Anda di halaman 1dari 11

EDAJ 2 (3) (2013)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KOMODITAS UDANG WINDU DI


KABUPATEN PATI DENGAN PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI
FRONTIER STOCHASTIC
Teguh Widyarto 

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Komoditas unggulan perikanan darat Kabupaten Pati adalah bandeng dan udang windu. Produksi
Diterima Juli 2013 komoditas bandeng dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, namun komoditas udang
Disetujui Juli 2013 windu pada tahun dua tahun terakhir yaitu 2010 dan 2011 produksi udang windu mengalami
Dipublikasikan Agustus penurunan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efisiensi produksi komoditas udang
2013 windu di Kabupaten Pati.
________________ Hasil penelitian menunjukan nilai efisiensi teknis masih dibawah 1 yaitu 0,79. Artinya usaha
Keywords: budidaya udang windu di Kabupaten Pati yang dilakukan tidak efisien secara teknis. Nilai efisiensi
Efisiensi, Udang Windu, harga sebesar 6,28 yaitu lebih dari 1 artinya belum efisien secara harga. Sedangkan nilai efisiensi
Produksi Stochastic Frontier, ekonomi sebesar 4,96 yaitu lebih dari 1 artinya belum efisien ini menunjukan bahwa usaha
efficiency, shrimp windu, budidaya komoditas udang windu di Kabupaten Pati belum efisien secara ekonomi. R/C ratio
and stochastic production menunjukan nilai 2,73 yaitu perhitungan lebih dari 1, artinya usaha budidaya udang windu di
frontier. Kabupaten Pati menguntungkan.
____________________ Abstract
___________________________________________________________________
Commodities seed fishery land regency Pati is a bandeng and shrimp windu. The production of commodities
bandeng from year to year always increased, but commodities shrimp windu in the last two years is 2010 and
2011 production shrimp windu decrease. The purpose of this research is to analyze the efficiency of commodity
production tiger prawns in regency Pati.
Research results showed the value of technical efficiency is still under 1 is 0.79. That is the business of
cultivating shrimp windu regency Pati is not efficient is technically. Value pricing efficiency of 6,28 is more
than 1 it means not efficient in price. While value economic efficiency of 4,96 is more than 1 it means not
efficient this shows that the business of cultivating commodities shrimp windu in thousand starch not efficient
economically. R/C ratio showed value 2,73 the calculation of more than 1 it means the business of cultivating
shrimp windu in thousand starch profitable.
© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang
Telp/Fax: (024) 8508015, email: Widyarto.teguh@yahoo.co.id

137
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

PENDAHULUAN = 9.129
Sub sektor perikanan adalah salah satu 92,29
bagian integral dari usaha pembangunan = 98,91 dibulatkan 99 orang.
nasional yaitu suatu proses pembaharuan Metode pengumpulan data adalah
berencana menuju kepada tatanan kehidupan angket atau kuisioner, dokumentasi, dan
masyarakat perikanan yang baik. Pembangunan wawancara. Sedangkan analisis data yaitu
perikanan Indonesia dapat dikelompokan dalam Stochastic Frontier. Data kuantitatif
dua kategori, yakni perikanan laut dan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang
perikanan darat termasuk didalamnya kegiatan efisiensi yaitu perbadingan antara input dan
penangkapan dan kegiatan budidaya. Kenyataan output. Dalam konsep efisiensi dibedakan
menunjukan bahwa aktivitas perikanan telah menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, harga, dan
lama digeluti oleh sebagian rakyat dalam skala ekonomi. Komparatif adalah membandingkan
usaha yang relative kecil utamanya nelayan dan seluruh input-input yang ditentukan dalam
petani tambak. faktor produksi dan diolah secara statistik.
Wilayah Kabupaten Pati memiliki Analisis deskriptif kuantitatif digunakan karena
tambak terluas di Jateng yaitu 9.278 dengan ingin menggambarkan atau menjelaskan secara
produksi 27.471,4. Namun Kabupaten Brebes akurat terkait dengan keadaan wilayah atau
yang memiliki area tambak yang luasnya lebih populasi yang ada pada daerah tersebut.
kecil dibandingkan Kabupaten Pati justru Model fungsi produksi dengan
memiliki produksi lebih besar yaitu 50.735,4 pendekatan stochastic Frontier
dengan luas tambak yaitu 7.563. Kabupaten Pati LnY=b0+b1LnX1+b2LnX2+b3LnX3+b4LnX4+μ.
memiliki komoditas udang windu, namun Dimana :
produksinya dalam dua tahun terakhir Y : Produksi udang windu
mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada X1 : Luas lahan
tahun 2010 dan 2011 yaitu 1.228.252 kg dan X2 : Benur
1.100.000 kg. Pada tahun sebelumnya yaitu X3 : Pakan
tahun 2009 produksinya lebih tinggi yaitu X4 : Tenaga Kerja
1.295.000 kg. b0 : Intersep
Tujuan penelitian yaitu menganalisis b1-b3 : Koefisien regresi
seberapa besar tingkat efisiensi teknis, harga, μ : Residu
ekonomi, dan besarnya perbandingan antara Efisiensi teknis adalah perbandingan
penerimaan dan biaya (R/C ratio) di Kabupaten antara produksi aktual denagn tingkat produksi
Pati. yang potensial dapat dicapai (Soekartawi, 2001).
Dengan model sebagai berikut
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian yaitu di Kabupaten Dimana :
Pati dengan populasi sebesar 9.129 orang. γ : Efisiensi teknis
Sampel dalam penelitian ini yaitu dengan σu 2 : Koefisien variabel x
2
menggunakan random sampling. Dengan σv : Koefisien variabel y
menggunakan rumus Slovin Efisiensi (alokatif) harga menunjukan
n= N hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif
N(d2+1) dapat tercapai jika dapat memaksimumkan
Dimana : keuntungan yaitu menyamakan produksi
n : jumlah sampel yang diam marginal setiap faktor produksi dengan
N : jumlah pembudidaya harganya (Soekartawi, 2001). Dengan demikian,
d : presisi/10% maka nilai produksi marginal (NPM) faktor
n= 9.129 produksi X, dapat ditulis sebagai berikut:
9.129 (0,12)+1
138
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

NPM= juta rupiah pada tahun 2010 dan tahun 2011


naik lagi menjadi 8,767 juta rupiah.
Dimana : Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati tahun
b : elastisitas produksi 2011 sebesar 5,43% , lebih tinggi dibanding
Y : produksi pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,11%.
Py : harga produksi Berikut adalah tabel perkembangan Produk
X : jumlah faktor produksi X Domestik Regional Bruto di Kabupaten Pati
Efisiensi ekonomi merupakan produk Tahun 2009-2011.
dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif (harga)
tercapai (Soekartawi, 2001). Jadi efisiensi Sektor Pertanian
ekonomi dapat dicapai jika kedua efisiensi Produksi padi sawah di Kabupaten Pati
tersebut tercapai sehingga dapat dituliskan tahun 2011 mengalami penurunan bila
sebagai berikut: dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010 yaitu
EE = ET x EH. sebesar 512.066 ton pada tahun 2011 dari
R/C adalah singkatan dari Return Cost 592.217 ton pada tahun 2010 dan 519.685 ton
Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara pada tahun 2009. Sedangkan produkstifitasnya
penerimaan dan biaya (Soekartawi, 2001) pada tahun 2010 sebesar 56,16 kw/ha menurun
R/C = Py.Y menjadi 53,00 kw/ha pada tahun 2011. Selain
FC+VC padi, pada sub sektor pertanian tanaman pangan
Dimana : ada tanaman palawija. Produksi terbesar
Py : Harga produksi tanaman palawija adalah ubi kayu debgan
Y : Produksi produksi sebesar 538.377 ton pada tahun 2011
FC : Biaya tetap dengan luas panen seluas 17.431 hektar.
VC : Biaya Berubah Sedangkan produktifitasnya tahun 2011 sebesar
308,84 kw/ha lebih rendah dari tahun 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 351,67 kw/ha.
Produk Domestik Regional Bruto Untuk tanaman palawija luas panen
Produk domestik regional bruto (PDRB) terbesar pada tahun 2011 adalah tanaman
merupakan ukuran produkstifitas seluruh nilai jagung dengan luas 20.411 hektar, dengan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu produkstifitas sebesar 55,60 kw/ha, produksi
wilayah dalam satu tahun. Kontribusi sektor mencapai 133.491 ton. Selain jagung dan ubi
pertanian masih mendominasi terhadap kayu tanaman palawija lain yang cukup besar
perekonomian Kabupaten Pati, pada tahun 2011 produksinya adalah berturut-turut kacang hijau,
kontirbusinya terhadap perekonomian kedelai, kacang tanah dan ubi jalar.
Kabupaten Pati sebesar 36% . Sektor pertanian Sub Sektor Perikanan
yang menjadi unggulan adalah tanaman bahan Sub sektor perikanan di Kabupaten Pati
makanan, dengan kontibusi sebanyak 24,59%. juga mempunyai produksi yang cukup tinggi
Kontribusi terbesar kedua sebanyak 18,81% untuk mendukung kebutuhan Jawa Tengah.
berasal dari sektor perdagangan, restoran, dan Tahun 2011 di Kabupaten Pati mempunyai
hotel. Sektor industry pengolahan berada pada produksi perikanan laut lebih tinggi daripada
urutan ketiga member konribusi sebesar 19,90%. perikanan darat. Perikanan laut tercatat sebesar
Sementara pendapatan perkapita yang 34.846.244 kg, Sedangkan perikanan darat
mencerminkan tingkat produktifitas tiap sebesar 26.540.626 kg. Produksi perikanan darat
penduduk menunjukan bahwa penduduk budidaya tambak tersebar di tujuh Kecamatan
Kabupaten Pati pada tahun 2009-2011 yaitu Juwana, Batangan, Wedarijaksa,
mengalami peningkatan produktifitasnya. Pada Margoyoso, Trangkil, Tayu, dan Dukuhsekti.
tahun 2009 PDRB perkapita Kabupaten Pati Sub sektor perikanan darat memilki dua jenis
sebesar 7,054 juta rupiah naik menjadi 7,880 komoditas unggulan yaitu bandeng dan udang
139
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

windu. Persentase dari total produksi sub sektor 2009 sebesar 92,32% dan mengalami penurunan
perikanan darat yaitu komoditas bandeng bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 93,78%.
sebesar 92,7%, sementara udang windu yaitu Tingkat pengangguran terlihat menurun
5,72% dan sisanya adalah hasil produksi dari dalam kurun waktu tahun 2009-2010 yaitu dari
sub sektor perikanan darat dengan komoditas 7,68% menjadi 6,22% dan meningkat lagi pada
yaitu udang vaname, karper, tawas, nila, dan tahun 2011 sebesar 7,37% dapat dilihat dari
lele (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten angka tingkat pengangguran terbuka (TPT).
Pati, 2012). Berdasarkan hasil survey angkata kerja nasional
bulan agustus 2011, pada tahun 2011
Tenaga Kerja dan Karakteristik kesempatan bekerja di sektor pertanian
Penduduk mendominasi pasar kerja di Kabupaten Pati
Tingkat pertisipasi angkatan kerja dengan persentase sebesar 36,34%, kemudian
(TPAK) merupakan ukuran yang disusul oleh sektor perdagangan 21,61%, jasa
menggambarkan perbandingan jumlah angkatan 15,79%, industri 14,27%, dan lainnya 11,99%.
kerja terhadap penduduk usia kerja (usia 15+).
TPAK Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar
72,35% lebih tinggi bila dibandingkan tahun Karakteristik Responden
2010 sebesar 68,88% dan tahun dan tahun 2009 Kepimilikan Lahan
sebesar 69,32%. Hal ini menunjukan semakin Berdasarkan kepemilikan tanahnya
besar bagiaan dari penduduk usia kerja yang responden dalam penelitian ini adalah para
sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk petani tambak pemilik lahan pribadi dan
terlibat dalam kegiatan produktif. Tingkat penyewa untuk melakukan usaha budidaya
kesempatan kerja (TKK) merupakan ukuran udang windu. Pemilik lahan pribadi membayar
yang menunjkan seberapa banyak peluang pajak tanah 1 Ha yaitu Rp. 150.000 per/tahun.
seoarang penduduk usia kerja yang termasuk Sedangkan untuk sewa tanah 1 Ha yaitu Rp.
angkatan kerja untuk bekerja. TKK Kabupaten 8.000.000 per/ tahun. Tabel berikut
Pati tahun 2011 sebesar 92,63%, mengalami menunjukkan kepemilikan tanah responden.
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun

Berdasarkan tabel maka lebih dari Modal


separuhnya yaitu sebesar 57 orang yang memilki Modal adalah uang yang dipakai sebagai
usaha budidaya udang windu memilki lahan pokok (induk) dalam kegiatan ekonomi. Modal
petambakan milik pribadi dengan frekuensi yang dikeluarkan oleh para petani tambak dalam
sebesar 57,6%. Sedangkan sisanya sebesar 42 usaha budidaya udang windu berbeda-beda.
orang dengan frekuensi yaitu 42,4% menyewa Modal yang dikeluarkan oleh petani tambak
lahan untuk melakukan usaha budidaya udang digunakan untuk membiayai proses produksi.
windu. Dalam penelitian ini dilihat dari pengeluran
untuk membayar pajak tanah/sewa tanah,

140
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

benur, pakan, dan tenaga kerja. Tabel berikut melakukan budidaya udang windu dalam satu
menunjukkan modal responden untuk tahun.

Tabel menunjukan bahwa modal responden untuk melakukan usaha budidaya


responden untuk melakukan usaha budidaya udang windu adalah Rp. 8.478.096.
udang windu. Responden sebesar 10 orang
menggunakan modal Rp. 1.000.000 – 5.000.000 Luas Lahan
atau 10,1% dari jumlah seluruh responden yang Lahan merupakan suatu tempat dimana
yang dijadikan sampel hanya memiliki modal dilakukan kegiatan budidaya udang windu.
Rp. 1.000.000 – 5.000.000 untuk melakukan Lahan yang digunakan berupa area tambak yang
usaha budidaya udang windu. Sebagian besar diisi air sesuai dengan proporsinya. Lahan
responden memilki modal Rp. 5.000.000 – merupakan salah satu input yang penting untuk
10.000.000 yaitu 63 orang dengan persentase melakukan proses produksi. Berdasarkan
sebesar 63,6% dari total responden yang diteliti. penggolongan lahan menurut luasnya (m2)
Rata-rata modal yang dikeluarkan oleh sebagai berikut.

Tabel menunjukan bahwa luas lahan


yang digunakan oleh responden untuk budidaya Benur
udang windu rata – rata yaitu 18.061 m2. Benur dibeli oleh responden diagen-agen
Sebagian besar responden yaitu 82 orang dengan harga Rp.17/ekor. Penaburan benur
memilki luas lahan yaitu 10.000 – 30.000 m2 dilakukan dengan cara menabur benur ke petak-
dengan persentase sebesar 82,8%. Sedangkan petak lahan pertambakan. Penaburan benur
responden sebanyak 3 orang dengan persentase menggunakan takaran yaitu gelas kecil. Jumlah
sebesar 3% memiliki luas lahan yaitu lebih dari benur yang ditebar adalah sebagai tabel berikut.
30.000 m2.

141
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Berdasarkan tabel, maka rata-rata benur produksi yang dicapai mampu efisien. Para
yang ditebar oleh responden yaitu 49.152 ekor. responden lebih memilih pakan yang dijual di
69 responden menebar benur 0 – 5.000 ekor, agen yang bermerk antara lain : bintang, tata,
dengan persentase sebesar 69,7%. Sedangkan merin, dan karka. Merk bintang merupakan
sisanya 30 responden menebar benur yaitu lebih kualitas nomer satu dengan harga satu sak berisi
dari 5.000 ekor dengan persentase sebesar 25 kg dengan harga Rp. 300.000. Tata
30,3%. merupakan merk pakan udang windu kualitas
nomer dua dengan harga Rp. 210.000/ sak atau
Pakan 25 kg. Harga pakan merk merin yaitu Rp.
Dalam melakukan budidaya udang windu 190.000/sak atau 25 kg. Sedangkan karka I
maka perlu diperhatikan pakan yang sesuai dan harganya Rp. 160.000/sak atau 25 kg dan karka
berkualitas. Dengan pakan yang berkualitas dan II yaitu Rp. 197.500/sak atau 50 kg.
pemberian pakan sesuai proporsi maka hasil

Berdasarkan tabel menunjukan pakan Tenaga kerja merupakan faktor penting


yang paling banyak digunakan oleh responden dalam melakukan suatu proses produksi. Pada
adalah pakan merk tata. Responden yang usaha budidaya udang windu di Kabupaten Pati
menggunakan pakan merk tata yaitu 48 orang responden menggunakan jasa para keluarga dan
dengan persentase sebesar 48,5%. Responden buruh tani untuk melakukan kegiatan budidaya
ada pula yang memilih pakan yang kualitasnya seperti pengolahan tanah, penebaran benih,
rendah yaitu karka. Merk pakan karka dibagi pemberian pakan, dan pemanenan yang
menjadi 2 yaitu karka I dan II yang dihitung dengan hari orang kerja. Pemberian
menggunakan pakan tersebut masing – masing 1 upah pada tenaga kerja Rp. 55.000 -
orang. 100.000/orang. Tabel berikut adalah jumlah
tenga kerja yang digunakan pada budidaya
Tenaga Kerja udang windu dalam satu tahun :

142
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Berdasarkan tabel maka tenaga kerja yang cukup kuat. Oleh karena itu pekerjaan tersebut
dibutuhkan untuk budidaya udang windu rata- hanya mampu dilakukan oleh para laki-laki
rata berjumlah 28 orang. Tenaga kerja yang yang usianya berkisar antara 21 tahun sampai 60
digunakan yaitu 0 - 30 berjumlah 72 orang tahun. Rata-rata responden berumur 48 tahun
dengan persentase sebesar 72,5%. Sedangkan Usia tersebut dikatakan usia produktif karena
tenaga keja yang digunakan yaitu lebih dari 30 pada usia tersebut kemampuan fisik petani
berjumlah 27 orang dengan persentase sebesar cukup potensial untuk melakukan aktivitasnya
27,5%. baik mengolah tanah, pemberian pakan dan
Umur Responden pupuk hingga waktu panen tiba. Tabel dibawah
Pekerjaan sebagai petani tambak udang ini menunjukan data petani udang sebagai
windu cenderung memerlukan tenaga yang responden menurut usianya.

Berdasarkan tabel maka usia responden Seorang petani tambak menjalankan


dalam penelitian ini adalah 20-80 tahun. kegiatan usaha budidaya udang windu
Responden dengan usia antara 41-60 sebesar 56 merupakan pekerjaan utama yang bertujuan
orang dengan persentase yaitu 56,6%. Pada untuk memenuhi kebutuhan anggota
penelitian ini para responden berusia 41-60 keluarganya yaitu istri dan anak-anaknya
tahun memilki jumlah yang paling banyak contohnya : untuk kebutuhan makan dan
dibanding yang lain. Sementara responden pada pakaian, biaya sekolah, dan kesehatan. Oleh
usia 61-80 yaitu 16 orang. Apabila dirata-rata karena itu para petani tambak akan merasa
usia para responden sebesar 48 tahun. termotivasi untuk mendapatkan laba untuk
mencukupi kebutuhan anak dan istrinya. Berikut
Jumlah Tanggungan Responden adalah jumlah tanggungan yang dimiliki oleh
petani tambak sebagai responden.

143
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

tanggungan dibawa 4 orang karena dengan


Berdasarkan tabel menunjukan bahwa banyaknya tanggungan yang dimiliki maka
sebuah keluarga responden mereka rata-rata biaya untuk memenuhi kebutuhan juga semakin
memilki tanggungan 2 orang. Yang dimaksud besar.
tanggungan dalam hal ini adalah istri dan anak
yang belum berkeluarga atau belum memiliki Tingkat Pendidikan Responden
pekerjaan. Sebagian besar tanggungan yang Tingkat pendidikan yang pernah
dimilki responden yaitu 0-2 orang berjumlah 57 ditempuh para petani akan mempengaruhi pada
orang dengan persentase sebesar 57,6%. pola pikir dan proses kegiatan budidaya udang
Responden dengan tanggungan di atas 4 orang windu. Berikut adalah tabel yang menunjukan
sebesar 2 orang itu terhitung kecil jika tingkat pendidikan responden.
dibandingkan dengan responden yang memilki

Berdasarkan tabel 4.9 tingkat pendidikan


formal, sebagian besar responden menempuh Analisis Efisiensi Dengan Fungsi
pendidikan lebih dari SD yaitu 49 orang dengan Produksi Frontier Stochastic
persentase 49,6%. Disisi lain ada responden Koefisien elastisitas untuk input luas
yang persentasenya paling sedikit dari total lahan adalah sebesar 0,1523. Hal ini berarti, jika
secara keluruhan yaitu 13,1%. Mereka yang ada bertambahnya luas lahan sebesar 1% maka
tidak sekolah yaitu 13 orang. Selain itu ada dari akan memperoleh peningkatan produksi sebesar
sebagian dari petani mendapatkan pendidikan 0,1523%
secara informal berupa pelatihan atau Koefisien elastisitas untuk input benur
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas adalah sebesar 0,2799. Hal ini berarti, jika ada
penyuluh lapangan dalam upaya meningkatkan penambahan benur sebesar 1%, maka akan
produksi udang windu. Dapat ditarik memperoleh peningkatan produksi sebesar
kesimpulan bahwa hampir separuh dari petani 0,2799%.
sampel yang menjadi responden berpendidikan Koefisien elastisitas untuk input pakan
rendah. adalah sebesar 0,4901. Hal ini berarti, jika ada

144
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

penambahan pakan sebesar 1%, maka akan penggunaannya dengan memperhatikan kualitas
memperoleh peningkatan produksi sebesar yang baik dan tahan penyakit.
0,4901%. Return To Scale
Koefisien elastisitas untuk input tenaga RTS (Return To Scale) atau keadaan
kerja adalah sebesar 0,6088 Hal ini berarti, jika skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui
ada penambahan tenaga kerja sebesar 1%, maka kombinasi pengguanaan faktor produksi.
akan memperoleh peningkatan produksi sebesar Terdapat 3 kemungkinan return to scale. Return
0,6088%. to scale sendiri diperoleh dari penambahan
koefisien elastisitas untuk masing-masing
Efisiensi Teknis variabel independen dalam penelitian. Nilai
Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis return to scale pada usaha budidaya udang
tersebut bahwa rata-rata petani sampel dapat windu adalah sebesar 1,53. Maka nilai Return to
mencapai 79% dari potensial produksi yang Scale yang lebih dari 1 ini berada pada kondisi
diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang increasing return to scale hal ini terjadi bila
dikorbankan. Nilai rata-rata efisiensi teknis kenaikan output lebih besar dari kenaikan input.
tersebut masih dibawah 1. Artinya bahwa usaha
budidaya udang windu di Kabupaten Pati yang R/C Ratio
dilakukan oleh petani sampel dapat dikatakan R/C adalah singkatan dari Return Cost
tidak efisien secara teknis. Dan masih memiliki Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara
peluang sebesar 21% untuk meningkatkan penerimaan dan biaya. Maka hasil dari
produksi udang windu di Kabupaten Pati perhitungan pendapatan dan biaya usaha
dengan cara mengkombinasikan input yaitu luas budidaya udang windu di Kabupaten Pati
lahan, benur, pakan, dan tenaga kerja agar didapat nilai R/C ratio sebesar 2,74. Nilai R/C
tercapai efisiensi secara teknis. > 1 artinya usaha budidaya udang windu di
Kabupaten Pati menuntungkan.
Efisiensi Harga
Berdasarkan analisis efisiensi harga yaitu SIMPULAN
komoditas udang windu di Kabupaten Pati nilai Besarnya efisiensi teknis pada usaha
efisiensi harga lebih dari 1 yaitu 6,28. Artinya budidaya komoditas udang windu di Kabupaten
penggunaan input produksi belum efisien dan Pati adalah sebesar 0,79 hal ini menunjukkan
perlu menambahkan kuantitas penggunaan luas bahwa usaha budidaya komoditas udang windu
lahan, benur, pakan, dan tenaga kerja. belum efisien secara teknis.
Efisiensi Ekonomi Besarnya efisiensi harga (alokatif) dari
Berdasarkan nilai efisiensi teknis (ET) usaha budidaya komoditas udang windu di
dan nilai efisiensi harga (EH) maka efisiensi Kabupaten Pati yaitu 6,28 hal ini menunjukkan
ekonomi (EE) dapat diketahui yaitu sebesar bahwa usaha budidaya udang windu di
4,96. Hal ini menunjukkan bahwa usaha Kabupaten Pati belum efisien secara harga.
budidaya komoditas udang windu belum efisien Besarnya efisiensi ekonomi pada usaha
secara ekonomi, dengan demikian perlu budidaya komoditas udang windu di Kabupaten
dilakukan penambahan penggunaan faktor Pati yaitu 4,96. Hal ini menunjukkan usaha
produksi yang masih dimungkinkan untuk budidaya udang windu di Kabupaten Pati belum
ditambah yaitu luas lahan, benur, pakan, dan efisien secara ekonomi karena nilainya lebih dari
tenaga kerja saat ini petani di daerah sampel satu.
rata-rata menggunakan luas lahan dicampur Return To Scale dari usaha budidaya
dengan budidaya ikan bandeng. Untuk itu perlu komoditas udang windu di Kabupaten Pati
dikelompokan sendiri-sendiri antara lahan untuk menunjukkan nilai Increasing Return to Scale
budidaya udang windu dengan lahan budidaya sebesar 1,53. Artinya jika terjadi penambahan
ikan bandeng. Benur juga harus ditambah dalam
145
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

faktor produksi sebesar 1% akan menaikkan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur


output sebesar 1,53%Ada Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta :
R/C ratio dari dari usaha budidaya Rineka Cipta
komoditas udang windu yaitu 2,74. Artinya jika Badan Pusat Statistik. 2012. Pati Dalam
usaha budidaya komoditas udang windu Angka 2012. BPS Kabupaten Pati
dikelola dan dikembangkan maka akan Boediono, 2008. Ekonomi Mikro. BPFE :
menguntungkan. Yogyakarta.
Effendy. 2010. Efisiensi Faktor Produksi
SARAN dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani
Penggunaan input yaitu luas lahan, Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso.
benur, pakan, dan tenaga kerja dalam usaha (Jurnal), Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
budidaya komoditas udang windu di Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako
Kabupaten Pati harus mampu dimanfaatkan Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi
semaksimal dan sesuai proposionalnya agar Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
efisiensi teknis, harga, dan ekonomi bisa Jakarta : Rineka Cipta
tercapai. Iswardono SP, MA. 2004, Ekonomika
Perlu dilakukan penambahan terhadap Mikro. UPP AMP YKPN: Yogyakarta
penggunaan faktor produksi yang nilai NPMnya Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ekonomi
lebih dari 1 yaitu faktor produksi lahan, benur, Produksi Pertanian. Jakarta : Bina Aksara
pakan, dan tenaga kerja supaya tercapai efisiensi Machfudz, Masyhuri. 2007. Dasar-dasar
harga. Ekonomi Mikro. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Penggunaan faktor-faktor produksi Murbyanto. 1989. Pengantar Ekonomi
dalam efisiensi ekonomi harus ditambah dan Pertanian Edisi ke III. Jakarta : LP3ES
dimanfaatkan secara maksimal dan sesuai Nicholson, Walter. 1995. Teori Mikro
proporsinya agar tercapai efisiensi secara Ekonomi. Prinsip Dasar dan Perluasan Edisi
ekonomi. Kelima. Terjemahan : Daniel Wirajya. Jakarta :
Usaha budidaya udang windu di BinarupaAngkasa.
Kabupaten Pati berada pada kondisi increasing Prajanti, S. D. W. and Soesilowati, Etty.
return to scale, namun belum mencapai efisiensi. 2012. The Policy Effectiveness of “Go Organic”
Sehingga perlu dilakukannya pembinaan, : A Study on Implementation and Efficiency of
penyuluhan, dan pelatihan agar para petani Organic Vegetable Cultivation in Semarang
tambak khususnya budidaya udang windu Municipality. Jurnal Sociology Study, Volume
mampu menghasilkan produksi yang maksimal 2, Number 6, June 2012, 468-482
untuk mencapai tingkat produksi yang efisien. Putranto, Dwi Arie. 2007. Analisis
Untuk mengelola agar usaha budidaya Efisiensi Produksi Kasus Pada Budidaya
udang windu menguntungkan dan hasil Penggemukan Kepirting Bakau Di Kabupaten
produksi dapat maksimal tentunya para petani Pemalang. (Thesis), Prodi Magister Ilmu
tambak udang windu harus meningkatkan Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
efisiensinya. Ekonomi, Universitas Diponegoro
Ramadhani, Yuliastuti. 2011. Analisis
DAFTAR PUSTAKA Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi Dengan
Agung, I Gusti Ngurah. 2008. Teori Pendekatan Cobb Douglas dan Regresi
Ekonomi Mikro: Suatu Analisis Produksi Berganda. Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor
Terapan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 1, Juni 2011, 61-53
Arief, Himawan. 2007. Modul Frontier Riduan. 2005. Metode dan Teknik
Version 4.1 Program Untuk Estimasi Menyusun Tesis. Alfa Betha, Bandung
Stocahastic Frontier. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro.
146
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi


Produksi Dengan Poko Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. Jakarta : CV Rajawali
. 2003. Agribisnis, Teori dan
Aplikasinya, Cetakan Ketujuh, Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada
. 2003. Teori Ekonomi Produksi,
dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb
Douglass, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada
. 2010. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada
Sugiarto dkk. 2000. Ekonomi Mikro
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Suyanto, Rachmatun S. Mujiman,
Ahmad. 1999. Budidaya Udang Windu. Jakarta
: PT Penebar Swadaya
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian
Untuk Skripsi dan Bisnis. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

147

Anda mungkin juga menyukai