Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya yang digunakan terus menerus untuk memenuhi
kebutuhan manusia, mahluk hidup lainnya dan lingkungan. Sumber daya air yang
berkelanjutan dapat diwujudkan dengan sistem pengelolaan air yang baik dan
penggunaan air sesuai dengan kebutuhan (Rahmat et al. 2019). Jumlah penduduk
yang terus bertambah, menyebabkan kondisi akan permintaan air pun semakin
meningkat. hal ini menyebabkan terjadinya kompetisi penggunaan air antar sektor
(pertanian , air minum, domestik, dan industry), antar wilayah, dan antar waktu
(Herwindo dan Rahmandani 2013). Salah satu sumber air yang bisa dimanfaatkan
adalah sumber air permukaan. Sumber air permukaan adalah semua air yang terdapat
di permukaan tanah (Hatmoko et al 2012). Sumber air permukaan dapat berupa
sungai, danau, waduk, atau rawa.
Praktikum ini akan membahas mengenai Danau Situgede. Danau sendiri memiliki
arti sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas,
yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata
air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga (Hariyanto
dan Iskandar 2011). Danau Situgede merupakan sebuah danau buatan yang terletak di
Kelurahan Situgede, Bogor Barat, Kota Bogor. Di tepi danau terdapat hutan Dramaga
yang merupakan hutan milik Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Danau Situgede berada kurang lebih 10 km dari pusat Kota Bogor. Danau ini
memiliki potensi wisata seperti wisata air, hutan alami. Danau Situgede juga
merupakan salah satu sumberdaya air bagi Kota Bogor.
Danau Situgede memiliki bangunan hidrolika untuk menunjang fungsinya dalam
mengalirkan air. Salah satu bangunan hidrolika yang terdapat pada Danau Situgede
adalah gorong-gorong. Zona banjir Danau Situgede berada pada elevasi 176,24 mdpl
dan untuk Kali Cibenda pada elevasi 179,99 mdpl. Berdasarkan hal tersebut
direncanakan pembuatan 7 buah gorong-gorong dengan dimensi yang disesuaikan
debit rencana agar gorong-gorong tersebut dapat menampung air yang dialirkan.
Pembangunan gorong-gorong perlu dilakukan perencanaan dengan berbagai macam
pertimbangan (Wijaya 2019). Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan menganalisis
bangunan gorong-gorong yang terdapat di Danau Situgede.

TINJAUAN PUSTAKA
Danau
Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di
permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan yang
memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia. Danau
merupakan salah satu sumber mata air yang memilliki berbagai peran di dalam
masyarakat, baik ekonomi maupun sosial. Pencemaran air sungai maupun danau telah
menjadi sorotan media dan masyarakat (Sukmawati et al. 2019).
Danau sebagai tubuh air mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting dalam
ekosistem. Danau mempunyai ekosistem sendiri yang didalamnya terjadi saling
interaksi antara komponen-komponen lingkungan hidup sehingga membentuk satu
sistem danau (Sudarmadji et al. 2015). Danau merupakan tempat berlangsungnya
siklus ekologis dari komponen air dan kehidupan akuatik di dalamnya. Keberadaan
danau akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di sekitarnya, sebaliknya kondisi
danau juga dipengaruhi oleh ekosistem di sekitarnya. Sedangkan dilihat dari aspek
budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala apung
dan dari aspek sosial ekonomi, danau memiliki fungsi yang secara langsung berkaitan
dengan kehidupan masyarakat sekitar danau.
Berdasarkan proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang terbentuk
sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam, kegiatan vulkanik dan
kegiatan tektonik. Sedangkan danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan
sengaja oleh kegiatan manusia dengan tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat
bendungan pada daerah dataran rendah. Perairan danau selalu menerima masukan air
dari daerah tangkapan air di sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung
menerima bahan-bahan terlarut yang terangkut bersamaan dengan air yang masuk.
Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah salah satu banguna air pada persilangan untuk menyalurkan
air yang lewat sari satu sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada
persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua
saluran tersebut (Besfari 2012). Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan air dari
sisi jalan ke sisi lainnya dan menghubungkan dua ruas jalan yang terpisah akibat
adanya aliran air yang memotong ruas jalan tersebut. Berdasarkan fungsinya, maka
gorong-gorong disarankan dibuat dengan tipe konstruksi yang permanen dan desain
umur rencana 10 tahun. Gorong-gorong dapat dibuat dari material berupa baja, PVC,
dan beton. Gorong-gorong biasanya digunakan sebagai jembatan kecil karena ukuran
konstruksinya yang lebih kecil dari pada jembatan.
Dalam desain gorong-gorong perlu dilakukan pengecekan terhadap elevasi muka
air di depan gorong-gorong, elevasi muka air di dalam gorong-gorong, kehilangan
tekanan, serta lebar gorong-gorong (Besfari 2012). Dalam mendesain saluran gorong-
gorong diperlukan prosedur pemilihan kekuatan yaitu penentuan beban tanah,
penentuan beban gerak, pemilihan standar pemasangan, penentuan faktor pelapisan
(bedding), pengaplikasian faktor keamanan, serta pemilihan kekuatan pipa (Aryanto
et al. 2021). Saluran gorong-gorong harus dapat menampung debit air yang masuk.
Debit tersebut menentukan dimensi dari gorong-gorong, semakin besar debit air
limpasan maka semakin besar dimensi saluran dan berlau sebaliknya.
Permasalahan yang biasanya terjadi pada gorong-gorong adalah penumpukan
sedimen seperti pasir dan lumpur, serta sampah sehingga mengurangi daya tampung
gorong-gorong itu sendiri dan mengakibatkan aliran air terhambat. Permasalahan
tersebut timbul akibat kurangnya pemeliharaan dan pengawasan yang seharusnya
dilakukan secara berkala. Selain melakukan pemeliharaan dan pengawasan secara
berkala, perencanaan konstruksi gorong-gorong dilakukan dan direncanakan dengan
baik yaitu mempertimbangkan bentuk, ukuran, dan bahan yang digunakan
berdasarkan beberapa faktor seperti faktor hidrolis. Salah satu faktor hidrolis adalah
karakteristik aliran yang akan mengalir pada gorong-gorong tersebut. Gorong-gorong
bisa berbentuk persegi ataupun lingkaran sesuai dengan yang direncanakan sehingga
mampu menahan beban di sekitarnya seperti beban lalu lintas dan beban timbunan
tanah serta mampu mengalirkan dan melimpahkan aliran ke sungai dengan baik
(Leviansyah 2018).

Aryanto R, Hartami RN, Karay GA. 2021. Perancangan gorong-gorong pada jalan
angkut di PT. Semen Padang Sumatera Barat. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah.
6(2): 259-268.
Besfari. 2012. Design special maintenance bangunan Daerah Irigasi Way Rilau
Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Bidang Sains. 2(10): 48-55.
Hariyanto A, Iskandar H. 2011. Kajian identifikasi potensi dan permasalahan
sumberdaya air (studi kasus : Kabupaten Belitung). Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota. 11(2) : 78 -85
Hatmoko W, Triweko RW, Yudianto D. 2012. Sistem pendukung keputusan untuk
perencanaan alokasi air secara partisipatoris pada suatu wilayah sungai. Jurnal
Teknik Hidrolik. 3(1): 71-86.
Herwindo W, Rahmandani D. 2013. Kajian rancangan irigasi pipa sistem gravitasi.
Jurnal Irigasi. 8(2): 126-137.
Leviansyah A. 2018. Karakteristik aliran melalui gorong-gorong tipe persegi dengan
variasi tinggi muka air. [Skripsi]. Palembang: Univ. Sriwijaya.
Rahmat CFM, Hidayat AK, Irawan P. 2019. Regulasi pintu air untuk optimasi
pengelolaan pintu air irigasi pada Daerah Irigasi Cimulu. Jurnal Akselerasi. 1(1): 24-
32.
Sudarmadji, Supriyono H, Lestari S. 2015. Danau-danau volkanik di Dataran Tinggi
Dieng: pemanfaatan dan masalah lingkungan yang dihadapi. Jurnal Teknosains. 5(1):
36-48.
Sukmawati NMH, Pratiwi AE, Rusni NW. 2019. Kualitas air Danau Batur
berdasarkan parameter fisikomia dan NSFWQI. Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan. 3(2): 53-60.
Wijaya PAK. 2019. Restorasi inflow area Danau Situgede dengan pendekatan
ekohidrolika. [Skripsi]. Bogor: IPB University.

Anda mungkin juga menyukai