Anda di halaman 1dari 35

Clinical Presentation Session

Rhinitis vasomotor

Ainun Nur Kamilah 4151191432


Reza Fadhil N 4151191445
Silmi Zhillan 4151191468
Ratu Biru Nabila 4151191469
BAB I

IDENTIFIKASI KASUS
Identitas pasien

Nama : Tn. Agung Triyono


Umur : 44 tahun
Tanggal pemeriksaan : 22 juli 2021
Waktu pemeriksaan : 09.45 WIB
Alamat : jl. Cikuray dalam lingkar selatan
Pekerjaan : TNI-AD
Keluhan utama: hidung tersumbat

Pasien laki-laki 44 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 4 tahun yang lalu, keluhan dirasakan
hilang-timbul bergantian dikedua sisi hidung jika pasien mengubah posisi. Keluhan disertai bersin-bersin apabila
mencium bau yang menyengat seperti parfume dan makanan pedas. Keluhan hidung gatal dan hidung meler
disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan penciuman pada kedua hidung.
Pasien dapat beraktifitas sehari-hari dengan normal keluhan dirasa tidak mengganggu. Keluhan nyeri di wajah,
nyeri kepala, pusing berputar disangkal. Pasien tidak merasa ada cairan yang mengalir ke tenggorokan. Keluhan
penurunan pendengaran, nyeri pada telinga dan keluar cairan di sangkal oleh pasien.Pasien tidak mengeluhkan
adanya penglihatan ganda, dan sering mimisan. Tidak ada Riwayat trauma di daerah hidung pada pasien. Pasien tidak
memiliki Riwayat penyakit asma,PJK, Diabetes Mellitus, stroke. Pasien merokok sejak SMA (usia 16 tahun) dan
berhenti sejak 1 tahun yang lalu karna pasien merasa keluhannya memberat.
Sebelumnya pasien sudah pergi berobat ke Kesdam dan diberikan 2 macam obat yaitu antibiotik dan obat
alergi, obat yang diberikan sudah habis namun keluhan tidak membaik. Pasien tidak pernah menggunakan obat spray
hidung dalam jangka waktu lama. Pasien tidak memelihara hewan dirumah. Pasien tidak memiliki Riwayat alergi
makanan,obat-obatan, dan debu. Keluhan serupa pada keluarga disangkal.

●Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Sakit : Sakit ringan
●Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan Status THT
Pemeriksaan Telinga
■ Preaurikula:
Kelainan kongenital : Fistula -/- ; Kista-/- Tragus asesorius -/-
Infeksi : hiperemis-/- edema-/- parotitis-/- limfadenitis-/-
Neoplasma : tumor parotitis -/-
Trauma : laserasi -/- ; hematoma -/-
■ Aurikula:
Kelainan kongenital : mikrotia-/- anotia-/- makrotia-/-
Infeksi : perikondritis-/-
Naoplasma : melanoma -/- basla cell carcinoma -/-
Trauma : laserasi -/-, hematoma -/-, ear pieching-/-, frost bite-/-
■ Retroaurikula:
kelainan kongenital :-
Infeksi : mastoiditid -/-
Neoplasma :-/-
Trauma : trauma fraktur crania-/-, trauma fraktur temporal-/-
CAE : Kulit tenang / tenang
Sekret -/-
Serumen -/-
Massa/Benda Asing: -/-
MT: Intak/Intak
Refleks cahaya +/+ normal AD AS
AD AS

Tes Suara Jarak 1 m mendengar bisikan Jarak 1 m mendengar bisikan

Tes Rinne + +
Tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes Schwabah Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Kesan Tidak ada gangguan pendengaran


Pemeriksaan hidung luar
Bentuk: simetris
Deformitas: -
Krepitasi: -
Inflamasi: -

Rhinoskopi Anterior
Vestibulum nasi : tenang / tenang
Mukosa cavum nasi : hiperemis/hiperemis
Sekret :-/-
Massa/Benda Asing : -/-
Konka Inferior : hipertrofi/hipertrofi
Konka Media : sulit dinilai/sulit dinilai
Septum : Tidak Deviasi
Pasase udara : + menurun/+ menurun
Kavum Oris
Trismus : (-)
Mukosa : basah, tenang
Lidah : atrofi (-), ulkus (-)
Palatum mole : tenang, simetris
Gigi geligi : Karies gigi (-)
Uvula : simetris
Halitosis : (-)
Orofaring
Tonsil
Besar : T1/T1
Mukosa : tenang/tenang
Kripta : tidak melebar/tidak melebar
Detritus : - / -
Terbuka/ terbuka
Rinoskopi Posterior Koana
Terbuka, tenang
Muara Tuba Eustachius Torus
Tenang
Tubarius
tenang
Fossa Rosenmuller
(-)
Adenoid/massa

Laring Epiglotis Tumor-, edema-, ulkus -


Kartilago arytenoid Tenang
Plica aryepiglotica Tenang, massa-
Plica vokalis Simetris, tenang, massa -
Plica ventrikularis Tenang, massa -
Rima glotis Terbuka
Trakea Deviasi -
Faring
Mukosa : Tenang
Granula : (-) Pemeriksaan transiluminasi:
Post-nasal drip: (-) 4 4
Refleks muntah : (+)
4 4
Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Parase N. Kranialis : (-)
Tanda Rhinitis Alergi : allergic salute -, allergic crease -,
allergic shinner -/-
Tanda Sinusitis : nyeri tekan(-), nyeri ketok (-)

Leher
KGB : tidak teraba
Massa : (-)
Anamnesis Keterangan
Pasien laki-laki usia 44 tahun Identitas pasien
Datang dengan keluhan : hidung tersumbat DD
C:-
I : rhinitis alergi, rhinitis akut, rhinitis medikamentosa,
rhinosinusitis, sinusitis akut, sinusitis kronik, infeksi
N : ca nasofaring
T : deviasi septum
A : benda asing, rhinitis vasomotor

Kronik , gejala khas pada rhinitis vasomotor


sejak 4 tahun yang lalu, keluhan dirasakan hilang-timbul
bergantian dikedua sisi hidung jika pasien mengubah posisi.
Keluhan disertai bersin-bersin apabila mencium bau yang Faktor presipitasi → faktor fisik
menyengat seperti bau parfume dan makanan pedas.

Keluhan hidung gatal dan hidung meler disangkal oleh pasien. Golongan rinore (runners) (-)
Pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan (-) COVID 19, Rhinosinusitis
penciuman pada kedua hidung.

Keluhan nyeri di wajah, nyeri kepala, pusing DD : Rhinosinusitis, sinusitis kronik(-)


berputar disangkal. Pasien tidak merasa ada
cairan yang mengalir ke tenggorokan.
Keluhan penurunan pendengaran, nyeri pada Menyingkirkan komplikasi OMA
telinga dan keluar cairan di sangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengeluhkan adanya penglihatan
ganda, dan sering mimisan. Menyingkirkan DD Ca nasofaring

Tidak ada Riwayat trauma di daerah hidung pada Menyingkirkan DD trauma


pasien
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit (-) komorbid
asma,PJK,Diabetes melitus, Hipertensi, Stroke

Pasien merokok sejak SMA (usia 16 tahun) dan Faktor risiko


berhenti sejak 1 tahun yang lalu karna pasien
merasa keluhannya memberat.

Sebelumnya pasien sudah pergi berobat ke kesdam Riwayat pengobatan


dan diberikan 2 macam obat yaitu antibiotic dan
obat alergi, obat yang diberikan sudah habis
namun keluhan tidak membaik

Pasien tidak pernah menggunakan obat spray DD: rhinitis medikamentosa (-)
hidung dalam jangka waktu lama.
Pasien tidak memiliki hewan peliharaan dirumah Aeroallergen (-)

Pasien tidak memiliki Riwayat alergi makanan dan


obat. Tidak ada kontraindikasi pemberian obat
Keluhan serupa pada keluarga disangkal.

DD: Rhinitis vasomotor + hipertrofi konka


Rhinitis alergi + hipertrofi konka
DK : Rhinitis vasomotor + hipertrofi konka
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Rhinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid), dan
pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-blocker, aspirin, klorpromazin, dan
obat topikal hidung dekongestan).
EPIDEMIOLOGI

Rinitis non alergi biasanya berkembang di usia 30-60 tahun prevalensi wanita lebih
banyak dibandingkan pria.
Anatomi Hidung

● Hidung Luar terdiri dari Hidung luar dari


pangkal hidung, dorsum nasi, puncak hidung (
apeks ), ala nasi, kolumela, lubang hidung (
nares anterior ).

● Hidung dalam terdiri dari Vestibulum, septum


nasi, kavum nasi, konka, meatus nasi.

● Pendarahan untuk hidung bagian dalam


berasal dari 3 sumber utama: a. etmoidalis
anterior, a. etmoidalis posterior, a.
sfenopalatina.
Histologi Hidung
● Sebagian besar rongga hidung dilapisi oleh mukosa dengan epitel bertingkat silindris bersilia.

● Epitel ini mempunyai lima jenis sel utama yang semuanya berhubungan dengan membran basalis yang sangat
tebal, yaitu sel silindris bersilia. sel goblet, sel sikat (brush cell), sel granul kecil, dan sel basal.

● Kemoreseptor olfaktorius untuk sensasi penghidu terletak dalam epitel olfaktorius, daerah khusus yang
menutupi konka superior di atap rongga hidung.
● Epitel bertingkat silindris tebal ini mempuanyai tiga jenis sel utama, yaitu neuron olfaktorius, sel penyokong
berbentuk silindris, dan sel basal.
Etiologi & Patofisiologi Rinitis Vasomotor
Banyak teori diteliti mengenai penyakit ini seperti keadaan:
1. Neurogenik
2. Neuropeptide
3. Nitrit oksida
4. Trauma
Fisiologi Hidung
● Hidung berfungsi untuk:
1. Jalan nafas
2. Alat pengatur kondisi udara
3. Penyaring udara
4. Indra penghidu
5. Resonansi suara
6. Turut membantu proses bicara.
TANDA DAN GEJALA RHINITIS VASOMOTOR
● Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan dibedakan dalam
tiga golongan yaitu;
1. Golongan bersin (sneezers),
2. Golongan rinorea (runners), dan
3. Golongan tersumbat (blockers)
DIAGNOSIS RHINITIS VASOMOTOR

● Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran khas berupa edema mukosa hidung,
konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat. Permukaan konka
dapat licin atau berbenjol-benjol (hipertrofi). Pada rongga hidung terdapat sekret
mukoid, biasanya sedikit, pada golongan rinore (runners) ditemukan serosa yang jumlahnya
banyak.
PERBEDAAN RHINITIS ALERGI DAN
VASOMOTOR
Karakteristik Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor
Mulai Belasan tahun Dekade ke 3 – 4
serangan
Riwayat terpapar allergen ( +) Riwayat terpapar allergen ( - )
Etiologi Reaksi Ag - Ab terhadap Reaksi neurovaskuler terhadap
rangsangan spesifik beberapa rangsangan mekanis atau
kimia, juga faktor psikologis
Gatal & Menonjol Tidak menonjol
bersin
Gatal dimata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
hidung
Eosinofil darah Meningkat Normal
Ig E darah Meningkat Tidak meningkat
Neurektomi Tidak membantu Membantu
n. vidianus
PERBEDAAN RHINITIS ALERGI DAN
VASOMOTOR
Definisi Hipertrofi Konka
● Hipertrofi konka diartikan sebagai pembesaran konka inferior.
● Hipertrofi adalah pembesaran dari organ atau jaringan karena ukuran selnya yang
meningkat. Konka yang tumbuh berlebihan ini dapat merupakan kompensasi dari suatu
keadaan untuk menjaga agar hidung tidak mengalami kekeringan dan pengerasan.

● Hipertrofi konka dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Yanes membagi
hipertrofi konka inferior menjadi 3, yaitu:

1. Konka inferior mencapai garis yang terbentuk antara middle nasal fossa dengan lateral
hidung

2. Pembesaran konka inferior melewati sebagian dari kavum nasi

3. Pembesaran konka inferior telah mencapai septum.


Patofisiologi Hipertrofi Konka
Rangsangan yang berlangsung berulang dan lama terhadap membran mukosa
hidung akan mengakibatkan penebalan pada mukosa konka dan pelebaran pada
pembuluh darah mukosa terutama pleksus kavernosus konka . Struktur lapisan
epitel mukosa konka akan berubah menjadi kuboid bertingkat , silia menghilang
dan jumlah sel goblet meningkat apabila hal tersebut dibiarkan dalam jangka waktu
yang panjang . Lapisan submukosa akan terjadi edema , infiltrasi sel plasma, sel
bulat dan fibroblast serta pleksus kavernosus konka mengalami pelabaran
sementara otot polosnya mengalami atrofi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Transiluminasi
2. Skin prick test
3. Pemeriksaan radiologis
● foto sinus paranasal (Water’s, Caldwel, dan lateral)
● CT scan
● MRI
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana pada rhinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan
gejala yang menonjol.
● Menghindari dari stimulus/ faktor presipitasi.
● Pengobatan simptomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, cuci hidung dengan larutan
garam fisiologis, kauterisasi konka hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklor-asetat
pekat.

2. Tatalaksana operasi dilakukan dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau


konkotomi parsial konka inferior. Dapat juga dilakukan pemotongan N.Vidianus, bila
dengan cara-cara diatas tidak memberikan hasil optimal. Operasi ini tidaklah mudah
serta dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis, diplopia, neuralgia, dan buta.
Komplikasi
● Infeksi pada hidung yang menyebabkan sekret mukopurulen, dan juga dapat
memberikan manifestasi kelainan di mata walaupun jarang dijumpai.
● Komplikasi yang lebih mungkin terjadi adalah dari terapi neurektomi, yang dapat
menimbulkan sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau anestesis
infraorbita dan palatum.
Prognosis
Prognosis dari rinitis vasomotor bervariasi. Penyakit kadang-kadang dapat membaik
dengan tiba –tiba, tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang diberikan.

Quo ad vitam : Ad bonam


Qua ad functionam : Dubia ad bonam
PBHL
1. Medical Indication
Kaidah dasar moral yang digunakan dalam medical indication adalah beneficence, dokter menerapkan
Golden Rule Principle dimana dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan
penunjang sesuai kebutuhan sehingga mendapatkan diagnosis kerja. Selain menegakkan diagnosis dokter
juga mencari faktor penyebab dari sinusitis maksilaris sehingga dapat memberikan edukasi untuk
mencegah rekurensi dan melakukan tatalaksana. Tatalaksana yang diberikan bertujuan untuk
menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi pada pasien.
2. Patient Preference
Kaidah dasar autonomi, pasien diberikan informasi mengenai penyakit dan tatalaksananya, lalu setiap
tindakan yang akan diberikan dilakukan berdasarkan informed consent dari pasienya sendiri karena pasien
sudah berusia lebih dari 20 tahun.
3. Quality of Life
Kaidah dasar moral yang digunakan adalah non maleficence, dokter melakukan tatalaksana yang sesuai,
agar mencegah komplikasi yang akan terjadi pada pasien sehingga pasien dapat menjalani aktivitas
sehari-harinya tanpa terganggu oleh penyakit yang di deritanya.
4. Contextual Feature
Kaidah dasar moral justice, dokter mempunyai kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian atas
tindakan medis kepada pasien serta menjaga kelompok yang rentan dan dokter juga tidak boleh
membeda-bedakan pasien dari status sosial dan rasa.

Anda mungkin juga menyukai