Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FARMASI KLINIK

STUDI KASUS

ULKUS DIABETIK

OLEH:

RAHMAWATI HALIFAH (O1B1 20 029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER ANGKATAN IV

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
1. DEFINISI

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,
defek kerja insulin, atau keduanya. Salah satu komplikasi dari DM dapat berupa
kerentanan berlebih terhadap infeksi akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi
ulkus/gangrene diabetik (WHO, 2011).

Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi akibat gejala neuropati yang


menyebabkan hilang atau berkurangnya rasa nyeri di kaki, sehingga apabila penderita
mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri sehingga mendapatkan luka
pada kaki (Muhartono, 2017).

Bakteri yang terdapat dalam ulkus diabetikum merupakan gabungan antara


bakteri aerob dan anaerob. Anggriawan (2014) melaporkan terdapat bakteri aerob dan
anaerob dalam kultur pus penderita diabetes, yaitu Enterobacter sp. (10,71%),
Staphylococcus aureus (17,85%), Salmonella sp. (82,15%) dan Pseudomonas sp
(17,86%).
2. KLASIFIKASI

Tabel 1. Klasifikasi infeksi kaki diabetik berdasarkan Infectious Diseases Society of


America (IDSA) dan International Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF).

(Schaper NC, 2004).

Tabel 2. Sistem klasifikasi luka diabetik berdasarkan Universitas Texas


(Mendes, 2012)
3. PATOFISIOLOGI

Gambar 1. Patofisiologi infeksi kaki diabetik berkaitan dengan berbagai faktor


risiko (Mendes, 2012).
4. DIAGNOSIS
Evaluasi penderita diabetes dengan luka pada kaki terbagi tiga, yakni:
a. Keadaan umum secara keseluruhan (misalnya: fungsi kognitif, metabolik,
status hidrasi, dll);
b. Ekstremitas atau kaki yang terluka (misalnya: adanya neuropati atau
insufisiensi vaskuler);
c. Daerah luka yang terinfeksi. (Hao D,2014)

Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2 tanda


lokal inflamasi, yaitu eritema, kalor, nyeri, edema, dan secret purulen. Tanda lain
(sekunder) infeksi meliputi adanya jaringan nekrosis, granulasi, secret non-
purulen, bau busuk, atau luka yang gagal sembuh dengan perawatan adekuat.
Tanda-tanda ini berguna jika tanda local ataupun sistemik tidak ditemukan akibat
neuropati perifer atau iskemi. Semua luka harus diteliti melalui inspeksi, palpasi,
dan pemeriksaan lainnya baik saat awal maupun follow up (Gambar 1).
Berbagai pemeriksaan pencitraan dan laboratorium berguna untuk menilai derajat
infeksi.

5. PENATALAKSANAAN ULKUS KAKI


Secara umum pengelolaan UKD meliputi penanganan iskemia, debridemen,
penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-loading), penanganan
bedah, penanganan komorbiditas dan menurunkan risiko kekambuhan serta
pengelolaan infeksi
1. Penanganan Iskemia
Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan
harus dinilai awal pada pasien UKD. Penilaian kompetensi vaskular pedis
pada UKD seringkali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti
MRI angiogram, doppler maupun angiografi. Pemeriksaan sederhana seperti
perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis dapat
dilakukan pada kasus UKD kecil yang tidak disertai edema ataupun selulitis
yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan dapat
menyerang tempat lain di kemudian hari bila penyempitan pembuluh darah
kaki tidak diatasi.
2. Debridement
Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan
nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan
nonviable, debris dan fistula. Tindakan debridemen juga dapat
menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis
debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang
nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang
terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta
mengurangi risiko infeksi lokal. Debridemen yang teratur dan dilakukan
secara terjadwal akan memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang
terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan ulkus.
3. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound
healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang
bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut
yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih
pembalut ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping
bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga
selayaknya mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril
yang dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang
tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam
perawatan luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan
sebagainya. Pemilihan pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa
mempertimbangkan cost effective dan kemampuan ekonomi pasien.
4. Menurunkan tekanan pada plantar pedis (off-loading)
Tindakan off-loading merupakan salah satu prinsip utama dalam
penatalaksanaan ulkus kronik dengan dasar neuropati. Tindakan ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada telapak kaki. Tindakan offloading
dapat dilakukan secara parsial maupun total. Mengurangi tekanan pada ulkus
neuropati dapat mengurangi trauma dan mempercepat proses penyembuhan
luka. Kaki yang mengalami ulkus harus sedapat mungkin dibebaskan dari
penekanan. Sepatu pasien harus dimodifikasi sesuai dengan bentuk kaki dan
lokasi ulkus. Metode yang dipilih untuk off-loading tergantung dari
karakteristik fisik pasien, lokasi luka, derajat keparahan dan ketaatan pasien.
Beberapa metode off loading antara lain: total non-weight bearing, total
contact cast, foot cast dan boots, sepatu yang dimodifikasi (half shoe, wedge
shoe), serta alat penyanggah tubuh seperti cruthes dan walker.
5. Penanganan Bedah
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya UKD. Tindakan
elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada
kelainan spur tulang, hammertoes atau bunions. Tindakan bedah profilaktif
diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada
pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan koreksi deformitas
sendi, tulang atau tendon. Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak
sembuh dengan perawatan konservatif, misalnya angioplasti atau bedah
vaskular. Osteomielitis kronis merupakan indikasi bedah kuratif. Bedah
emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan diindikasikan
untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi, misalnya ulkus
dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren gas. Tindakan bedah
emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan nekrotik.
6. Penanganan Komorbiditas
Diabetes merupakan penyakit sistemik multiorgan sehingga
komorbiditas lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim
multidisiplin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain
baik mikro maupun makroangiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan
dikelola secara holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting
dalam menentukan hasil pengobatan.
7. Mencegah Kambuhnya Ulkus
Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari
amputasi kaki. Pasien diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki,
memeriksa kaki setiap hari, menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati
segera jika terdapat luka, pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk
debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu
dengan sol yang mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki
berisiko tinggi merupakan elemen penting dari program pencegahan
8. Pengelolaan Infeksi
Infeksi pada UKD merupakan faktor pemberat yang turut menentukan
derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan UKD. Dilain
pihak infeksi pada UKD mempunyai permasalahan sendiri dengan adanya
berbagai risiko seperti status lokalis maupun sistemik yang
imunocompromised pada pasien DM, resistensi mikroba terhadap antibiotik,
dan jenis mikroba yang adakalanya memerlukan antibiotik spesifik yang
mahal dan berkepanjangan. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam
penatalaksanaa UKD yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan sensitivitas
sel. Cara pengambilan dan penanganan sampel berpengaruh besar terhadap
ketepatan hasil kultur kuman. Telah dilaporkan bahwa terdapat perbedaan
jenis kuman yang didapat pada bahan sekret yang diambil superfisial dengan
yang deep swab. Sambil menunggu hasil kultur, pada UKD yang terinfeksi
penggunaan antibiotik dapat dipilih secara empirik. Terdapat berbagai
klasifikasi pengelolaan kaki diabetes mulai dari yang sederhana sampai
kompleks yang mencantumkan tuntunan penggunaan antibiotika. Beberapa
klasifikasi tersebut yaitu klasifikasi Wagner, The University of Texas
classification, klasifikasi PEDIS oleh International Consensus on the
Diabetic Foot, dan klasifikasi berdasarkan derajat keparahan oleh Infectious
Disease Society of America (IDSA). 6,21,22 Secara klinis, infeksi yang
tidak mengancam tungkai biasanya terlihat sebagai ulserasi yang dangkal,
tanpa iskemia yang nyata, tidak mengenai tulang atau sendi, dan area
selulitis tidak lebih dari 2 cm dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta
tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik. Pengelolaan pasien
dilakukan sebagai pasien rawat jalan. Perawatan di rumah sakit hanya bila
tidak ada perbaikan setelah 48-72 jam atau kondisi memburuk.6 Antibiotik
langsung diberikan disertai pembersihan dan debridemen ulkus. Penanganan
ulkus ini selanjutnya seperti yang diuraikan sebelumnya, koreksi
hiperglikemia dan kontrol komorbid lainnya. Respon terhadap pengobatan
dievaluasi setelah 48- 72 jam untuk menilai tindakan yang mungkin perlu
dilakukan.6,10,12 Aspek pencegahan, pendidikan pasien, perawatan dan
penanganan ortotik juga dilakukan secara terpadu. 12 Infeksi disebut
mengancam bila UKD berupa ulkus yang dalam sampai mengenai tulang
dengan selulitis yang lebih dari 2 cm dan/atau disertai gambaran klinis
infeksi sistemik berupa demam, edema, limfangitis, hiperglikemia,
leukositosis dan iskemia. Perlu diperhatikan, tidak semua pasien diabetes
dengan infeksi yang relatif berat akan menunjukkan tanda dan gejala
sistemik seperti tersebut diatas. Jika ulkus mencapai tulang atau sendi,
kemungkinan besar akan terjadi osteomielitis.10,23 Pasien dengan infeksi
yang mengancam ekstremitas harus dirawat di rumah sakit untuk manajemen
yang tepat. Debridemen dilakukan sejak awal dengan tetap
memperhitungkan ada/tidaknya kompetensi vaskular tungkai. Jaringan yang
diambil dari luka dikirim untuk kultur. Tindakan ini mungkin perlu
dilakukan berulang untuk mengendalikan infeksi (Yuanita A., 2011).
Studi Kasus :

Seorang pasien bernama ny. Nursina 63 tahun masuk RS dengan keluhan luka
pada kaki kanan semenjak 10 hari yang lalu dengan diameter luka ± 15 cm. pasien
mengalami DM sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat penggunaan obat sebelumnya :
forbetes dan glibenklamid tetapi tidak patuh minum obat

• Hasil pemeriksaan fisik : TD 130/80 mmHg, Napas 22 kali/menit, nadi 92


kali/menit, suhu 36,8⁰C, BB 58 kg, TB 165 cm

Hasil pemeriksaan lab menunjukkan :

• GDS 228 mg/dL

• Ureum 13 mg/dL

• Kreatini 0,7 mg/dL

• SGOT 7 U/L

• SGPT 10 U/L

• Eritrosit 3,03 juta/µL

• Hb 7,8 g/dL

• Hematokrit 24,4 %

• MCV 81 fl

• MCH 25,9 pg

• MCHC 32,1 %

• Leukosit 12.800/µL

• Trombosit 281.000/µL

• Net segmen 82,4

• Limfosit 12,1

• Monosit 4,9
PEMANTAUAN (SOAP) :

Tanggal Kondisi klinik (S/O) Masalah Rekomendasi


Terkait Obat
(Assesment) (Plan)

06/02/2 S : Mual, Luka pada kaki kanan,dialami sejak Tidak ada - IVFD NaCl 28 tpm
1 1 minggu yang lalu, Riwayat DM masalah - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Metronidazole 500 mg/8jam/IV
O : KU lemah, TD 130/80 mmHg, RR 20 - Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
x/menit, HR 92 x/menit, suhu 36,8 ⁰C, GDS - Ondansetron 4 mg/8 jam/IV
228 mg/dL - Ketorolak 30 mg/8 jam/IV
- Novorapid 8 IU/8jam/sc\
- Rawat luka (metronidazol cair)
S : Mual, luka pada kaki kanan, keram, Tidak ada - IVFD NaCl 28 tpm
riwayat DM masalah - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Metronidazole 500 mg/8jam /IV
O : KU lemah, TD 140/70 mmHg, RR 20 - Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
x/menit, HR 90 x/menit, suhu 36,4 ⁰C, GDS - Ondansetron 4 mg/8 jam/IV
07/02/21 148 mg/dL, GDP 225 mg/dL - Ketorolak 30 mg/12 jam/IV
- Novorapid 10 IU/8jam/sc
- Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Tranfusi RRC 1 bag
- Rawat luka (metronidazole cair)
Tanggal Kondisi klinik (S/O) Masalah Terkait Rekomendasi (Plan)
Obat (Assesment)

08/02/2 S : nyeri pada kaki berulang, kram pada Tidak ada masalah - IVFD NaCl 28 tpm
1 kaki menurun - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Metronidazole 500 mg/8jam /oral
O : KU : lemah, TD 140 mmHg, RR 20 - Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
x/menit, HR 88 x/menit, suhu 36,5 ⁰C, - Ketorolak 30 mg/12 jam/IV
GDP 225 mg/dL - Novorapid 12 IU/8jam/sc
- Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Tranfusi RRC 1 bag
- Rawat luka (metronidazole cair)

S : Mual, nyeri pada kaki, pasien Tidak ada masalah - IVFD NaCl 28 tpm
mengeluh susah tidur - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Ondansetron 4 mg8 jam/ IV
O : KU lemas, TD 120/70 mmHg, RR 20 - Metronidazole 500 mg/8jam /oral
x/menit, HR 80 x/menit, Suhu 36,5 - Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
09/02/21 mmHg, GDP 160 mg/dL - Ketorolak 30 mg/12 jam/IV
- Novorapid 12 IU/8jam/sc
- Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Tranfusi RRC 1 bag
- Alprazolam 0-0-1/2
- Rawat luka (metronidazole cair)
Tanggal Kondisi klinik (S/O) Masalah Terkait Rekomendasi (Plan)
Obat (Assesment)

10/02/2 S : Nyeri pada kaki berkurang, luka pada Tidak ada masalah - IVFD NaCl 28 tpm
1 kaki, demam - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Metronidazole 500 mg/8jam /oral
O : KU lemas, TD 140/70 mmHg, RR 24 - Novorapid 12 IU/8jam/sc
x/menit, HR 82 x/menit, suhu 38,6⁰C - Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Omeprazol 40 mg/24 jam/oral
- Alprazolam 0-0-1/2
- Paracetamol 500 mg/6 jam/oral
- Rawat luka (metronidazole cair)

S : nyeri pada kaki, luka pada kaki kanan, Tidak ada masalah - IVFD NaCl 28 tpm
susah BAB, demam - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
- Metronidazole 500 mg/8jam /oral
O : KU lemas, TD 130/70 mmHg, RR 20 - Novorapid 12 IU/8jam/sc
x/menit, HR 80 x/menit, 38⁰C, eritrosit 3,3 - Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
11/02/21 jt/µL, Hb 8,5 g/dL, hematokrit 26,7%,MCH - Omeprazol 40 mg/24 jam/oral
25,8 pg, leukosit 10.400/µL,net segmen - Laksadin sirup 0-0-1
83,2,limfosit 12,1 - Paracetamol 500 mg/6 jam/oral
- Hemobion kaps 1 tab/12 jam
- Ciprofloxacin 0,2 gr/12 jam/IV
- Rawat luka (metronidazole cair)
Tanggal Kondisi klinik (S/O) DRP Rekomendasi (Plan)

12/02/2 S : Nyeri pada kaki, luka pada kaki, mual Tidak ada - IVFD NaCl 28 tpm
1 masalah - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
O : KU lemas, TD 130/90 mmHg, RR 20 - Metronidazole 500 mg/8jam /oral
x/menit, HR 84 x/menit, suhu 37,8⁰C - Ondansetron 4 mg8 jam/ IV
- Novorapid 12 IU/8jam/sc
- Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Omeprazol 40 mg/24 jam/oral
- Hemobion kaps 1 tab/12 jam
- Ciprofloxacin 0,2 gr/12 jam/IV
- Rawat luka (metronidazole cair)

S : nyeri pada kaki, luka pada kaki kanan, Tidak ada - IVFD NaCl 28 tpm
masalah - Ceftriaxone 1g/12jam/IV
O : TD 120/90 mmHg, RR 22 x/menit, HR 80 - Metronidazole 500 mg/8jam /oral
x/menit, 37,2⁰C - Novorapid 12 IU/8jam/sc
13/02/21 - Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
- Omeprazol 40 mg/24 jam/oral
- Hemobion kaps 1 tab/12 jam
- Ciprofloxacin 0,2 gr/12 jam/IV
- Rawat luka (metronidazole cair)
Tanggal Kondisi klinik (S/O) DRP Rekomendasi (Plan)

14/02/2 S : pasien masih merasa mual, kaki sudah Tidak ada - Domperidon 10 mg/8 jam/oral
1 tidak sakit lagi, nyeri berkurang masalah - Novorapid 12 IU/8jam/sc
- Gabapentin 300 mg/12 jam/ oral
O : KU baik, TD 120/80 mmHg, RR 20 - Omeprazol 40 mg/24 jam/oral
x/menit, HR 82 x/menit, suhu 37,2⁰C - Cefixime 200 mg/12 jam/oral
- Vipalbumin sachet 20 gr
- GV
Nama Obat Indikasi Dosis Obat yang Dosis Literatur
Diberikan

NaCl 28 tpm

Ranitidine Penurunan sekresi asam lambung 50 mg/12 jam/IV 50 mg/12 jam/IV (DIH,2009)
injeksi

Ketorolak injeksi Anti nyeri 30 mg/8 jam/IV 30 mg/6 jam/IV (DIH, 2009)

Ondansetron anti mual, muntah 4 mg/8 jam/IV 0,15 mg/kg/dosis ,maks 16 mg/dosis
injeksi (DIH, 2009)

Metronidazole antibiotik 500 mg/8 jam/ IV 500 mg/8 jam/IV (DIH,2009)


injeksi

Metronidazole antibiotik 500 mg/8 jam/Oral 500 mg/8 jam/Oral (DIH, 2009)
tablet

Ceftriaxone antibiotik 1 gr/12 jam/IV 1-2 gr/12-24 jam/IV (DIH,2009)


injeksi

Novorapid Antidiabetik 12 IU/8 jam/SC 10 IU/hari/SC atau 0,1-0,2 unit/kg/hari


(Medscape)

Gabapentin Nyeri neuropati 300 mg/12 jam/Oral 900-3600 mg/hari/oral (DIH, 2009)
Omeprazole Penurunan sekresi asam lambung 40 mg/24 jam/Oral 20-40 mg/24 jam/Oral (DIH, 2009)

Ciprofloxacin Antibiotik 0,2 gr/12 jam/IV 0,2-0,4 gr/12 jam/IV (DIH,2009)


injeksi

Hemobion Multivitamin penambah darah 1 kaps/24 jam/oral 1 kaps/hari/oral


kapsul

Laksadin sirup Sembelit 5 ml/24 jam/oral 5-10 ml/hari/oral

Alprazolam Susah tidur 0,25 mg/24 jam/oral 0,25-0,5 mg/6-8 jam/oral (DIH,2009)

Paracetamol Antipiretik 500 mg/6 jam/ oral 500 mg/6 jam/oral (basic
pharmacology, 2019)

Cefixime Antibiotik 200 mg/12 jam/oral 400 mg/hari/oral (DIH,2009)

Domperidon Anti mual,muntah 10 mg/8 jam/oral 10 mg/8 jam/oral (Basic


pharmacology, 2019)

Vipalbumin Mempercepat penyembuhan luka 20 gr/hari 10-30 gr/hari


sachet
Pembahasan :

Adanya infeksi pada kaki/ulkus gangren menimbulkan respon imun yaitu


kenaikan leukosit. Salah satu faktor yang memungkinkan menjadi penyebab
mengapa leukosit menurun adalah karena pengaruh insulin (Agistia N., 2017).
Penggunaan Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil
Idinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksitas. Hal tersebut
diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pancreas (Rismawanti., 2010).

Pasien dirawat dirumah sakit selama 9 hari dengan diagnosa awal ulkus
diabetic pedis dextrae dan dengan diagnose sekunder yaitu diabetes mellitus tipe 2,
anemia normositik, dan neuropati diabetic.

Pada hari pertama pasien mengeluh luka pada kaki kanan dialami sejak ± 1
minggu yang lalu, nyeri pada kaki kanan dan mual, hasil pemeriksaan laboratorium
GDS 228 mg/dL, Ureum 13 mg/dL, Kreatini 0,7 mg/dL, SGOT 7 U/L, SGPT 10 U/L,
Eritrosit 3,03 juta/µL, Hb 7,8 g/dL, Hematokrit 24,4 %, MCV 81 fl, MCH 25,9 pg,
MCHC 32,1 %, Leukosit 12.800/µL, Trombosit 281.000/µL, Net segmen 82,4,
Limfosit 12,1, Monosit 4, GDS 228 mg/dL, sehingga diberikan IVFD NaCl 28 tpm,
Ceftriaxone 1g/12jam/IV, Metronidazole 500 mg/8jam/IV, Ranitidin 50 mg/12
jam/IV, Ondansetron 4 mg/8 jam/IV, Ketorolak 30 mg/8 jam/IV, Novorapid 8
IU/8jam/sc, Rawat luka (metronidazol cair).

Pada hari kedua pasien mengeluh mual, nyeri pada kaki, dan keram dengan
nilai GDS 148 mg/dL, GDP 225 mg/dL, terapi dilanjutkan tetapi dosis insulin
dinaikkan 10 IU/8 jam/sc dan diberikan tambahan obat gabapentin untuk mengatasi
keram/neuropati diabetic dengan dosis 300 mg/12 jam/oral, dosis yang diberikan
underdose karena menurut literature DIH, dosis gabapentin untuk neuropati diabetic
adalah 900-3600 mg/24 jam/oral
Pada hari ketiga, pasien mengeluh nyeri pada kaki, keram, dengan nilai GDP
225 mg/dL, terapi dilanjutkan tetapi dosis novorapid dinaikkan menjadi 12 IU/8
jam/sc dan metronidazole infuse diganti menjadi metronizole tablet

Pada hari keempat pasien mengeluh mual,nyeri pada kaki, dan susah tidur
dengan nilai GDP 160 mg/dL, terapi dilanjutkan dan diberi tambahan alprazolam 0,25
mg/24 jam/oral

Pada hari kelima pasien mengatakan nyeri pada kaki berkurang, dan pasien
mengalami demam setelah dilakukan tranfusi,terapi dilanjutkan tetapi ondansetron
dan ketorolak dihentikan dan ranitidine injeksi diganti menjadi omeprazole kapsul
dan ditambahkan paracetamol untuk menurunkan demam.

Pada hari ke enam pasien mengeluh nyeri pada kaki, susah BAB dengan hasil
pemeriksaan laboratorium yaitu eritrosit 3,3 jt/µL, Hb 8,5 g/dL, hematokrit
26,7%,MCH 25,8 pg, leukosit 10.400/µL,net segmen 83,2,limfosit 12,1, terapi
dilanjutkan dan diberi tambahan laxadine sirup 5ml/24 jam/oral untuk mengobati
sembelit serta hemibion 1kaps/hari sebagai penambah darah serta diberi tambahan
antibiotic ciprofloxacin 0,2g/12 jam/IV karena belum ada perubahan pada luka
pasien.

Pada hari ke tujuh pasien mengeluh nyeri pada kaki dan mual,terapi
dilanjutkan dan diberikan ondansetron 4 mg/8 jam/IV untuk mengatasi mual

Pada hari ke delapan pasien mengeluh nyeri pada kaki, terapi dilanjutkan dan
ondansetron dihentikan karena pasien tidak merasa mual

Pada hari ke Sembilan nyeri pada kaki pasien berkurang dan pasien merasa
mual,pasien sudah dibolehkan untuk rawat jalan karena kondisi luka yang sudah
membaik, terapi antibiotiknya tetap dilanjutkan tetapi bentuk sediaan diganti menjadi
tablet yang memiliki fungsi terapi dan golongan yang sama yaitu cefixime.
Penggunaan antibiotik metrodinazole pada kasus tersebut dikarenakan Pada
diabetes melitus dengan gangren selain diberikan insulin dan obat antidiabetik oral
(OAD) juga diberikan antibiotik seperti metronidazole (Hariyanti., 2018). Menurut
Agistia N., 2017 yang mengkutip dari dipiro bahwa untuk terapi antibiotik pada
ulkus diabetic memerlukan durasi 7-14 hari atau 21 hari.

Metronidazole dan ceftriaxone pada kasus ini digunakan karena Menurut


Jurnal Agistia N., 2017 yang dikutip dari Teori Frykberg dkk bahwa terapi
antibiotic infeksi ulkus diabetic derajat sedang - berat yaitu ampisilin, sulbaktam /
sefalosporin golongan 3 yang dikombinasikan dengan metronidazole. Tetapi juga ada
pilihan lainnya yaitu Amoxisilin/ asam klafulanat atau golongan florokuinolon yang
dikombinasikan dengan metronidazole.

Kesimpulan :

Berdasarkan kasus diatas obat yang diberikan sesuai dengan indikasi keluhan
dari pasien tetapi dosis dari gabapentin tidak sesuai/underdose karena menurut
literature DIH dosis gabapentin untuk mengobati neuropati diabetic adalah 900-3600
mg/hari sedangkan dosis yang diberikan hanya 300 mg/12 jam/oral. Penggunaan
antibiotik sesuai dengan aturan lama penggunaan yaitu 7-14 hari atau 21 hari, dan
melakukan penggantian antibiotik dengan indikasi yang sama tetapi bentuk sediaan
yang berbeda ( tablet).

Saran :

a. Sebaiknya pasien dengan kasus diatas dalam membantu penegakkan diagnosis


pasiennya perlu dilakukan pemeriksaan HbA1c untuk mengetahui kadar gula
darah pasien.
b. Sebaikanya pasien sebelum keluar dari rumah sakit dilakukan pemeriksaan
laboratorium kembali agar dapat melihat efektifitas terapi dari obat yang
diresepkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agistia Nesa., Husni Muchtar, dan Hansen Nasif., 2017., Efektifitas Antibiotik pada
Pasien Ulkus Kaki Diabetik., Jurnal Sains Farmasi & Klinis., Vol 4(2).
Anggriawan F. Endriani R. Sembiring LP. Identifikasi bakteri batang gram negatif
penghasil extended spectrum ᵝ lactamase (ESBL) dari ulkus diabetikum
derajat I dan II Waigner di bangsal penyakit dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Riau : Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2014.

DIH, 2009, Drug Information Handbook, 17th Edition, American Pharmacist


Association.
Hao D, Hu C, Zhang T, Feng G, Chai J, Li T. Contribution of infection and peripheral
artery disease to severity of diabetic foot ulcers in Chinese patients. Int J
Clin Pract. 2014;68:1161-4.

Hariyati Fera, Didik Hasmono, dan Elisabeth Kasih., 2018., Journal Of Pharmacy
Science And Practice I., Vol 5(1).
Mendes JJ, Neves J. Diabetic foot infections: Current diagnosis and treatment author.
J Diabetic Foot Complications. 2012;4(2):26-45

Muhartono, I.Ratna Novalia Sari.,2017., Ulkus Kaki Diabetik Kanan Dengan


Diabetes Mellitus Tipe 2., J AgromedUnila., Vol 4(1).
RismayanthiCerika., 2010.,Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi
Penderita Diabetes., Medikora., Vol VI (2).
Schaper NC. Diabetic foot ulcer classification system for research purposes: A
progress report on criteria for including patients in research studies. Diabetes
Metab Res Rev. 2004;20 (Suppl 1):90-5.

Team Mini Notes, 2019, Basic Pharmacology & Drug Notes, MMN Publishing,
Makassar.

World Health Organization. Diabetes mellitus [internet]. World Health Organization;


2011 [diakses tanggal 15 Februari 2021]. Tersedia dari :
http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
Yuanita A. Langi., 2011., Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu.,
Jurnal Biomedik, Vol 3(2).

Anda mungkin juga menyukai