2.1.2 Bendungan Beton


Pengertian umum bendungan menurut Hadi Susilo (2011), bendungan adalah
suatau bangunan air yang dibangun khusus untuk membendung (menahan) aliran
air yang berfungsi untuk memindahkan aliran air atau menampung sementara
dalam jumlah tertentu kapasitas/volume air dengan menggunakan sturktur
timbunan tanah homogen (Earthfill Dam), timbunan batu dengan lapisan kedap
air (Rockfill Dam), konstruksi beton (Concrete Dam) atau berbagai tipe konstruksi
lainnya. Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton dengan tulangan maupun tidak. Beton merupakan struktur yang
kaku (rigid) sehingga sangat kuat menahan tekanan (compressive sterght) tetapi
lemah terhadap gaya tarik (tensile sterght). Bentuk dari konstruksi bendungan
beton diusahakn sekecil mungkin mengakibatkan terjadinya tarikan (tensile
sterght).
Beban dan gaya yang bekerja pada bendungan dalam keadaan layan setelah
beroperasi :
1. Gaya berat sendiri bendungan dan instalasi yang terpasang
2. Berat air di hulu bendungan
3. Gaya hidrostatis
4. Gaya horisontal sebagai akibat gempa.

2.1.3 Tekanan Hidrostatis


Pengertian menurut (Nur Yuwono, 1977) pada setiap titik dalam zat cair yang
diam akan mengalami sesuatu tekanan yang disebut tekanan hidrostatis. Setiap
benda atau bidang yang berada di dalam zat cair tersebut akan merasakan tekanan
commit to user
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

2.1.4 Beban gempa

Kriteria desain untuk struktur bangunan tahan gempa mensyaratkan bahwa


bangunan harus didesain agar mampu menahan beban gempa 50 tahunan, sesuai
dengan pedoman standar yang berlaku. Menurut Drajat Hoedajanto (2003)
struktur bangunan tahan gempa pada prinsipnya direncanakan terhadap beban
gempa yaang direduksi dengan suatu faktor modifikasi respons struktur (faktor R),
yang merupakan representasi tingkat daktilitas yang dimiliki struktur.

2.1.5 Metode Elemen Hingga

Perkembangan dunia komputer telah begitu cepatnya mempengaruhi bidang-


bidang penelitian dan industri, sehingga impian para ahli dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan industri telah menjadi kenyataan. Pada trend sekarang ini,
metoda dan analisis desain telah banyak menggunakan hitungan matematis yang
rumit dalam penggunaan sehari-hari. Metode elemen hingga (finite element
method) banyak memberikan andil dalam melahirkan penemuan-penemuan
biadang riset dan industri, hal ini dikarenakan dapat berperan sebagai research
tool pada eksperimen numerik. Aplikasi banyak dilakukan dalam problem
kompleks diselesaikan dengan metode elemen hingga seperti rekayasa struktur,
study state dan time dependent heat transfer, fluid flow, dan electrical potential
problem, aplikasi bidang medical ( As’ad Sonief, 2001).

2.1.6 SAP 2000

Progam SAP 2000 merupakan pengembangan program SAP yang dibuat oleh
Edward L. Wilson dari University of California at Berkeley, US sekitar tahun
1971. Untuk melayani keperluan komersial dari progam SAP, pada tahun 1975
dibentuk perusahaan Computer & Structure, Inc, dipimpin oleh Ashraf
Habibullah, di mana perusahaan tersebut sampai saat ini masih tetap berkembang
(http://www.csiberkeley.com)

SAP 2000 menyediakan berbagai pilihan, antara lain membuat model struktur
commit
baru, memodifikasi dan merancang to user
(mendesain) element sruktur. Semua hal
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

tersebut dapat dilakukan melalui user interface yang sama. Progam ini dirancang
sangat interaktif, sehingga beberapa hal dapat dilakukan, misalnya mengontrol
kondisi tegangan pada elemen struktur, mengubah dimensi batang, dan mengganti
peraturan (code) perancangan tanpa harus mengulang analisis struktur,Untuk
pembahasan disini penyusun menggunakan SAP 2000 V.11

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kuat Beton Terhadap Gaya tekan dan Gaya Tarik

Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan satuan
N/mm2 atau MPa. Kuat tekan beton umur 28 hari nilainya berkisar antara 10 MPa
– 65 Mpa (Kusuma, 1977).

Struktur beton bertulang umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan


berkisar antara 17 MPa – 30 MPa, sedangkan beton prategang menggunakan
beton dengan kuat tekan lebih tinggi, berkisar antara 30 MPa – 45 MPa.

Beton ready mix sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 MPa digunakan untuk
keadaan dan keperluan struktur khusus, dan untuk produksi beton kuat tekan
tinggi tersebut umumunya dilaksanakan dengan pengawasan ketat dalam
laboratorium (Kusuma, 1977). Pasal 3.3.2 SK SNI T-15-1991-03 menetapkan
bahwa, regangan kerja maksimum yang diperhitungkan diserat tepi beton terluar
adalah 0,003 sebagai batas hancur.

Regangan kerja maksimum 0,003 tersebut boleh jadi tidak konservatif untuk
beton kuat tekan tinggi dengan nilai fc’ antara 55 MPa – 80 MPa. Nilai kuat tekan
dan tarik beton tidak berbanding lurus. Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan
tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat tariknya.

Suatu perkiraan kasar yang dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik beton normal
hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya (Neville, 1988). Kuat tarik
commit to user
beton yang tepat sulit untuk di ukur.
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2.2.2 Penulangan Lentur Beton

Dalam hitungan lentur dengan gaya aksial seperti halnya hitungan penampang
betom kolom dan dinding, biasanya pola distribusi tulangan sudah ditetapkan atau
direncanakan terlebih dahulu (umumnya dalam praktik perencanaan kolom sehari-
hari diambil tulangan simetris empat sisis, tulangan dinding dibuat simetris dua
sisi), selanjutnya dengan bantuan program komputer dapat dibuat garafik
hubungan P-M diagramnya untuk menentukan luas total tulangan diperlukan.

Detail metode hitungan diawali dengan rumusan hubungan antara luas tulangan
perlu sebagai fungsi jarak garis netral yang diperoleh menggunakan persamaan
keseimbangan sederhana yang diturunkan secara kesinambungan melalui diagram
regangan, tegangan sesuai blok tegangan tekan ekivalen dari diagaram free body
gaya-gaya yang terjadi di dalam penampang beton bertulang seperti pada gambar.

Gambar 2.1 Hubungan Regangan, Tegangan dan Gaya dalam Penampang Beton
Bertulang

Secara umum hitungan analisis perencanaan lentur dengan atau tanpa gaya aksial
commit to user
dari penampang beton bertulang berbentuk empat persegi panajng dengan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

tulangan rangkap yang biasanya diletakan pada sisi atas dan bawah penampang
dilakukan seperti terlihat dalam gambar 2.1, yaitu dari sebuah penampang beton
bertulang telah ditetapkan terlebih dahulu baik ukuran dimensi penampang dan
mutu bahan beton maupun baja tulangan rencana. Selanjutnya penampang beton
bertulang tersebut harus diperhitungkan untuk dapat memikul gaya momen lentur
terfaktor atau rencana Mu dengan atau tanpa gaya aksial terfaktor rencana Pu.

Sejumlah tulangan dipasang pada sisi-sisi penampang, mengingat tambahan


konstribusi kekuatan yang dapat diberikan oleh tulangan sisi tersebut relatif tidak
signifiakn dan dapat diabaikan, khususnya untuk posisi tulangan yang mendekati
pusat penampang sehubungan dengan makin mengecilnya regangan yang terjadi.
Tambahan penempatan tulangan minimum pada sisi penampang ini dapat
diakitkan sebagai kebutuhan untuk memenuhi persyaratan beton ACI-318 atau
SNI-2874.

Untuk proses hitungan perlu ditentukan lebih dulu mengenai ketentuan yang
diteapkan sebagai tanda positif yaitu untuk gaya aksial tekan dan momen yang
menimbulkan serat sisi atas penampang relatip lebih tertekan dibandingkan serat
pada sisi bawah penampang dalam hal gaya tekan lebih dominan atau dalam hal
umum serat sisis bawah penampang mengaami tarikan. Sesuai anggapan oleh
ACI-318 ataupun SNI-2874, persyaratan persamaan kompatibilitas penampang
akan mengikuti hipotesa dari Bernouli, penampang yang semula lurus akan tetap
lurus setelah mngalami perubahan bentuk akibat momen lentur untuk regangan
beton maksimum pada serat atas atau terluar yang mengalami regangan tekan
sebesar εcu = 0.003 (Europen Code EC-2, εc = 0.0035).

Kontribusi kekuatan penampang dari bagian penampang beton yang tertekan


dapat dihitung mengikuti konsep blok tegangan tekan dari Whitney yang
mempunyai tegangan rata-rata sebesar 0.85 f’c dalam arah lebar penampang b,
sepanjang kedalaman β1c, dimana f’c adalah kekuatan karakteristik uji tekan
sempel beton silinder rencana, β1 faktor konstanta perbandingan kedalaman blok
tegangan a terhadap jarak garis netral c dikur dari serat luar beton yang tertekan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

궰 웠
Variasi harga β1 mengikuti mutu beton f’c atau β1 = 0.85  0.005 dengan

0.65 ≤ β1 ≤ 0.85.

Baja tulangan dianggap mempunyai sifat karakteristik sebagai bahan yang elasto-
plastik, dengan tegangan baja tulangan tarik dan tegangan baja tulangan tekan
yang dinyatakan masing-masing sebagai fs dan f’s mengikuti ketentuan : untuk
regangan baja εs , dan atau ε’s > εy , maka fs = f’s = fy ; untuk εs , dan atau ε’s <

εy , maka fs = Es εs , dan f’s = Es ε’s dimana Es = 200000 Mpa ; εy  dan fy

adalah tegangan leleh baja tulangan rencana.

Gaya tekan dari bagain penampang beton dapat dihitung sbb:

Cc = (0.85 f’c) ( β1c) (b) dimana β1c < h , atau untuk harga β1c lainnya

Cc = (0.85 f’c) (h) (b) .......................................................................................(2.1)

Untuk keadaan khusus misalnya dalam hal e = mendekati harga nol terjadi

reduksi regangan beton maksimum rata-rata menjadi εc = 0.002 sesuai Europen

Code (EC2) sedangkan ACI 318-08 tetap memakai εc = 0.003.

Dalam hal letak garis netral sedemikian rupa sehingga tulangan tekan berada
dalam bagian penampang beton yang tertekan maka luas ekivalen blok tegangan
beton harus dikurangi bagain penampang yang telah dipakai oleh luas tulangan
tekan ayau gaya tekan dari bagian baja tulangan atas yang tertekan dapat
dinyatakan sbb :

Cc = f’s* A’s.........................................................................................................(2.2)

Dengan

f’c = f’s - 0.85 f’c jika β1c < d’ .........................................................................(2.3)

f’s* = f’s dalam hal lainnya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Tegangan tekan beton f’c dan baja f’s diberi tanda positip demikian pula halnya Cc
dan Cs .

Pendekatan serupa yang tersebut diatas dilakukan dalam hal gaya aksial tekan
relatip cukup besar sehingga baja tulangan bawah dapat menalami tegangan tekan
sehingga gaya tekan dari bagian baja tulangan bawah :

Ts = f’s* As ....................................................................................................(2.4)

dengan

f’s* = f’s + 0.85 f’c jika β1c > d .........................................................................(2.5)

f’s* = fs dalam hal lainnya

tegangan baja fs diberi tanda positip ntuk tegangan tarik dan negatip untuk
tegangan tekan dalam hal β1c > d dimana d didefinisikan sebagai jarak yang
diukur dari serat terluar beton yang tertekan (biasanya serat teratas penampang)
terhadap pusat tulangan tariknya (biasanya tulangan bawah).

Menggunakan persamaan kesetimbangan masing-masing pada titik pusat tulangan


bawah dan atas selanjutnya dapat dihitung luas baja tulangan bawah As dan luas
baja tulangan atas A’s untuk memukul gaya aksial dan momen nominal, Pn dan
Mn yang merupakan fungsi dari jarak garis netral c.

Persamaan kesetimbangan terhadap titik pusat tulangan atas :

′ ′ ′
     ...................................(2.6)
∅ 웠 ∅ 웠

jika β1c < h

′ ′ ′
    ...................................(2.7)
∅ 웠 ∅ 웠

dalam hal lainya

menghasilkan luas baja tulangan tarik perlu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

′ ′
∅ ∅
′ .........................................................(2.8)
궰∗

jika β1c < h


∅ ∅
′ ..............................................................(2.9)
궰∗

dalam hal lainnya

Persamaan kesetimbangan terhadap titik pusat tulangan bawah :


     ........................(2.10)
∅ 웠 ∅ 웠

jika β1c < h.


    
∅ 2 ∅ 2

dalam hal lainnya ..............................................................(2.11)

menghasilkan luas baja tulangan atas :

∅ ∅
′ ′ ..............................................................(2.12)
궰′ ∗

jika β1c < h

∅ ∅
′ ′ . ..............................................................(2.13
궰′ ∗

dalam hal lainnya

Dari persamaan (5) dan (6) harag luasan tulangan perlu dan ′ selalu diambill
commit to user
harga yang bernilai positip saja dan d’ didefinisikan sebagai jarak dari serat luar
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

tertekan (bisanya serat teratas) yang diukur terhadap pusat tulangan tekan
(biasanya tulangan atas).

Perlu diketahui bahwa harga dari koefisien reduksi kapasitas penampang ∅


menurut ACI 318-2002 disesuaikan dengan tipe keruntuhan penampangnya.
Untuk tipe keruntuhan tarik didefinisikan dengan tercapainya syarat batas
regangan tarik baja tulangan εs ≥ 0.005 dan harga ∅  0.90 sedangkan untuk tipe
keruntuhan tekan didefinisikan bila syarat batas regangan tarik baja tulangan
εs=0.002 dengan haraga ∅  0.65. Untuk regangan tarik baja tulangan yang
terjadi di antara harga-harga tersebut di atas, harga ∅ ditentukan mengguanakan
interpolasi linier

a.aa
∅  0.9  a.aa 0.9  0.65 ..............................................................(2.14)
a.aa웠

Dalam peraturan beton Indonesia SNI-2847 ketika disusun masih menggunakan


acuan ketentuan dari ACI 318-99 dimana tipe keruntuhan masih berdasarkan
konsep tulangan balanced dengan nilai ∅ bervariasi dari 0.7 saMpai 0.8.

Untuk setiap pasang gaya Pu dan Mu terfaktor atau rencana, yang bekerja pada
suatu penampang struktur beton bertulang, dengan menggunakan persamaan (5)
dan (6) selanjutnya dapat dihitung variasi luas baja tulangan perlu, As dan A’s atau
luas total perlu, As + A’s bagi setiap harga c yang dipilih. Hubungan luas baja
tulangan perlu, As dan A’s atau luas total perlu As + A’s dengan jarak garis netral c
selanjutnya diplot beupa grafik sehingga dengan mudah dapat ditemkan harga luas
total perlu As + A’s yang paling kecil (optimum) termasuk sekaligus juga harga c
yang terkait.

Memperhatikan bahwa dari setiap pasang gaya Pu dan Mu yang diberikan


tentunnya masing-masing akan mempunyai harga total luas tulangan perlu As +
A’s, yang optimalnya sendiri. Dengan demikian jika dalam proses perencanaan
penampang kolom atau dinding yang umumnya dilkukan dengan masukan berupa
diagram interaksi gaya P dan M katakanlah untuk pola distribusi tulangan simetris
commitmelkukan
2-sisi atau 4-sisi tertentu, dengan to user serangkaian proses hitungan
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

menggunakan metode yang telah diuraikan di atas selanjutnya secara keseluruhan


dapat dibuat peta mapping hubungan variasi untuk setiap pasang gaya P dan M
dengan luas tulangan total As + A’s optimal (minimum).

2.2.3 Pembebanan

2.2.3.1 Beban

Beban yang bekerja pada struktur dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian :

1. Beban mati (dead load)


Beban mati merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak
berubah selama usian bangunan. Beban mati dari bangunan dapat dihitung secara
akurat berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis materialnya.
Contoh : berat sendiri bangunan
2. Beban hidup (live load)
Merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh atau tidak
ada sama sekali. Besarnya beban hidup minimum yang bekerja pada struktur
dapat diambil pada peraturan yang ada.
3. Beban akibat pengaruh alam
a. Beban angin (wind load)
Besarnya kecepatan angin minimum adalah 25 kg/m2 (kondisi umum) dan untuk
daerah pantai adalah 40 kg/m2, kecuali bila terjadi kecepatan angin yang
menimbulkan tekanan lebih besar lagi. Tekan tiup angin dapat dihitung sebagai
berikut :
웠 웠
 /16 / ....................................................................................(2.15)
dimana : V = kecepatan angin, (m/detik), P = Tekan angin
b. Beban gempa (earthquake)
Beban gempa disebabkan oleh terjadinya gempa bumi (tektonik atau vulkanik).
Akibat gempa bumi akan terjadi percepatan tanah (ground acceleration), yang
menimbulkan gaya inersia internal dengan arah horizontal. Besarnya gaya inersia
horizontal ini tergantung dari : massa bangunan, tinggi bangunan, intensitas
commit to
gerakan tanah, interaksi struktur terhadap userdan sebagainya.
tanah
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2 Peta Zona Gempa Indonesia (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010)

Ada 3 (tiga) metode yang dapat digunakan untuk analisis struktur akibat beban
gempa :
1. Metode static ekuivalen
2. Metode spektrum respons
3. Metode riwayat waktu

2.2.3.2 Gaya yang bekerja pada bendungan

1. Gaya vertical (Berat sendiri bendungan)


Berat sendiri bendungan termasuk juga instalasi-instalasinya. Bila ukuran
bendungan tidak teratur maka dibagi menjadi beberapa bagian.Untuk mmudahkan
titik tangkap gaya maka dibagi menjadi empat persegi atau segitiga.
2. Gaya horisontal
a. Gaya hidrostatik
Merupakan air yang menekan bendungan ada atau tanpa angin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

b. Gaya sebagai akibat gempa


Untuk bendungan yang relative tidak tinggi (kurang dari 30m) maka koefisien
gempa dapat diambil dari tabel berdasar lokasi rencana bendungan, akan teteapi
untuk bendungan yang lebih tinggi dari 30 m perlu diadakan penelitian yang
dilakukan para ahli (geotechnic engineer). Gaya sebagai akibat gempa dan titik
beratnya juga sama dengan titik berat bendungan dan arahnya horizontal menekan
bendungan.

Pengaruh beban pada bendungan dapat diperhitungkan dengan menggunakan


analisis static ekivalen. Dalam analisis static ekivalen, beban gempa dihitung
dengan persamaan berikut.

TEQ = Kh . l . Wr ...............................................................................................(2.16)

Kh = C . l .........................................................................................................(2.17)

TEQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinaju (kN)

Kh = Koefisian beban gempa horizontal

C = Koefisien gempa dasar untuk daerah, waktu dan kondisi tempat yang
sesuai.

l = Faktor keutamaan

Wr = Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa,


diambil sebagai beban mati tambahan.

2.2.3.3 Kombinasi beban

Ada 2 kombinasi beban yang ditentukan dalam struktur beton yang masih berlaku
di Indonesia yaitu :

1.5 (D + L ± E ± 0.3Ey) ..........................................................................(2.18) dan

0.9 D ± E ..........................................................................(2.19)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Cara kombinasi (2.18) agak berbeda dengan kombinasi beban Negara-negara lain.
Peraturan Amerika (ASCE 7-05) menggunakan rumus kombinasi beban sebagai
berikut:

1.2D ± 1.0E + L + 0.25 ..........................................................................(2.20) dan

0.9D ± 1.0E + 1.6H ..........................................................................(2.21)

Oleh karena beban salju (S) tidak ada di Indonesia, dan dalm hal ini ditinjau H = 0
maka paduan rumus kombinasi tersebut menjadi :

1.2D ± 1.0E + L ..........................................................................(2.22) dan

0.9D ± 1.0E ..........................................................................(2.23)

atau 1.2D ± 1.0E + 1.2 L jika dianggap besaran L = S .......................(2.24)

Peraturan Negara-negara maju lain seperti Inggris, Canada dan sebagainya lebih
mendekati rumus (2.20) Amerika serikat. Rumus kombinasi beban (2.22)
Indonesia bermakna realtif memberi perhatian yang lebih besar atau berat pada
gempa. Meskipun pada dasarnya beban gempa E adalah beban maksimum yang
diperhitungkan pada struktur, namun masih diberi faktor beban 1.05 atau
tambahan 5%. Hal ini dipakai sebagai salah satu konsiderasi dari cara hitungan
sederhana yang akan disarankan.

2.2.4 Program SAP

2.2.4.1 Input model

Input model atau input data merupakan memasukan nilai-nilai yang telah di hitung
manual ataupun nilai-nilai hasil pengujian dari laboratorium. Adapun tahapan
dalam input model sebagai brikut :

1. Memulai membuat model struktur baru


Memulai membuat model struktur baru yaitu memasukan model baru (select
template) yang akan dipilih dan mementukan satuan yang akan digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3 New Model Instalation

Sebagai contoh, dapat dilihat tampilan new model (Gambar 2.3). Memilih unit-
satuan untuk data geometri atau beban, sebaiknya ditetapkan pada tahap ini. Jika
tidak, data yang telah dimasukan akan berubah sesuai unit satuan baru dimasukan
(Wiryanto Dewobroto, 2007). Setelah melakukan select template akan disediakan
grid koordinat bantu layar untuk menempatkan titik-titik koordinat bantu layar
untuk menempatkan titik koordinat nodal dari geometri yang akan dibuat secara
grafis. Ukuran grid bantu akan ditetapkan dengan kotak dialog yang akan
ditampilkan seperti gambar berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.4 Quick Grid Lines

2. Mengubah tampilan kebidang XZ


Mengubah tampilan kebidang XZ bias dengan mengklik langsung toolbar atau
dengan cara view > set 2D view
Klik X-Z plan > Klik Ok

commitTampilan
Gambar 2.5 Mengubah to user ke Bidang XZ
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

3. Mendefinisikan tipe bahan


Tahap mendefinisikan tipe bahan yaitu memlih tipe material dan memasukan
material-material yang telah diuji di laboratorium seperti berat jenis beton,
modulus of elasticity dan kuat tekan beton.

Gambar 2.6 Mendefinisikan Tipe Bahan


4. Mendefinisikan penampang elemen struktur
Tahap menentukan bentuk penampang atau section yang akan digunakan.

commitSection
Gambar 2.7 Membuat to useratau Penampang
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

5. Menggambar model struktur


Tahap mengambar atau menentukan bentuk dari struktur dengan mengeklik pada
toolbar Draw poly area.

Gambar 2.8 Menggambar Model Struktur


6. Membagi area dalam pias-pias tinjauan
Tahap membagi pada penampang struktur dalam pias-pias pada penampang
berbentuk plat dengan mengeklik pada toolbar Mesh area.

commit to user
Gambar 2.9 Membagi Struktur dalam Pias-pias
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

7. Mengganti tipe tumpuan menjadi tumpuan jepit


Tahap memberikan tumpuan pada join penampang berupa tumpuan jempit.
Dengan cara memilih join yang akan diberi tumpuan kemudian klik toolbar
Restraints

Gambar 2.10 Memberikan Tipe Tumpuan Pada Join

8. Mendefinisikan kombinasi pembebanan


Tahap memasukan kombinasi pembebanan dari berbagai jenis beban yang ada.

commit to user
Gambar 2.11 Mendefinisikan Kombinasi Beban
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

9. Menentukan tipe analisiss struktur


Tahap sebelum melakukan analasis untuk memunculkan hasil dari analisis dengan
menentukan tipe analisis struktur.

Gambar 2.12 Menentukan Tipe Analisis Struktur

10. Melakukan analisis


Tahap melakukan analisis dengan cara mengklik toolbar Run Analysis

Gambar 2.13 Set Analysis Case to Run


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

2.2.4.2 Data hasil output analisis SAP 2000

Data output merupakan hasil dari analisis program SAP2000 yang berisi
deformasi, gaya, tegangan dan hasil analisis lain jika ada.

Gambar 2.14 Contoh hasil data output deformasi

Gambar 2.15 Memilih commit to user


Tabel Hasil Analisis yang Diinginkan
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dibutuhkan memerlukan beberapa tahap untuk


penyelesaian antara lain :

3.1.1 Data Sekunder

Data sekunder yang diprioritaskan adalah mengambil data desain gambar


penampang bendungan dan penulangan yang sudah terjadi dilapangan, data
tersebut didapat dari penelitian sebelumnya oleh beberapa universitas german
maupun Indonesia dan dinas terkait diantaranya Universitas Karlsruha (TH),
Universitas Giessen, BATAN, Dinas Pekerjaan Umum, WIKA, universitas gajah
mada (UGM).

3.2 Metode Penelitian

Dengan literature yang sudah didapatkan, data yang diperoleh diolah


menggunakan formula yang ada pada landasan teori dan di analisis dengan
menggunakan program komputer SAP 2000.

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Gambar 3.1 Penampang Bendungan Beton Bribin II


commit
(Universitas to user, German)
karlsruhe
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

3.3 Diagram Alir Penelitian

Metode penelitian dapat disajikan dalam diagram (flowchart) sebagai berikut :

Studi literature dan


paramater

Pengmpulan data
Bendungan Bribin II

Analisis data pembebanan


(gaya hidrostatis, gempa)

Analisis struktur
dengan SAP 2000

Hasil dan kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Bendungan Bribin II


Bendungan Bribin II di Gunung kidul tersebut berupa plat dinding beton dengan
pondasi telapak seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Gambar Potongan Penampang (Universität Karlsruhe (TH), WIKA)

Data dari penulangan penampang yaitu D22-150 mm untuk tulangan memanjang


dan D22-150 mm untuk tulangan melintang, ini akan digunakan sebagai

commit
perbandingan penulangan yang akan to userdengan hasil program SAP2000.
dilakukan

29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 Gambar Penampang Bendungan. (Universität Karlsruhe (TH), WIKA)

Dalam analisis ini menggunakan data dan membandingkan hasil analisis yang
telah dilakukan Bambang suhendro (2007) menggunakan program komputer
ATENA. Bamabang suhendro melakukan analisis dikarenakan ada bagian yang
perlu didesain ulang seperti pada Gambar 4.3. Dan hasil analisis dengan program
ATENA dapat dilhat pada Gambar 4.4

Gambar 4.3 Bagian Bendungan yang perlu


commit didesain ulang.(Bambang suhendro)
to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.4 Hasil Analisis Program ATENA.(Bambang Suhendro)

Analisis kontrol gaya-gaya dalam yang pada konstruksi bendungan dengan


menggunakan software SAP2000 versi 11 dengan asumsi mengandalkan berat
konstruksi sendiri untuk melawan gaya-gaya.

Untuk mengontrol gaya-gaya dalam yang bekerja pada konstruksi bendungan


diasumsikan berupa plat beton 3 dimensi. Adapun data material beton yang akan
dimasukan kedalam analisis menurut Bambang Suhendro (2007):

1. Concrete Streght (f’c) = 25 MPa


2. Modulus of elasticity (E) = 4700 √f’c = 23500 MPa
3. Poisson’s Ratio (⺀) = 0,2
4. Density (嫈) = 0,024 MPa
5. Thermal Expansion = 1,2E-05
6. Tensile Strength (ft) = 3,5 MPa

Konstruksi bendungan bribin ini berfungsi sebagai penahan arus air dari sungai
bawah tanah bribin. Jenis tumpuan yaitu jepit, karena tumpuan jepit dapat
menahan gaya dalam segala arah dan dapat menahan momen.

Data pembebanan yang digunakan untuk menganalisis gaya yang bekerja pada
elemen struktur adalah sebagai berikut :
1. Beban berat sendiri.
Berat sendiri yaitu berat sendiri dari konstruksi bendungan tersebut yang berupa
plat beton dengan desain seperti pada gambar 4.1 dan 4.2. dimana pada analisis
commit to user
dengan SAP2000 ini akan dihitung dengan cara otomatis, yaitu dengan cara ketika
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

membuat kombinasi beban pada kotak dialog Difine load pada beban mati dengan
tipe Dead serta kotak dialog self weight multiplier diisi dengan angka 1 (satu)
dengan demikian SAP 2000 akan menghitung secara otomatis beban akiabt berat
sendiri,. dimana berat volume beton adalah 2,4 t/m3
2. Beban air normal (normal water)
Dimana
γ = 1 t/m3
γ = Berat volume air
Pada analisis dengan SAP2000 ini beban air akan diasumsikan beban titik pada
joint-joint terhadap arah sumbu y.
3. Beban Gempa
Dalam analisis SAP 2000 ini beban gempa dengan cara memberiknan koefisen
pada kotak dialog pembebanan sesuai daerah peta wilayah gempa pada Gambar
4.5

Gambar 4.5 Peta Zonasi Gempa

Kemudian memasukan angka koefisien pada kotak dialog user difined seismic
commit to user
loading.
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

4.2 Pemodelan Struktur dengan Software SAP 2000


Pemodelan struktur bendungan dilakukan dengan pemodelan 3D (tiga dimensi).
Hasil analisis struktur bendungan ditinjau dengan cara melihat momen M11 dan
M22 untuk menghitung jumlah dan jarak tulangan dan serta nilai tegangan (stress)
yang terjadi pada struktur dengan cara melihat S11 dan S22 pada data output.

Gambar 4.6 Pemodelan 3D Hilir Bendungan

commit to user
Gambar 4.7 Pemodelan 3D Hulu Bendungan
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.8 Pemodelan 3D Desain Bendungan

Pemodelan ini memberikan beban air di arah punggung bendungan dengan asumsi
beban titik diseluruh punggung bendungan kearah muka bendungan. Tumpuan
diletakan pada samping bendungan dan pada pondasi telapak bendungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

4.3 Momen Hasil Analisis SAP2000

Gambar 4.9 Momen Arah Sumbu local 1 (M11)

Pada momen arah sumbu local (z) 1 (M11) seperti pada Gambar 4.9 ditampilkan
dengan satuan Nmm dan didapatkan :

Momen Maksimun Negatif = 1812063,95 Nmm


Momen Maksimum Positif = 1597076,82 Nmm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.10 Momen Arah Sumbu local 2 (M22)

Pada momen arah sumbu local (x) 2 (M22) seperti pada Gambar 4.10 ditampilkan
dengan satuan Nmm dan didapatkan :

Momen Maksimun Negatif = 1436406,46 Nmm


Momen Maksimum Positif = 1430748,23 Nmm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

4.4 Hitungan Penulangan

f’c = 25 MPa
fy = 320 MPa
h = 1500 mm
Tebal penutup beton = 200 mm
Diameter tulangan = 22 mm
dx = h - s - ½ fp.
= 1500 - 200 – ½ .22
= 1289 mm
dy = h - s - fp - ½ fp
= 1500 - 200 -22 - ½ .22
= 1267 mm
0.85 xf ' cxb 600
rb = x
fy 600 + fy
0.85x25x0.85 600
= x = 0,0368
320 600 + 320
rmax = 0,75. rb = 0,75. 0,0368 = 0,028
rmin = 0,0025 (berlaku untuk plat)

4.4.1 Penulangan arah melintang


b = 1000 mm
dx = 1289 mm
Mu = 1812063,95 Nmm
Mu 1812063 ,95
Mn = = = 2265080 Nmm
f 0,8
Mn 2265080
Rn = 2
= 2
= 0,0013 N/mm2
b.d 1000 x1289
fy 320
m = = = 15,0588
0,85. f ' c 0,85.25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

1 ì 2 .Rn.m ü 1 ì 2.0, 0013 .15,0588 ü


rperlu = x í1 - 1 - ý= ´ í1 - 1 - ý
m î fy þ 15, 0588 î 320 þ
= 0,000004
rperlu < rmin (digunakan rmin = 0,0025)
As = r. b. d = 0,0025 . 1000. 1289 = 3222,5 mm2
Digunakan tulangan D22
1 / 4.p .d 2 .1000 1 / 4.p .22 2 .1000
Jarak tulangan = = = 117,96 mm
As 3222,5
Jadi digunakan D 22 – 115 mm

4.4.2 Penulangan arah memanjang


b = 1000 mm
dx = 1267 mm
Mu = 1436406,46 Nmm
Mu 1436406,46
Mn = = = 1795508,08 Nmm
f 0,8
Mn 1795508 ,08
Rn = 2
= 2
= 0,001 N/mm2
b.d 1000 x1267
fy 320
m = = = 15,0588
0,85. f ' c 0,85.25

1 ì 2 .Rn.m ü 1 ì 2 .0,001 .15, 0588 ü


rperlu = x í1 - 1 - ý= ´ í1 - 1 - ý
m î fy þ 15, 0588 î 320 þ
= 0,000003
rperlu < rmin (digunakan rperlu = 0,0025)
As = r. b. d = 0,0025 . 1000. 1267 = 3167,5 mm2
Digunakan tulangan D22
1 / 4.p .d 2 .1000 1 / 4.p .22 2 .1000
Jarak tulangan = = = 120,01 mm
As 3167,5
Jadi digunakan D 22 – 115 mm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

4.5 Tegangan

Nilai tegangan dari analisis bendungan ini dapat dilihat dari tabel output S11 yaitu
tegangan pada arah sumbu local 1 dan S22 tegangan pada arah sumbu local 2,
didapat nilai tegangan :

Gambar 4.11 Tegangan Arah Sumbu local 1 (S11)

Pada tegangan arah sumbu local (z) 1 (S11) seperti pada Gambar 4.11 ditampilkan
dengan satuan N/mm2 dan didapatkan :

Momen Maksimun Negatif = 4,312 N/mm2


Momen Maksimum Positif = 4,83 N/mm2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.12 Tegangan Arah Sumbu local 2 (S22)

Pada tegangan arah sumbu local (x) 2 (S22) seperti pada Gambar 4.12 ditampilkan
dengan satuan N/mm2 dan didapatkan :

Momen Maksimun Negatif = 3,208 N/mm2


Momen Maksimum Positif = 4,575 N/mm2

4.6 Analisis Desain


Analisis desain ini menghasilkan momen dan tegangan yang terjadi serta daerah
mana yang mengalami nilai maksimum, analisis ini membandingkan analisis yang
telah dilakukan Bambang Suhendro dengan menggunakan program ATENA,
menyatakan adanya bagian dari analisis struktur yang perlu didesain ulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Bagian dari nilai tegangan dan momen maksimum dari desain ini terletak pada
bagian daerah yang sama, seperti terlihat pada Gambar 4.13.

Terjadi Momen maksimum

Terjadi Tegangan maksimum

Gambar 4.13 Tegangan dan Momen Maksimum

Bagian struktur konstruksi yang memiliki nilai momen dan tegangan maksimum
terlihat pada Gambar 4.13, yaitu bagian bawah bendungan dikarenakan akumulasi
dari beban air dan beban sendiri bendungan serta pertemuan join antara dinding
bendungan dengan pondasi telapak bendungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Bagian struktur yang mempunyai nilai momen dan tegangan maksimum adalah
bagian kosntruksi yang paling lemah sehingga dalam pemasangan tulangan harus
sesaui dengan hitungan yang telah dilakukan. Untuk bagian konstruksi yang
memiliki nilai momen dan tegangan kecil tetap dipasang penulangan yang sama
dikarenakan untuk memudah pekerjaan konstruksi dimana struktur tersebut dibuat
di dalam gua bawah tanah.

4.7 Gambar Penulangan

Penulangan sesuai dengan hasil analisis dengan tulangan dengan jarak yang telah
ditentukan

Dinding bendungan

Pondasi telapak

Gambar 4.14 Potongan Penulangan Bendungan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Analisis Bendungan Bribin II dengan menggunakan software SAP2000 V.11
dimana beban yang terjadi adalah beban berat sendiri sebesar 3852034 N untuk
diding beton dan 1058400 N untuk pondasi telapak beton (Lampiran Output
SAP2000 Hal A-9), dan beban air di hulu 1 t/m3. Analisis ini didapatkan hasil dan
kesimpulan :
1. Dengan analisis ini didapatkan nilai momen :
Pada momen arah sumbu local (z) 1 (M11)
Momen Maksimun Negatif = 1812063,95 Nmm
Momen Maksimum Positif = 1597076,82 Nmm
Pada momen arah sumbu local (x) 2 (M22)
Momen Maksimun Negatif = 1436406,46 Nmm
Momen Maksimum Positif = 1430748,23 Nmm
2. Dengan analisis ini didapatkan nilai tegangan :
Pada tegangan arah sumbu local (z) 1 (S11)
Tegangan Maksimun Negatif = 4,312 N/mm2
Tegangan Maksimum Positif = 4,83 N/mm2
Pada tegangan arah sumbu local (x) 2 (S22)
Tegangan Maksimun Negatif = 3,208 N/mm2
Tegangan Maksimum Positif = 4,575 N/mm2
3. Dengan analisis ini di dapatkan penulangan
Penulangan arah melintang digunakan D 22 – 115 mm
Penulangan arah memanjang digunakan D 22 – 115 mm
4. Tegangan dan momen maksimum terletak pada bagian bawah struktur
bendungan akibat akumulasi kombinasi pembebanan yang terjadi
5. Ada perbandingan jarak antar tulangan dari analisis SAP 2000 V.11 ini dengan
commit to user
data penulangan yang telah terpasang.(Lampiran Halaman C-2)

43
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

6. Dalam perencanaan struktur analisis dengan SAP 2000 V.11 ini beban dan
jenis bahan material yang dimasukan mempengaruhi momen yang dihasilkan.

5.2 Saran
1. Perlunya ketelitian dan kecermatan dalam analisis dengan SAP 2000 v.11 ini
sehingga dapat sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pemakain Progam SAP2000 V.11 hanya mempercepat proses hitungan analisis
gaya-gaya dalam, harus diadakan studi banding dengan progam software
lainnya.
3. Penambahan buku untuk referensi agar dapat lebih paham dengan dasar teori
yang akan digunakan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai