http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang
Telp/Fax: (024) 8508015, email: Widyarto.teguh@yahoo.co.id
137
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
PENDAHULUAN = 9.129
Sub sektor perikanan adalah salah satu 92,29
bagian integral dari usaha pembangunan = 98,91 dibulatkan 99 orang.
nasional yaitu suatu proses pembaharuan Metode pengumpulan data adalah
berencana menuju kepada tatanan kehidupan angket atau kuisioner, dokumentasi, dan
masyarakat perikanan yang baik. Pembangunan wawancara. Sedangkan analisis data yaitu
perikanan Indonesia dapat dikelompokan dalam Stochastic Frontier. Data kuantitatif
dua kategori, yakni perikanan laut dan dikumpulkan dalam penelitian ini tentang
perikanan darat termasuk didalamnya kegiatan efisiensi yaitu perbadingan antara input dan
penangkapan dan kegiatan budidaya. Kenyataan output. Dalam konsep efisiensi dibedakan
menunjukan bahwa aktivitas perikanan telah menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, harga, dan
lama digeluti oleh sebagian rakyat dalam skala ekonomi. Komparatif adalah membandingkan
usaha yang relative kecil utamanya nelayan dan seluruh input-input yang ditentukan dalam
petani tambak. faktor produksi dan diolah secara statistik.
Wilayah Kabupaten Pati memiliki Analisis deskriptif kuantitatif digunakan karena
tambak terluas di Jateng yaitu 9.278 dengan ingin menggambarkan atau menjelaskan secara
produksi 27.471,4. Namun Kabupaten Brebes akurat terkait dengan keadaan wilayah atau
yang memiliki area tambak yang luasnya lebih populasi yang ada pada daerah tersebut.
kecil dibandingkan Kabupaten Pati justru Model fungsi produksi dengan
memiliki produksi lebih besar yaitu 50.735,4 pendekatan stochastic Frontier
dengan luas tambak yaitu 7.563. Kabupaten Pati LnY=b0+b1LnX1+b2LnX2+b3LnX3+b4LnX4+μ.
memiliki komoditas udang windu, namun Dimana :
produksinya dalam dua tahun terakhir Y : Produksi udang windu
mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada X1 : Luas lahan
tahun 2010 dan 2011 yaitu 1.228.252 kg dan X2 : Benur
1.100.000 kg. Pada tahun sebelumnya yaitu X3 : Pakan
tahun 2009 produksinya lebih tinggi yaitu X4 : Tenaga Kerja
1.295.000 kg. b0 : Intersep
Tujuan penelitian yaitu menganalisis b1-b3 : Koefisien regresi
seberapa besar tingkat efisiensi teknis, harga, μ : Residu
ekonomi, dan besarnya perbandingan antara Efisiensi teknis adalah perbandingan
penerimaan dan biaya (R/C ratio) di Kabupaten antara produksi aktual denagn tingkat produksi
Pati. yang potensial dapat dicapai (Soekartawi, 2001).
Dengan model sebagai berikut
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian yaitu di Kabupaten Dimana :
Pati dengan populasi sebesar 9.129 orang. γ : Efisiensi teknis
Sampel dalam penelitian ini yaitu dengan σu 2 : Koefisien variabel x
2
menggunakan random sampling. Dengan σv : Koefisien variabel y
menggunakan rumus Slovin Efisiensi (alokatif) harga menunjukan
n= N hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif
N(d2+1) dapat tercapai jika dapat memaksimumkan
Dimana : keuntungan yaitu menyamakan produksi
n : jumlah sampel yang diam marginal setiap faktor produksi dengan
N : jumlah pembudidaya harganya (Soekartawi, 2001). Dengan demikian,
d : presisi/10% maka nilai produksi marginal (NPM) faktor
n= 9.129 produksi X, dapat ditulis sebagai berikut:
9.129 (0,12)+1
138
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
windu. Persentase dari total produksi sub sektor 2009 sebesar 92,32% dan mengalami penurunan
perikanan darat yaitu komoditas bandeng bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 93,78%.
sebesar 92,7%, sementara udang windu yaitu Tingkat pengangguran terlihat menurun
5,72% dan sisanya adalah hasil produksi dari dalam kurun waktu tahun 2009-2010 yaitu dari
sub sektor perikanan darat dengan komoditas 7,68% menjadi 6,22% dan meningkat lagi pada
yaitu udang vaname, karper, tawas, nila, dan tahun 2011 sebesar 7,37% dapat dilihat dari
lele (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten angka tingkat pengangguran terbuka (TPT).
Pati, 2012). Berdasarkan hasil survey angkata kerja nasional
bulan agustus 2011, pada tahun 2011
Tenaga Kerja dan Karakteristik kesempatan bekerja di sektor pertanian
Penduduk mendominasi pasar kerja di Kabupaten Pati
Tingkat pertisipasi angkatan kerja dengan persentase sebesar 36,34%, kemudian
(TPAK) merupakan ukuran yang disusul oleh sektor perdagangan 21,61%, jasa
menggambarkan perbandingan jumlah angkatan 15,79%, industri 14,27%, dan lainnya 11,99%.
kerja terhadap penduduk usia kerja (usia 15+).
TPAK Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar
72,35% lebih tinggi bila dibandingkan tahun Karakteristik Responden
2010 sebesar 68,88% dan tahun dan tahun 2009 Kepimilikan Lahan
sebesar 69,32%. Hal ini menunjukan semakin Berdasarkan kepemilikan tanahnya
besar bagiaan dari penduduk usia kerja yang responden dalam penelitian ini adalah para
sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk petani tambak pemilik lahan pribadi dan
terlibat dalam kegiatan produktif. Tingkat penyewa untuk melakukan usaha budidaya
kesempatan kerja (TKK) merupakan ukuran udang windu. Pemilik lahan pribadi membayar
yang menunjkan seberapa banyak peluang pajak tanah 1 Ha yaitu Rp. 150.000 per/tahun.
seoarang penduduk usia kerja yang termasuk Sedangkan untuk sewa tanah 1 Ha yaitu Rp.
angkatan kerja untuk bekerja. TKK Kabupaten 8.000.000 per/ tahun. Tabel berikut
Pati tahun 2011 sebesar 92,63%, mengalami menunjukkan kepemilikan tanah responden.
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
140
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
benur, pakan, dan tenaga kerja. Tabel berikut melakukan budidaya udang windu dalam satu
menunjukkan modal responden untuk tahun.
141
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Berdasarkan tabel, maka rata-rata benur produksi yang dicapai mampu efisien. Para
yang ditebar oleh responden yaitu 49.152 ekor. responden lebih memilih pakan yang dijual di
69 responden menebar benur 0 – 5.000 ekor, agen yang bermerk antara lain : bintang, tata,
dengan persentase sebesar 69,7%. Sedangkan merin, dan karka. Merk bintang merupakan
sisanya 30 responden menebar benur yaitu lebih kualitas nomer satu dengan harga satu sak berisi
dari 5.000 ekor dengan persentase sebesar 25 kg dengan harga Rp. 300.000. Tata
30,3%. merupakan merk pakan udang windu kualitas
nomer dua dengan harga Rp. 210.000/ sak atau
Pakan 25 kg. Harga pakan merk merin yaitu Rp.
Dalam melakukan budidaya udang windu 190.000/sak atau 25 kg. Sedangkan karka I
maka perlu diperhatikan pakan yang sesuai dan harganya Rp. 160.000/sak atau 25 kg dan karka
berkualitas. Dengan pakan yang berkualitas dan II yaitu Rp. 197.500/sak atau 50 kg.
pemberian pakan sesuai proporsi maka hasil
142
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Berdasarkan tabel maka tenaga kerja yang cukup kuat. Oleh karena itu pekerjaan tersebut
dibutuhkan untuk budidaya udang windu rata- hanya mampu dilakukan oleh para laki-laki
rata berjumlah 28 orang. Tenaga kerja yang yang usianya berkisar antara 21 tahun sampai 60
digunakan yaitu 0 - 30 berjumlah 72 orang tahun. Rata-rata responden berumur 48 tahun
dengan persentase sebesar 72,5%. Sedangkan Usia tersebut dikatakan usia produktif karena
tenaga keja yang digunakan yaitu lebih dari 30 pada usia tersebut kemampuan fisik petani
berjumlah 27 orang dengan persentase sebesar cukup potensial untuk melakukan aktivitasnya
27,5%. baik mengolah tanah, pemberian pakan dan
Umur Responden pupuk hingga waktu panen tiba. Tabel dibawah
Pekerjaan sebagai petani tambak udang ini menunjukan data petani udang sebagai
windu cenderung memerlukan tenaga yang responden menurut usianya.
143
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
144
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
penambahan pakan sebesar 1%, maka akan penggunaannya dengan memperhatikan kualitas
memperoleh peningkatan produksi sebesar yang baik dan tahan penyakit.
0,4901%. Return To Scale
Koefisien elastisitas untuk input tenaga RTS (Return To Scale) atau keadaan
kerja adalah sebesar 0,6088 Hal ini berarti, jika skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui
ada penambahan tenaga kerja sebesar 1%, maka kombinasi pengguanaan faktor produksi.
akan memperoleh peningkatan produksi sebesar Terdapat 3 kemungkinan return to scale. Return
0,6088%. to scale sendiri diperoleh dari penambahan
koefisien elastisitas untuk masing-masing
Efisiensi Teknis variabel independen dalam penelitian. Nilai
Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis return to scale pada usaha budidaya udang
tersebut bahwa rata-rata petani sampel dapat windu adalah sebesar 1,53. Maka nilai Return to
mencapai 79% dari potensial produksi yang Scale yang lebih dari 1 ini berada pada kondisi
diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang increasing return to scale hal ini terjadi bila
dikorbankan. Nilai rata-rata efisiensi teknis kenaikan output lebih besar dari kenaikan input.
tersebut masih dibawah 1. Artinya bahwa usaha
budidaya udang windu di Kabupaten Pati yang R/C Ratio
dilakukan oleh petani sampel dapat dikatakan R/C adalah singkatan dari Return Cost
tidak efisien secara teknis. Dan masih memiliki Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara
peluang sebesar 21% untuk meningkatkan penerimaan dan biaya. Maka hasil dari
produksi udang windu di Kabupaten Pati perhitungan pendapatan dan biaya usaha
dengan cara mengkombinasikan input yaitu luas budidaya udang windu di Kabupaten Pati
lahan, benur, pakan, dan tenaga kerja agar didapat nilai R/C ratio sebesar 2,74. Nilai R/C
tercapai efisiensi secara teknis. > 1 artinya usaha budidaya udang windu di
Kabupaten Pati menuntungkan.
Efisiensi Harga
Berdasarkan analisis efisiensi harga yaitu SIMPULAN
komoditas udang windu di Kabupaten Pati nilai Besarnya efisiensi teknis pada usaha
efisiensi harga lebih dari 1 yaitu 6,28. Artinya budidaya komoditas udang windu di Kabupaten
penggunaan input produksi belum efisien dan Pati adalah sebesar 0,79 hal ini menunjukkan
perlu menambahkan kuantitas penggunaan luas bahwa usaha budidaya komoditas udang windu
lahan, benur, pakan, dan tenaga kerja. belum efisien secara teknis.
Efisiensi Ekonomi Besarnya efisiensi harga (alokatif) dari
Berdasarkan nilai efisiensi teknis (ET) usaha budidaya komoditas udang windu di
dan nilai efisiensi harga (EH) maka efisiensi Kabupaten Pati yaitu 6,28 hal ini menunjukkan
ekonomi (EE) dapat diketahui yaitu sebesar bahwa usaha budidaya udang windu di
4,96. Hal ini menunjukkan bahwa usaha Kabupaten Pati belum efisien secara harga.
budidaya komoditas udang windu belum efisien Besarnya efisiensi ekonomi pada usaha
secara ekonomi, dengan demikian perlu budidaya komoditas udang windu di Kabupaten
dilakukan penambahan penggunaan faktor Pati yaitu 4,96. Hal ini menunjukkan usaha
produksi yang masih dimungkinkan untuk budidaya udang windu di Kabupaten Pati belum
ditambah yaitu luas lahan, benur, pakan, dan efisien secara ekonomi karena nilainya lebih dari
tenaga kerja saat ini petani di daerah sampel satu.
rata-rata menggunakan luas lahan dicampur Return To Scale dari usaha budidaya
dengan budidaya ikan bandeng. Untuk itu perlu komoditas udang windu di Kabupaten Pati
dikelompokan sendiri-sendiri antara lahan untuk menunjukkan nilai Increasing Return to Scale
budidaya udang windu dengan lahan budidaya sebesar 1,53. Artinya jika terjadi penambahan
ikan bandeng. Benur juga harus ditambah dalam
145
Teguh Widyarto / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
147