Anda di halaman 1dari 3

Defisiensi besi merupakan masalah di negara berkembang.

Permasalahan gizi di Indonesia salah


satunya adalah anemia, anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
haemoglobin kurang dari normal. Kadar Haemoglobin normal umumnya berbeda pada orang tua
dan anak-anak, untuk orang tua laki-laki angka normal Hb adalah 13,5 gram %, pada orang
dewasa perempuan angka normal Hb adalah 12 gram % sedangkan pada anak-anak adalah 11
gram %.1

Asupan iron diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel dalam imun sel dan sistem
neural. Zat besi juga merupakan micronutrien penting dalam proses biologi yang dilakukan oleh
sel darah merah dimana pembuatan sel darah merah membutuhkan hemoglobin dan zat besi
merupakan komponen yang penting. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia pada anak.
Efek defiensi besi pada anak adalah pada mental dan gangguan pertumbuhan.1

terdapat 3 penyebab anemia defisiensi besi: 1) kehilangan darah secara kronis; 2) asupan zat besi
dan penyerapan yang tidak adekuat; 3) peningkatan kebutuhan asupan zat besi untuk
pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pubertas. Anemia juga dapat
disebabkan adanya faktor-faktor lain seperti lama haid, kebiasaan sarapan pagi, status gizi,
pendidikan ibu, asupan zat besi dan protein tidak sesuai dengan kebutuhan serta adanya faktor
inhibitor penyerapan mineral zat besi yaitu tanin dan oksalat.2

Selain itu, Asupan protein menjadi salah satu faktor anemia jika asupan protein tidak tercukupi
secara terus-menerus maka akan mempengaruhi keadaan status gizi remaja sehingga dapat
mengakibatkan anemia pada anak perempuan.2

Faktor penyebab anemia anak diantaranya adalah kekurangan asupan makanan yang
mengandung zat besi, pendapatan keluarga, dan penggunaan susu sapi sebelum 12 bulan. Asupan
makanan merupakan faktor penting dalam menentukan anemia anak. Pendapatan dalam hal ini
mempengaruhi kecukupan membeli aneka jenis makanan dan menyediakan variasi makanan,
sehingga kecukupan akan makanan juga berkurang.2

Dampak anemia antara lain berpengaruh terhadap kualitas kerja, pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan penurunan fungsi imunitas. Dampak lain anemia adalah meningkatkan
kematian pada anak, dan terjadi keterlambatan perkembangan psikomotor. Penurunan cadangan
besi di otak akan berpengaruh terhadap sintesa enzim, penurunan neurotransmiter seperti
dopamin, serotinin, dan andrenalin yang dapat menyebabkan perubahan perilaku dan penurunan
kemampuan anak. Anemia pada anak dapat dideteksi dengan menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan kadar Hb.1

Risiko anemia pada anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki, hal ini dikarenakan
pada anak perempuan mengalami masa menstruasi pada usia remaja, sehingga perdarahan yang
keluar jika terlalu banyak dapat menyebabkan anemia. Oleh sebab itulah mengapa pada anak
perempuan atau remaja putri dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah sebagai langkah
pencegahan anemia. Karena pada masa ini kebutuhan akan zat besi meningkat dari biasanya dan
tidak hanya cukup dari makan saja. Laki-laki mempunyai risiko lebih rendah mengalami
anemia.3

Adapun, Kecacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan


(absorbsi), dan metabolisme makanan. Hal ini dikarenakan nematode usus biasanya matang
dalam usus halus, dimana sebagian besar cacing dewasa melekat dengan kait oral atau lempeng
pemotong, kemudian pada akhirnya cacing tersebut akan menyebabkan manusia kehilangan
darah, iritasi dan alergi. Anak-anak lebih rentan terinfeksi kecacingan dibandingkan dengan
kelompok lainnya seperti orang dewasa atau ibu hamil. Hal ini dikarenakan respon imun pada
anak lebih rendah, hygiene dan sanitasi yang buruk, dan kondisi lingkungan yang disukai oleh
parasit untuk perkembangbiakannya, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan,
menggunting kuku 1 kali/minggu, dan menggigit/menghisap kuku. Penyebab anemia yang dapat
ditimbulkan oleh infeksi cacing adalah jenis anemia akibat perdarahan. Kehilangan darah dalam
jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga
terjadi anemia.3

Referensi:

1. Wahtini, S. Faktor-faktor yang berpengaruh dengan kejadian anemia pada bayi. Journal
of Health Studies, 2019;3(1):21–27

2. Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. Faktor Risiko yang berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 2017; 8(3):1-11
3. Pratiwi, E. E., & Sofiana, L. Kecacingan sebagai Faktor Risiko Kejadian Anemia pada
Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2019;14(2):1-6

Anda mungkin juga menyukai