Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018

Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

Pengembangan Prototipe Smart Blade pada Turbin Angin berbasis Servo


Pneumatik
1Nuryanti*), 1Ridwan, 1Muhammad Ramadhan
Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika Politeknik Manufaktur Bandung
nuryanti@polman-bandung.ac.id*)
ridwan@polman-bandung.ac.id*)

Abstrak dapat merasakan gangguan kemudian


mengkomputasikan reaksi secara aktif untuk
Sistem otomasi pada smart blade sebagai kontrol mengendalikan beban aerodinamik sebagai
kecepatan angin jika mencapai maksimal. Karena Daya
respon terhadap gangguan tersebut [1].
angin sebanding dengan pangkat tiga kecepatan maka
kecepatan angin yang melebihi kecepatan maksimal Salah satu smart blade adalah blade yang
dapat melonjakkan daya sehingga generator mengalami dilengkapi sistem kontrol pada Pitch atau
kelebihan kapasitas selain itu getaran turbin yang pada yaw. Pada pitch yaitu pada pangkal
terlampau kencang dapat menyebabkan kerusakan blade/bilah, sedangkan yaw adalah pada
pada konstruksi penopang turbin. Oleh karena itu leher rotor. Pada kontrol pitch dimana blade
kontrol pitch menjadi salah satu metode untuk dapat bereaksi terhadap gangguan berupa
membatasi kecepatan angin di atas kecepatan Cut Out. kecepatan angina yang terlalu tinggi atau di
Kontrol pitch atau kontrol sudut baling-baling mengubah atas kecepatan angina Cut Out kemudian
sudut serang angin sehingga penangkapan angin
dengan mikrokontroler dapat
berkurang dan pergerakan turbin tidak melampaui batas
maksimal. Pembuatan prototype kontrol pitch telah mengkomputasikan gangguan tersebut
dilakukan baik pada aspek mekanik yaitu pembuatan dengan memberikan reaksi berupa
aktuator berbasis pneumatik yang dapat menggerakkan pergeseran sudut pitch melalui servo
pitch dan sistem sensor dengan pemrograman pada pneumatik. Pada sistem kontrol Pitch
mikrokontroler. Untuk metode kontrol menggunakan dilakukan untuk mencegah terjadinya daya
metode cascade dimana komponen-komponen yang dan getaran berlebih jika terdapat angin
digunakan meliputi encoder incremental, silinder dengan kecepatan di atas kecepatan Cut Out-
pneumatik, mikrokontroler, potensiometer geser, dan nya dengan asumsi angin bergerak sejajar
katup pneumatik 5/3. Berdasarkan hasil pengujian yang
dengan arah normal rotor. Karena daya
telah dilakukan, hasil pengukuran kecepatan putar
turbin angin tanpa pitching mencapai 80 rpm dan sebanding dengan pangkat tiga kecepatan
kecepatan saat pitching mencapai 0 rpm. Namun pada angin sehingga angin kencang akan
kontrol cut out kecepatan turbin angin dalam menghasilkan lonjakan daya yang diluar
melakukan pitching ditetapkan pada nilai 40 rpm. kapasitas generator, selain itu dengan
Pergerakan silinder penumatik dengan pembebanan getaran yang berlebih dapat membuat aus
(plant) dapat bergerak sebesar 8mm. Sedangkan sistem atau berpotensi mematahkan bilah.
pergerakan tanpa pembebanan dapat mencapai error
maksimum sebesar 22,4 % dengan rata-rata error
Sejauh ini penelitian pada pitch kontrol
7,13%. Dengan diterapkannya metode pitching pada
prototipe turbin angin, kecepatan turbin angin dapat
dimana pergerakan blade atau bilah yang
dibatasi. dapat merespon beban aerodinamik akibat
angin kencang masih banyak yang baru pada
Kata Kunci: turbin angin, kontrol pitch, servo pneumatik tahap konsep simulasi modelling. Seperti
yang dikembangkan oleh Bossanyi et al [2]
1 Pendahuluan dengan melakukan kontrol per-bilah sehingga
dapat menanggung beban asimetris. Metode
Dalam pengembangan Pembangkit Listrik pengontrolannya dengan mengembangkan
Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia salah satu algoritma Linier-Quadratic-Gaussian Control
kendala nya adalah fluktuasi kecepatan (LQG) yang dapat mengatasi masalah dengan
angin. Fluktuasi di sini adalah berubah- multivariable. Begitupula yang telah
rubahnya kecepatan angin dari kecil ke besar dilakukan oleh Andersen [3] yang
atau sebaliknya dalam waktu singkat. Atau menemukan perancangan bilah inovatif
adakalanya angin tidak berhembus dimana terdapat bagian yang membuka dan
samasekali. Oleh karena itu pada sistem menutup untuk mengurangi beban
smart blade atau smart rotor yang aerodinamik (sistem Deformable Trailing
didefinisikan sebagai suatu unit sistem yang Edge Geometri, DTEG) dan menggunakan
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

kontrol LQG dan PID. Keduanya melakukan


simulasi dengan menggunakan software
untuk menganalisa sejauh mana sistem (2)
kontrol tersebut dapat mengatasi
permasalahan. Meski secara simulasi
menunjukkan hasil yang baik namun (3)
Bossanyi masih menyarankan untuk
melakukan modifikasi jika akan diaplikasikan Dengan ω adalah kecepatan putar bilah, R adalah
karena model turbin nyata mungkin berbeda
panjang bilah (jari-hari turbin). Atau tip speed ratio
dengan model yang dibuat. Untuk penelitian
yang dikembangkan yaitu penelitian pada adalah perbandingan antara kecepatan bilah atau
bagian kontrol pitch sudah dilakukan baik
dengan merancang sistem mekanik, sistem turbin dengan kecepatan angin.
elektropneumatik, maupun sistem kontrol
dengan menggunakan mikrokontroler. 2. Perancangan Sistem
Prototipe yang dibangun yaitu blade yang
dilengkapi bagian mekanik untuk melakukan 2.1. Gambaran Umum Sistem
perubahan sudut bilah sehingga bilah akan
berhenti jika dikenai kecepatan di atas Untuk mengendalikan bilah agar tidak bergerak
kecepatan Cut Out. Bagian servo pneumatik saat angin di atas Cut out, maka sudut pitch
yang terdiri atas potensiometer geser, katup diubah sehingga bilah tidak menangkap angin
silinder 5/3 dan silinder double acting. secara maksimum dan rotor tidak lagi berputar.
Metode kontrol dengan menggunakan Seperti terlihat pada Gambar 1 dimana dari
pneumatik didasari atas beberapa encoder diketahui kecepatan angin yang
pertimbangan antara lain aplikasi untuk sebanding dengan putaran turbin yang
pembangkit listrik skala kecil (kurang dari pergerakannya melalui gearbox. Jika kita
100 KW). Sedangkan jika aplikasi skala masukkan set point yaitu nilai kecepatan angin
Megawatt menggunakan hidrolik sebagai tertentu (disesuaikan dengan kapasitas turbin),
sistem aktuasi kontrolnya. maka Jika kecepatan terukur (Vmeasured) lebih besar
dari kecepatan setpoint (Vset point) maka Pitch
Proses penangkapan energy angin controller akan bekerja mendorong pitch actuator
dipengaruhi oleh factor luas permukaan untuk mengubah sudut pitch, sehingga rotor akan
penampang rotor yang dipengaruhi oleh berhenti.
diameter bilah dan juga factor lainnya yaitu
sudut serang rotor terhadap angin. Sudut
serang yang paling optimal menurut AR.Jha
adalah 0.1 radian atau 5.73 derajat [4].
Sudut serang yang dimaksud adalah sudut
antara angin yang datang terhadap garis
normal rotor. Sehingga secara umum rotor
selalu berhadapan dengan datangnya angin.
Sudut serang yang semakin besar akan
menurunkan daya tangkap angin. Adapun
daya angin (Pdelivered) dirumuskan sebagai [5]:
Gambar 1 Gambaran umum sistem

Dapat dilihat pada Gambar 2 rancangan mekanik


smart blade dimana terdapat bagian batang bilah
(1)
(1), bagian yang mentransfer pergerakan linier
silinder menjadi pergerakan sudut bilah (2) dan
Dengan Cp adalah koefisien daya, ⍴ adalah
actuator berupa silinder pneumatik (3)
masa jenis udara, A adalah luas penampang
yang disapu oleh turbin, dan v adalah
kecepatan angin. Di sini dapat kita lihat
bahwa daya angin sebanding dengan pangkat
3 dari kecepatan angin. Koefisien daya
menunjukkan efisiensi aerodinamik turbin
dan sebagai fungsi dari tip speed ratio, λ.
Dimana λ didefinisikan sebagai :
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

Sensor 1
Linear Potensiometer

Turbin Angin

Antarmuka
Labview Relay Katup 5/3 Silinder Double Acting

Sensor 2
Encoder

Gambar 2. Sistem Mekanik Kontrol Pitch Gambar 3. Konsep sistem kontrol pitch dengan
servopneumatik

Servopneumatik memungkinkan pergerakan yang


2.2. Konsep Sistem Kontrol Pitch dengan Servo disesuaikan dengan posisi. Adapun bagian
Pneumatik servopneumatik terdiri dari :
a. Silinder double acting sebagai aktuator
Pengendalian sistem dilakukan oleh sebuah b. Katup 5/3 sebagai komponen proses
mikrokontroler Arduino Mega baik dalam yang memungkinkan silinder berhenti di
pembacaan sensor ataupun memberi perintah antara posisi maksimum dan minimumnya
pada aktuator. Arduino Mega menerima data c. Relay sebagai elemen proses yang
pembacaan kecepatan putar turbin dari sensor memungkinkan sinyal input elektrik dari
encoder incremental dan menerima pembacaan mikrokontroler yang dapat menyalakan
sudut baling-baling dari sensor potensiometer solenoid pada silinder
geser. Pengolahan data yang didapat dari sensor d. Sensor Linier Potensiometer sebagai
dilakukan oleh Arduino Mega untuk menghitung sensor posisi dari beban dan silinder
error antara kecepatan putar motor dari encoder
(berupa kecepatan linier dalam satuan
meter/detik) dengan posisi baling-baling dari linier 2.3. Diagram Alir Sistem
potensiometer. Jika terjadi error/kecepatan motor
berkurang, maka mikrokontroler akan memberi Diagram alir sistem menjelaskan tentang logika
sinyal pada aktuator berupa katup pneumatik kerja sistem pada penelitian ini. Diagram terdiri
untuk menjalankan silinder agar sudut baling- dari satu diagram umum kontrol. Diagram kontrol
baling dapat berubah untuk menyesuaikan secara umum dapat dilihat pada gambar 4.
kecepatan putar turbin. Diagram kontrol menjelaskan kerja sistem secara
berurutan. Pergerakan aktuator secara spesifik
Sudut baling-baling dapat berubah secara dijelaskan dalam diagram ini. Sistem dimulai
variatif karena digerakkan oleh engkol yang dengan membaca data potensiometer. Namun
berfungsi seperti siku dimana ujung engkolnya dalam realisasi untuk pembacaan jarak
digerakkan oleh aktuator pneumatik. Aktuator potensiometer dan kecepatan putar tetap
yang digunakan dalam tugas akhir ini merupakan ditampilkan secara real time dalam antarmuka
silinder pneumatik SKC MAL 20-50 yang (LabView). Pada sistem ini dimulai dengan
dikendalikan oleh sebuah katup. Katup yang pembacaan apakah silinder berada dalam posisi
dipakai adalah katup SMC 5/3 closed center maksimal. Dalam sistem ini pergerakan dibatasi
dengan pemilihan ruang tengah yang tertutup karena kesalahan dalam pembuatan sistem
(closed center). Pemilihan katup closed center mekanik yaitu maksimal sepanjang 8mm.
dimaksudkan agar silinder pneumatik dapat Sehingga posisi tersebut merupakan posisi
beroperasi lebih dari dua posisi yang umum (awal maksimal dari sistem. Namun pada sebenarnya
– akhir) sehingga memungkinkan untuk berhenti silinder dapat mencapai posisi 60mm.
di tengah, agak menengah, agak akhir. Hal ini
sangat diperlukan untuk pengendalian baling- Diawali dengan membaca data potensiometer
baling sehingga dapat berputar dalam sudut yang sistem kemudian akan mendeteksi apakah silinder
bervariasi. Sensor umpan balik yang digunakan berada dalam posisi maksimal atau tidak. Apabila
untuk silinder pneumatik adalah potensiometer silinder tidak dalam posisi maksimal namun tetap
geser yang dihubungkan pada mikrokontroler. berputar maka eksekusi program akan menunggu
Data dari potensiometer dan encoder akan hingga kecepatan putar turbin melebihi 40 rpm.
ditampilkan pada LabVIew visa. Konsep sistem Sedangkan apabila kondisi rpm sama dengan 0
dapat dilihat pada gambar 3. maka silinder akan mundur kembali untuk
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

melakukan penangkapan angin. pada sistem ini maju mundur silinder menjadi pergeseran sudut
silinder akan mundur pada posisi potensio 3 mm. pitch, (2) menunjukkan sensor encoder, bagian (3)
Posisi ini dipilih agar pembacaan mikrokontroler menunjukkan silinder, bagian (4) menunjukkan
untuk memerintahkan relay dapat dilaksanakan sensor posisi potensiometer dan bagian (5) adalah
tanpa adanya konflik karena pembacaan yang blade foil atau lembar bilah.
terlalu dekat.

Sedangkan untuk pembacaan kecepatan putar


turbin angin apabila telah melebihi 40 rpm maka
sistem akan memerintahkan silinder untuk
melakukan pitching. Pitching pada sistem ini
hanya dapat dilakukan sepanjang 8 mm. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dalam pembangungan
sistem mekanik. Jika potensiometer sudah
membaca lebih dari 7.5 mm maka silinder akan
bertahan dalam posisi tersebut. Hal ini merupakan
penerapan dari sistem servo pneumatik yang
membuat silinder dapat berhenti dalam posisi
manapun.

START

Baca Data Gambar 5. Aplikasi smart blade pada prototype turbin


Potensio (X)
angin

Pengujian pergerakan silinder ini bertujuan untuk


POT_MAX = ?
& Ya Silinder Mundur
mengetahui respon silinder saat diminta untuk
Rpm = 0 mencapai jarak tertentu secara acak. Selain itu
tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk
Tidak mengetahui apakah servo pneumatik dapat
diaplikasikan pada sistem mekanik atau tidak.
Rpm >= 40 ?
Baca Data Pengujian dilakukan secara manual melalui
Potensio
perangkat lunak Arduino IDE.
Ya
Pengujian ini memiliki hasil rata-rata error
Pitching 7,13%. Pengujian dilakukan dengan tiga langkah.
Sens <= 3mm ?
Silinder Maju Langkah pertama yaitu pengujian dengan jarak
Tidak
bertambah 10mm. Pengujian kedua dilakukan
Tidak
dengan mengurangi jarak sebesar 10mm.
Sens >= 7.5
Sedangkan pengujian terakhir dilakukan dengan
Silinder Mundur mengambil jarak yang acak. Dari percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa error memiliki batas
Ya
atas dan bawah masing-masing sebesar 3mm.
END Apabila batas error dibuat menjadi kurang dari
3mm maka respon silinder tidak akan berhenti
dan berusaha untuk berhenti pada nilai yang pas
Gambar 4. Diagram alir kontrol utama (maju-mundur). Hal ini terjadi karena kemampuan
maju silinder, katup, dan flow control yang
membutuhkan tekanan minimum untuk beroperasi
secara lebih teliti. Sehingga setelah melakukan
3.HASIL PENGUJIAN berbagai percobaan didapatkan batas error atas
3.1. Hasil Pengujian Servo Pneumatik dan bawah masing-masing sebesar 3mm. Tabel
berikut menunjukkan hasil percobaan pergerakan
silinder pneumatik.
Aplikasi smart blade pada turbin angin seperti
yang ditunjukkan pada gambar 5 dimana (1)
adalah bagian transfer mekanik dari pergerakan Tabel 1 Data pengujian silinder tanpa pembebanan
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

blade mengalami penurunan dalam menangkap


angin.
Jarak Jarak
Error
pembacaan diminta Error (%) Dalam aplikasi yang lebih akurat maka
(mm)
(mm) (mm)
dapat menggunakan sistem actuator hybrid
pneumatik dan piezoelektrik seperti yang
12,24 10 2,24 22,4
dilakukan oleh Chiang [7] dimana menggunakan
22,59 20 2,59 12,95 silinder pneumatik yang memiliki langkah besar,
32,23 30 2,23 7,43 kecepatan tinggi dan actuator piezoelektrik yang
dapat bekerja dengan halus pada setiap
40,64 40 0,64 1,6
perpindahan posisi di setiap sumbu.

31,01 30 1,01 3,37 3.2. Hasil Pengujian Keseluruhan Sistem


20,89 20 0,89 4,45
 Pengujian tanpa Pitching
11,04 10 1,04 10,4
Pada pengujian ini baling-baling berputar
dengan menggunakan angin yang bersumber dari
35,2 35 0,2 0,57 kipas angin. Pengujian dilakukan dengan memakai
20,56 20 0,56 2,8 sumber angin dari fan yang memiliki rentang
41,09 45 3,91 8,69 kecepatan angin yang tidak terlampau besar yaitu
hanya dari 2.6 m/s – 4 m/s
3 3,12 0,12 3,85
Tabel 2 Pengukuran umum kecepatan sumber angin

Pengujian Jarak Servo Pneumatik Kecepatan


Kecepatan
Klasifikasi Tingkat rata-rata
50 (rpm)
(m/s)
40 1 722 2,648
UMUM 2 846 2,924
Jarak (mm)

30
3 981 3,904
20 Setelah didapatkan kecepatan rata-rata pada
sumber angin maka dilakukan pengujian
10
perputaran baling-baling. Pengujian dilakukan
0 dengan angin bebas dari sumber angin tanpa
0 5 10 15menggunakan lorong angin. pengujian perputaran
baling-baling tanpa pitching dilakukan dengan cara
Percobaan ke- memberikan sumber angin pada turbin tanpa
Jarak Pembacaan Jarak Diminta
melakukan pitching. Pengujian kecepatan turbin
angin tersaji pada tabel berikut.
Gambar 6. Grafik hasil uji motor stepper tanpa
pembebanan Tabel 3 Pengukuran kecepatan turbin angin tanpa
pitching
Dapat dilihat dari table 1 pada uji jarak yang
pendek akan mendapatkan nilai eror yang lebih
besar dibandingkan dengan pembacaan jarak Kecepatan
Klasifikasi Tingkat
yang lebih panjang. Hal ini seperti yang sudah (rpm)
diperkirakan oleh Saravanakumar [6] dimana
sistem kontrol dengan menggunakan pneumatik Pengukuran 1 0
akan menghadapi hal-hal ketidakakurasian tachomode 2 19
dikarenakan karakteristik non linier dari sistem contact
3 32
penumatik akibat pengaruh dari gaya gesekan
udara, sifat termodinamika dari udara yang Hasil dari pengujian didapatkan bahwa pada
bertekanan dan ketidaklinieran dari katup. Namun kecepatan 1 turbin angin tidak berputar sama
untuk aplikasi smart blade dimana tidak sekali meskipun posisi sumber angin berada pada
memerlukan perpindahan posisi yang sangat posisi yang berbeda. Sedangkan untuk kecepatan
akurat, maka nilai eror seperti yang ditunjukkan 2 dan 3 turbin mulai berputar meskipun kecepatan
masih memadai. Karena yang diperlukan pada putar turbin sangat jauh berbeda dengan
smart blade adalah perpindahan posisi sehingga
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2018
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2018

kecepatan putarsumber angin. hal ini dapat terjadi 4. Kecepatan putar turbin angin tanpa
karena beberapa faktor yaitu; melakukan pitching (kecepatan angina di
• Baling-baling turbin angin yang terbuat dari kayu bawah set point) dapat mencapai 40 rpm.
balsa sehingga daya angkat tidak cukup kuat Sedangkan kecepatan putar turbin angin
untuk memutarkan turbin angin, setelah pitching (kecepatan angina di atas
• Konstruksi mekanik tidak terlalu ringan untuk set point) dapat mencapai 0 rpm.
berputar sehingga menyebabkan turbin angin sulit
melakukan putaran. 5. SARAN
Dalam pengembangan penelitian pitch kontrol
 Pengujian dengan Pitching prototipe turbin angin berbasis servo pneumatik
Karena turbin berputar dalam keadaan maksimal masih kurang pada sistem kontrol aliran udara
dapat mencapai kecepatan putar 40 rpm. pneumatik. Kontrol aliran udara adalah salah satu
Sehingga nilai 40 rpm pada program digunakan komponen utama servo pneumatik sehingga jika
sebagai nilai cut out turbin angin untuk melakukan belum ada sistem kontrol aliran udara maka rotor
pitching. Sedangkan setelah melakukan pitching akan mengalami kesulitan untuk kembali berputar
atau pengereman maka kecepatan putar turbin setelah proses pitching. Rotor dapat kembali
angin dapat mencapai 0 rpm. Hal ini karena saat berputar dengan pengaturan secara manual yaitu
pengereman kecepatan angin yang diterima oleh kontrol aliran udara diputar dengan tangan agar
baling-baling tidak dirubah menjadi gerak angkat aliran udara cukup untuk mendorong silinder
(lift). mundur agar rotor kembali berputar

Tabel 4 Pengujian Keseluruhan Sistem


6. Daftar Pustaka
Posisi Posisi Pada teks, dafar pustaka harus disitasi dengan
Kecepatan Kecepatan
Silinder Silinder menuliskan no urut daftar pustaka
Setelah Sebelum
Sebelum Setelah
Pitching Pitching [1] Bryce B.Aquino,”New Generator Control
Pitching Pitching
0 rpm 40 rpm 3.12 mm 8 mm Algorithms for Smart Bladed Wind Turbines to
Improve Power Capture in Below Rated
Pada sistem ini hanya dapat dilakukan Conditions,” Master Theses, University of
pengujian sistem kes,eluruhan saat posisi no Massachusetts Amherst, pp 6, September
pitching dan posisi full pitching. Hal ini 2014
dikarenakan keterbatasan sistem mekanik yang [2] Bossanyi, E, “Individual blade pitch control for
hanya mampu memberikan pannjang gerakan load reduction” Wind energy, 6(2), pp.119–
silinder sebesar 8mm. 128, 2003
[3] Andersen, P.B.,”Load alleviation on wind
turbine blades using variable airfoil geometry
4. KESIMPULAN (2D and 3D study)”, Technical University of
Denmark, 2005
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat [4] AR.Jhe.PhD,”Wind Turbine Technology”, pp 96,
disimpulkan beberapa hal mengenai rancang 2011
bangun pitch kontrol pada prototipe turbin angin [5] Sandra Eriksson, Hans Bernhoff, Mats Leijon,”
berbasis servo pneumatik, seperti : Evaluation of different turbine concepts for
1. Kendali pitch pada turbin angin dengan wind power, Renewable and Sustainable
menggunakan servopneumatik dapat Energy Reviews, Vol.12 1419–1434, 2008
membatasi kecepatan putar turbin angin [6] D.Saravanakumar ,B.Mohan, T.
2. Servo pneumatik meski terkendala Muthuramalingam, A review on recent
karakteristik nonlinier dari angin sehingga research trends in servo, pneumatic
akurasinya dan presisinya yang rendah, positioning systems, Precision Enginering (49)
namun masih memadai pada aplikasi pp 481-492, 2017
kontrol pitch pada turbin angin [7] Chiang MH.,”Development of X-Y
3. Servo pneumatik yang diterapkan pada servopneumatic-piezoelectric hybrid actuator
sistem hanya mampu bergerak sepanjang for position control with high response,large
8mm stroke and nanometer accuracy,”Sensors
Vol.10(4) pp 2675–93, 2010

Anda mungkin juga menyukai