Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama sama penting


diperhatikan. Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental
dimasyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara
keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan
secara fisik lebih di kedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat
pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khusus yang
mempelajari persoalan perilaku manusia, berbagai bidang ilmu yang memberi
porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia
kedokteran,pendidikan, psikologi, studi agama dan kesejahteraan sosial.
Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, yang termasuk faktor internal antara lain kepribadian kondidsi
fisik,perkembangan dan kematangan kondisi psikologi, keberagaman, sikap,
menghadapi problem hidup. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain:
keadaan ekonomi,budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga,
masyarakat, maupaun lingkungan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian kesehatan mental secara etimologi dan terminologi ?
2. Bagaimanakah pengertian mental sebagai objek kajian kesehatan mental ?
3. Bagaimakah pengertian jiwa yang sehat ?
4. Bagaimanakah stres dan gejala fisik yang mungkin menyertai masalah
gangguan kecemasan ?
5. Bagaimanakah depresi dan gejala psikologi seseorang yang mengalami
depresi?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan mental secara etimologi dan
terminologi
2. Untuk mengetahui pengertian mental sebagai objek kajian kesehatan mental
3. Untuk mengetahui pengertian jiwa yang sehat
4. Untuk mengetahui stres dan gejala fisik yang mungkin menyertai masalah
gangguan kecemasan
5. Untuk mengetahui depresi dan gejala psikologi seseorang yang mengalami
depresi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kesehatan Mental Secara Etimologis dan Terminologis


Secara etimologi kesehatan mental yang biasanya disebut dengan
mental hygiene, berasal dari dua kata yaitu mental dan hygeia. Hygeia
adalah nama dewi kesehatan Yunani dan hygiene berarti “ilmu kesehatan”.
Sedangkan mental (dari kata Latin mens, mentis) artinya jiwa, nyawa,
sukma, roh, semangat. Mentalhygienesering disebut pula psikohygiene.
Psyche (dari kata Yunani psuche) artinya nafas, kehidupan, hidup, roh,
sukma, semangat (Kartono dan Andari, 1989: 3). Jadi, pengertian
kesehatan mental secara etimologi adalah jiwa yang sehat atau ilmu yang
mempelajari tentang kesehatan jiwa.
Adapun pengertian kesehatan mental secara terminologi, beberapa
ahli memberikan definisi yang berbeda-beda. Berikut beberapa pengertian
kesehatan mental menurut beberapa ahli:
1. Kartini Kartono (1983: 3-4) Hygiene Mental adalah ilmu yang
mempermasalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang
pribadi manusia sebagai satu totalitaspsiko-fisik yang kompleks.
2. Abdul Aziz El- Qussy (1974: 38)
“Kesehatan mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi
antar fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan
untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang
biasa terjadi pada orang, disamping secara positif dapat merasakan
kebahagiaan dan kemampuan”. 3.M. Hamdani Bakran
3. Adz-Dzaky mengemukakan dari sudutpandang Islam “Mental yang
sehat adalah integrasinya jiwa muthmainnah (jiwa yang tentram), jiwa
radhiyah (jiwa yang meridoi), dan jiwa mardhiyyah (jiwa yang
diridhoi) (Adz- Dzaky, 2002: 457)”.

3
4. Zakiah Daradjat “Kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan
dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup
menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan- kegoncangan biasa,
adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa
bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia, serta dapat
menggunakan potensi yang ada adanya seoptimal mungkin”.
(Daradjat, 1982: 9).

Pengertian-pengertian kesehatan mental di atas menggambarkan


adanya norma-norma sehat atau norma dalam perspektif kesehatan mental.
Menurut Boehm, kesehatan mental adalah keadaan dan proses dinamisme
seseorang dari segi social yang membawa kepada pemuasa-pemuasan
kebutuhan (Langgulung, 1992: 299).

Dari beberapa definisi diatas, secara umum dapat disimpulkan


bahwa kesehatan mental adalah keadaan jiwa seseorang yang membuatnya
mampu memecahkan problem- problem hidup yang dihadapinya dan
terhindarnya dari gangguan-gangguan kejiwaan yang berdasarkan
keimanan dan ketaqwaan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Pengertian Mental Sebagai Objek Kesehatan Mental


 Berasal dari istilah Mental hygienen Ilmu kesehatan mental yaitu ilmu
yang memperhatikan perawatan mental/jiwa
 objek kajian : kondisi mental manusia dengan memandang manusia
sebagai totalitas psikofisik yg kompleks.
 Schneiders yaitu ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis
dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan
psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta
ketidakmampuan penyesuaian diri.
 Klein yaitu ilmu yg bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan
meningkatkan kesehatan mental.
 Thorpe yaitu suatu tahap psikologi yg bertujuan untuk mencapai dan
memelihara kesehatan mental.

4
 Ilmu Kesehatan mental lebih bersifat preventif dan memiliki tujuan
untuk mencegah ketidakmampuan penyesuaian diri serta peningkatan
kesehatan mental.
 Objek kajian utama : kondisi mental manusia

3. Pengertian Mental yang Sehat


Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan
secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun
sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan
di Indonesia, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat
adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana
memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial
maupun ekonomis. World Health Organization tahun 2001, menyatakan
bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang
disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan
untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya (Dewi,
2012).
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa menurut seorang ahli
kesehatan Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan
psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan
kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari kesehatan mental sendiri adalah
lebih pada keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat. Akan tetapi,
dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak sedikit praktisi di
bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya pada
gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan
kesehatan mental itu sendiri (Dewi, 2012).
Kondisi mental yang sehat pada tiap individu tidaklah dapat
disamaratakan. Kondisi inilah yang semakin membuat urgensi
pembahasan kesehatan mental yang mengarah pada bagaimana
memberdayakan individu, keluarga, maupun komunitas untuk mampu

5
menemukan, menjaga, dan mengoptimalkan kondisi sehat mentalnya
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Paradigma yang ingin
ditekankan pada mata kuliah Kesehatan Mental ini adalah bahwa
sebetulnya setiap individu memiliki kebutuhan untuk menjadi sehat secara
mental, hidup dan berfungsi optimal dalam kesehariannya meskipun
mereka memiliki keterbatasan fisik maupun mental (seperti: cacat tubuh,
sakit kronis, mantan pecandu atau penderita gangguan mental).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1 menyebutkan bahwa
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya
sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi
masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan
sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Notosoedirjo dan Latipun (2007), mengatakan bahwa terdapat
banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene)
yaitu:
 Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental
 Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor
 Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya
 Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif

4. Stres dan gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan


kecemasan
Yang dimaksud dengan stres secara definisi adalah kondisi atau
keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Ada 2 (dua)

6
jenis stres. Pertama adalah Eustress atau stres yang positif. Disebut positif
karena dapat memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan. Kedua
adalah Distress atau stres yang negatif. Distress terjadi jika tingkat stres
cukup tinggi atau cukup rendah dan tubuh bereaksi secara negatif terhadap
penyebab stres tersebut.
Ada macam-macam penyebab atau sumber stres, antara lain
lingkungan, pekerjaan, sekolah, keluarga, diri pribadi, ekonomi, dan masih
banyak lagi. Semua sumber stres disebut dengan istilah stressor. Stres
dapat mengakibatkan timbulnya gejala fisik, gejala psikis, dan gejala
perilaku. Gejala fisik seringkali timbul di awal stres. Contohnya saat
cemas menunggu ujian maka tangan dan kaki terasa dingin, atau ingin
buang air kecil. Hal ini berarti saat timbul stres tubuh segera bereaksi
sebagai respon terhadap stressor. Apabila stres dibiarkan tanpa ditangani
dengan baik maka dapat timbul perubahan pada perasaan, pikiran, dan
perilaku. Contohnya pada keadaan cemas berkepanjangan, atau pikiran
yang menjadi terkondisi selalu berpikir negatif, atau menarik diri dari
lingkungan sekitar. Apabila perubahan tersebut bertambah berat sehingga
menimbulkan penderitaan dan mengganggu rutinitas harian maka bisa jadi
telah timbul suatu gangguan jiwa.
Apabila sudah terjadi gangguan jiwa sebaiknya kita mencari
pengobatan sebelum gangguan bertambah berat atau kronis. Pengobatan
gangguan jiwa bisa didapatkan di Rumah Sakit Jiwa atau di rumah sakit yg
membuka klinik kesehatan jiwa atau di praktek pribadi psikiater (dokter
jiwa) atau psikolog.
Sedangkan cara untuk mengatasi stres yang paling utama adalah
mengatasi penyebabnya atau sumbernya. Tetapi sering kali diperlukan
waktu atau proses panjang untuk mengatasi stres. Dalam menjalani proses
itu biasanya timbul keluhan seperti perasaan tertekan atau keluhan fisik
misalnya otot kaku tegang dan pegel-pegel. Untuk mengatasi keluhan-
keluhan tersebut bisa dilakukan olahraga ringan, yoga, atau massage
(pijat) yang bertujuan merilekskan tubuh. Keluhan fisik lain yang sering
timbul saat stres adalah nyeri kepala dan maag. Untuk mengatasi gejala

7
tersebut boleh saja minum obat nyeri kepala atau maag yang banyak dijual
di pasaran. Tetapi bila gejala sering kambuh kembali maka kemungkinan
stres psikologis belum teratasi.
Bila keluhannya tekanan perasaan bisa dilakukan cara-cara
spiritual untuk meringankan keluhan seperti meditasi atau lebih bertekun
dalam doa, atau bersosialisasi dengan teman dekat, kerabat, atau keluarga.
Bisa juga dengan mencari suasana baru, hobi baru, dan rutinitas baru. Pada
intinya dalam proses mengatasi stres kita bertujuan untuk merasa lebih
rileks, tenang, senang, dan nyaman. Apabila usaha-usaha yang kita
lakukan belum berhasil mengusir stress secara tuntas maka tidak ada
salahnya untuk mencari pembimbing yang lebih berpengalaman atau
segera berkonsultasi dengan petugas medis.
Berikut lima gejala fisik yang muncul ketika kita mengalami gangguan
kecemasan:
1. Ketegangan otot
Salah satu gejala gangguan kecemasan yang dapat dilihat secara
fisik adalah munculnya rasa sakit di sekujur tubuh. Sakit yang
dirasakan mulai dari migrain hingga nyeri pada persendian. Hal ini
akan terlihat jelas saat penderita secara tidak sadar menggertakan atau
menekankan rahang, mengepalkan jari, atau menunjukkan posisi tubuh
yang buruk.
2. Muncul jerawat
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa orang dewasa dengan
masalah jerawat ditemukan mengalami kecemasan yang relatif tinggi.
Ini disebabkan karena hormon stres saat dalam kondisi cemas
cenderung meningkat sehingga produksi minyak di wajah pun ikut
meningkat. Akibatnya, muncul jerawat-jerawat di sekitar wajah.
Dilansir dari Medical Daily, menurut Sandhya Ramrakha dari
University of Otago, Selandia Baru, jerawat dan kecemasan adalah dua
hal yang berbeda, tetapi memiliki kaitan satu sama lain. Orang yang
mengalami gangguan kecemasan memiliki kebiasaan untuk menyentuh

8
wajah dan menyebabkan iritasi. Maka tidak heran bila kemudian
jerawat mulai tumbuh subur di wajah.
3. Perilaku kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif (OCD) jelas ditandai dengan gejala
pikiran dan perilaku kompulsif yang sulit dikendalikan. Perilaku
kompulsif ini akan terus dilakukan sampai mereka merasakan sensasi
ketenangan tersendiri.
Contohnya adalah mengecek kunci pintu rumah, mematikan
kompor atau lampu, mencuci tangan secara berulang-ulang sampai
aktivitas harian Anda terhambat dan Anda tidak bisa mengendalikan
rasa cemasnya.
4. Sulit tidur
Mengalami masalah tidur dapat dikaitkan dengan berbagai
gangguan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Jika Anda
sering terbangun di tengah malam dengan keadaan gelisah tanpa sebab,
ini mungkin merupakan salah satu gejala gangguan kecemasan.
Pasalnya, gangguan kecemasan sangat erat dengan kejadian
insomnia, bahkan hampir separuh dari semua penderita gangguan
kecemasan mengalami masalah tidur di malam hari. Penderita
gangguan kecemasan akan sering terbangun di tengah malam dengan
pikiran yang terus berjalan dan tidak bisa tenang.
5. Takut dan tidak percaya diri
Menjadi hal yang wajar bila Anda merasa takut atau tidak percaya
diri saat hendak wawancara kerja atau berbicara di muka umum. Akan
tetapi jika ketakutan ini terlalu kuat sehingga Anda malah
menghindarinya, bisa jadi Anda mengalami gejala gangguan
kecemasan sosial (fobia sosial).
Fobia sosial adalah gangguan kecemasan yang membuat seseorang
anti bersosialisasi, misalnya menjadi enggan berbicara melalui telepon
atau mengobrol dengan orang lain di sebuah acara. Penderita fobia
sosial akan terus berusaha untuk menghindari keramaian dan memilih
untuk menyendiri. Atau bila penderitanya berhasil melewati masa-

9
masa sulit dalam berinteraksi, mereka cenderung memikirkannya dan
bertanya-tanya tentang penilaian orang lain terhadapnya.
Orang yang mengalami fobia sosial biasanya menunjukkan gejala
gangguan kecemasan secara fisik dan mudah dikenali. Gejala-gejala
fisik tersebut di antaranya denyut jantung meningkat, berkeringat,
mual, gagap, dan tangan gemetar.

Cara mendiagnosis gangguan kecemasan :

 Bila merasa mulai menunjukkan salah satu atau beberapa gejala


gangguan kecemasan di atas, segera konsultasikan pada dokter
 Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes
laboratorium untuk memastikan diagnosis, apakah pasien memang
terkena gangguan kecemasan tertentu atau masalah kesehatan lainnya.
 Jika tidak menunjukkan gejala masalah kesehatan lainnya, dokter
kemungkinan akan langsung merujuk ke psikiater atau psikolog untuk
diagnosis dan penanganan masalah kesehatan mental

5. Depresi dan Gejala Psikologi seseorang yang mengalami depresi


a. Pengertian depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai
dengan suasana hati yang terus-menerus merasa tertekan atau
kehilangan minat dalam beraktivitas, sehingga mengakibatkan
penurunan kualitas hidup sehari-hari.

b. Faktor risiko depresi

 Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga.


 Menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang.
 Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti rendah diri, terlalu keras
dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada
orang lain.

10
 Mengidap penyakit kronis atau serius, seperti gangguan hormon
tiroid, cedera kepala, HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke, nyeri
kronis, atau penyakit jantung.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti beberapa obat tekanan
darah tinggi atau obat tidur.
 Mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual,
kematian, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan.

c. Penyebab depresi

 Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat depresi


berisiko lebih tinggi mengidap depresi juga.
 Senyawa kimia otak. Orang yang mengalami depresi biasanya
terdapat ketidakseimbangan senyawa kimia di otaknya
(neurotransmitter).
 Seseorang yang bisa mengalami depresi bila pernah mengalami
kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang bermasalah, atau
situasi yang dapat membuat stres, dapat memicu timbulnya depresi.

d. Gejala depresi

 Selalu merasa bersalah.


 Merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga.
 Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan.
 Suasana hati buruk atau sedih berkelanjutan.
 Mudah marah atau sensitif.
 Mudah menangis.
 Sulit berkonsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan.
 Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal.
 Timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
 Selalu merasa kelelahan dan hilang tenaga.
 Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
 Konstipasi.

11
 Gerakan tubuh dan bicara yang lebih lambat dari biasanya.
 Hilang gairah seksual.
 Gangguan tidur.
 Perubahan berat badan dan selera makan.

e. Diagnosis Depresi

Dokter akan mendiagnosis depresi dengan melakukan wawancara


medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, serta pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah jika diperlukan. Pemeriksaan
tersbeut dilakukan untuk mengetahui penyebab depresi.

f. Komplikasi Depresi

Depresi adalah gangguan serius yang bisa berakibat fatal bagi


pengidap dan keluarga. Depresi sering kali menjadi lebih buruk bila
tidak diobati, serta mengakibatkan masalah emosional, perilaku dan
kesehatan yang memengaruhi setiap area kehidupan pengidap.

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat depresi, antara lain:

 Kelebihan berat badan atau obesitas, yang bisa menyebabkan


penyakit jantung dan diabetes.

 Penyakit fisik.
 Pelarian berupa alkohol atau penyalahgunaan narkoba.
 Kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial.
 Menimbulkan konflik keluarga, kesulitan hubungan, dan masalah
pekerjaan atau sekolah.
 Isolasi sosial.
 Muncul perasaan ingin bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau
bunuh diri.
 Keinginan untuk mutilasi diri.
 Kematian dini akibat kondisi medis.

12
g. Pengobatan Depresi

 Psikoterapi.
 Cognitive behavior therapy (CBT). Terapi ini bertujuan untuk
membantu pengidap melepaskan pikiran dan perasaan negatif, serta
menggantinya dengan respon positif.
 Problem-solving therapy (PST), untuk meningkatkan kemampuan
pengidap menghadapi pengalaman yang memicu rasa tertekan.
 Interpersonal therapy (IPT) untuk membantu mengatasi masalah
yang muncul saat berhubungan dengan orang lain.
 Terapi psikodinamis untuk membantu pengidap memahami apa
yang dirasakannya dan bagaimana merespon perasaan tersebut.
 Obat antidepresan, seperti escitalopram, paroxetine, sertraline,
fluoxetine, citalopram, venlafaxine, duloxetine, dan bupropion.
Penggunaan obat-obatan ini harus selalu dalam pengawasan dokter
karena efek samping yang cukup banyak.
 Terapi kejut listrik atau electroconvulsive therapy (ECT) untuk
pengidap depresi yang tidak membaik setelah diberi obat-obatan,
mengalami gejala psikosis, serta pengidap yang mencoba bunuh
diri.

h. Pencegahan depresi

 Hindari kebiasaan menyendiri dengan mencari komunitas yang


baik.
 Buat hidup lebih sederhana dengan membuat perencanaan jangka
pendek dan panjang.
 Berolahraga secara teratur, minimal 3-5 kali dalam seminggu
dengan durasi sekitar 30 menit.
 Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan pola makan yang
teratur.
 Buat hidup lebih santai dan hindari stres.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang.

13
i. Kapan harus ke dokter?

Jika sudah melakukan pencegahan, tapi depresi menyerang dan


mengganggu aktivitas sehari-hari, segera kunjungi dokter untuk
meminta saran. Penanganan yang dilakukan sedini mungkin bisa
membantu mencegah kondisi bertambah semakin parah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara etimologi kesehatan mental yang biasanya disebut dengan mental
hygiene, berasal dari dua kata yaitu mental dan hygeia. Hygeia adalah nama
dewi kesehatan Yunani dan hygiene berarti “ilmu kesehatan”. Sedangkan
mental (dari kata Latin mens, mentis) artinya jiwa, nyawa, sukma, roh,
semangat. Mentalhygienesering disebut pula psikohygiene. Psyche (dari kata
Yunani psuche) artinya nafas, kehidupan, hidup, roh, sukma, semangat
(Kartono dan Andari, 1989: 3). Jadi, pengertian kesehatan mental secara
etimologi adalah jiwa yang sehat atau ilmu yang mempelajari tentang
kesehatan jiwa.
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara
penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial,
tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di
Indonesia, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat adalah
suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan
setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis
Yang dimaksud dengan stres secara definisi adalah kondisi atau keadaan
tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Ada 2 (dua) jenis stres.
Pertama adalah Eustress atau stres yang positif. Disebut positif karena dapat

14
memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan. Kedua adalah Distress
atau stres yang negatif. Distress terjadi jika tingkat stres cukup tinggi atau
cukup rendah dan tubuh bereaksi secara negatif terhadap penyebab stres
tersebut. Gejala fisik yang muncul ketika kita mengalami gangguan
kecemasan yaitu ketegangan otot, muncul jerawat, perilaku kompulsif, sulit
tidur, takut dan tidak percaya diri.
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan
suasana hati yang terus-menerus merasa tertekan atau kehilangan minat dalam
beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup sehari-hari.
Dokter akan mendiagnosis depresi dengan melakukan wawancara medis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, serta pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan darah jika diperlukan. Pemeriksaan tersbeut dilakukan
untuk mengetahui penyebab depresi.

A. SARAN

Akibat perubahan hormon dan tekanan yang dihadapi, ibu hamil memang
rentan stres. Apalagi kondisi fisik ibu hamil berbeda dengan mereka yang
tidak hamil. Misalnya saja ibu hamil jadi gampang lelah, karena itu hal-hal
sepele terkadang membuat emosinya meletup. Namun jangan jadikan
kehamilan sebagai pembenar untuk uring-uringan. Agar lebih rileks, ibu hamil
bisa mendengarkan musik-musik yang menenangkan atau melakukan hobi
yang bisa membuat mood positif. Alangkah lebih baik lagi jika bergabung ke
klub atau forum ibu hamil, atau bisa juga sharing dengan sesama teman yang
sedang hamil. Hal ini dilakukan, sehingga ibu tidak akan merasa bahwa dia
sendirian yang mengalami ketidaknyamanan tersebut

Selain mendengarkan musik, ibu hamil juga bisa lebih rileks dengan
berjalan-jalan atau melakukan olahraga khusus ibu hamil. Selain itu menurut
jika ibu hamil mendapat istirahat cukup dan mengonsumsi makanan yang
bergizi, bisa membantu mendapatkan mood yang baik. Orang-orang sekitar
juga perlu membantu menghindarkan ibu hamil dari perasaan khawatir dan

15
cemas. Keluarga juga dapat memberikan support dengan menciptakan kondisi
yang kondusif selama Ibu menjalani kehamilannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rasmun,keperawatan kesehatan mental psikiarti terintegrasi dengan keluarga.


(jakarta:P.O.BOX 2661,2001).

Aqib Zainal,konseling kesehatan mental,(Bandung: CV Yrama Widya,2003).

Daradjat, Zakiah,kesehatan mental,cet. 23 (jakarta:toko gunung agung, 1996)

Cook, J.R., & Kilmer, R.P. 2012. Systems of care: New partnerships for
community psychology. American Journal Community Psychology, 49, 393-403.

Fukkink, R., & Hermanns, J. 2009. Counseling children at a helpline: Chatting or


calling?.Journal of Community Psychology, 37(8), 939-948.

Majalah Basis November-Desember 2005.

16

Anda mungkin juga menyukai