Anda di halaman 1dari 4

Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :

1. Metode schulze.

Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas

dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang

dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta

muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang

mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat

terkelupas dari dinding uterus.

Permukaaan maternal plasenta tidak terlihat dan

bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik,

kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan

pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah

dengan kuat dan mengontrol perdarahan.

Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot

oblik dibagian atas segmen uterus.

2. Metode matthews ducan

•- Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk

vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti

kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta

tidak berada dalam kantong.

• Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian

selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena

selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua

selengkap metode schultze.


• Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan

plasenta letak rendah di dalam uterus.

• Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah

yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit

serat oblik dibagian bawah segmen).

Fase pengeluaran plasenta adalah sebagai berikut:

1.Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada

atau diatas simpisis, tali pusat ditegangkan, maka

bila tali pusat masuk berarti plasenta sudah lepas,

tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah

lepas.

2.Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali

pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi

bila diam turun berarti plasenta sudah lepas.

3. Strassman

• Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila

tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas,

tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas.

• Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar 4 -

1/2 jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi

banyak perdarahan atau bila pada persalinan


sebelumnya ada riwayat perdarah postpartum,

maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta

dikeluarkan dengan tangan.

• Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc

atau satu nierbeken, sebaiknya plasenta langsung

dikeluarkan.

4. Perubahan Fisiologis Kala II

Banyak perubahan fisiologis normal terjadi selama kala satu dan dua

persalinan, yang berakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tanda-tanda vital

wanita kembali ke tingkat sebelum persalinan selama kala tiga :

Tekanan Darah

Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat sebelum

persalinan.

Nadi

Nadi secara berlahap kermbali ke lingkal sebelirm mekahirkan

Respirasi

Kembali bernapas normal

Aklivilas Gastrvinlestinal

Jika lidak lerpengaruh obal obalan. molililas larmbunng dan absrobsi

kermbali irulai ke aklivilas nomal. Wanita mengalami iual dan munlah

selarna kala liga adakah lidak wajar

5. Manajemen Aktif kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang lebih efektif sehingga capat mempersingkat waktu setiap kala,
mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan.

jika dibandingkan kala III isiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan

kematian ihu di Indonosia dischabkan olch pordarahan pascapersalinan di

mana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang

sohanarnya dapat dincgah dengan melakukan manajemen aktif kala II

Knuntungan -keuntungan manajcmen aktif kala IIl adelah sobagai berikut.

1. Porsalinan kala III yang lehih singkat

2. Mengurangi jumlah kchilangan darah

3. Mengurangi kejadian retensio plascnta

Menejemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utame yaitu schagai berikut.

1. Pemberian suntikan oksitasin dalam 1 menit pertama setelah hayi lahir

2. Melakukan penngangan tali pusat terkendali (PTT)

3. Masasc fundus uteri.

Anda mungkin juga menyukai