Anda di halaman 1dari 10

MENGUKUR TEKANAN UDARA PADA BAN SECARA OTOMATIS DENGAN KECEPATAN

ANEMOMETER

Muhammad iqbal pasaribu1, gustama putra2, fikri arif anugerah3 junaidi4

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

muhammadiqbalbmx@gmail.com, Alhadiputragustama@gmail.com, Fikriarif290@gmail.com


,junaidi.unhar@harapan.ac.id

Abstrak

Jurnal ini membahas rancang bangun alat pengisian udara ban kendaraan secara otomatis berbasis
Mikrokontroler Atmega8535. Sistem ini menggunakan kontrol on/off dengan variabel yang dikontrol adalah
tekanan udara pada ban kendaraan. Pada saat pengisian, mikrokontroler akan mengendalikan valve pengisian
dan pembuangan udara pada alat pengisian udara ban berdasarkan kondisi tekanan udara aktual pada ban yang
diumpanbalikkan ke mikrokontroler melalui sensor tekanan PSAN-1CV agar sesuai dengan tekanan udara yang
diinginkan. Sistem yang dirancang dapat mengukur tekanan udara maksimum pada ban sampai 60 psi dan dapat
memeriksa adanya kebocoran pada ban. Dari hasil pengujian, alat ini dapat mengukur tekanan udara pada ban
dengan baik sesuai rancangan, dengan nilai rata-rata kesalahan pengukuran sebesar 1,89%. penelitian initelah
dilakukan pembuatan alat pengukur kecepatan angin berbasis mikrokontroler ATMega328P. Alat ini dirancang
agar dapat merekam data kecepatan angin secara real time dan hasilnya disimpan pada kartu memori. Sistem
dibuat menggunakan modul board Arduino Uno R3, optocoupler, modul Real Time Clock (RTC), Secure
Digital Card (SD Card), dan Liquid Crystal Display (LCD). Sensor kecepatan angin dibangun dari baling-
baling tipe 3cup dan piringan bercelah dengan 100 celah. Pengujian dilakukan dengan membandingkannya
dengan alat standar yaitu AWS (Automatic Weather Station) milik Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer
Pontianak – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat
dapat mengukur kecepatan angin secara real time setiap 1 menitdengan error rata-rata sebesar 3,6%. Karena
mahalnya peralatan yang biasa digunakan, masyarakat tidak dapat memiliki alat tersebut. Padahal,
pengetahuan tentang kondisi lingkungan sekitar sangatlah penting. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan kondisi lingkungan berdasarkan pengukuran kecepatan angin dengan Anemometer
sederhana. Dari hasil pengukuran kecepatan angin tersebut dapat diketahui kondisi lingkungan. Dari data
percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin dekat Anemometer dengan sumber angin dan semakin tidak
beraturan baling-baling maka semakin besar kecepatannya, semakin banyak jumlah baling-baling Anemometer
menghasilkan kecepatan yang sama pada jarak yang sama.

KATA KUNCI :kecepatan angin, anemometer, pengisian udara, ban

1. PENDAHULUAN

Kondisi ban kendaraan yang prima dengan tekanan udara yang tepat sesuai dengan spesifikasi merupakan
syarat kenyamanan dalam berkendara. Salah satu masalah yang sering dialami oleh pengguna kendaraan adalah
berkurang atau berlebihnya tekanan udara pada ban yang mengakibatkan kenyamanan berkendara menjadi
berkurang dan dalam jangka panjang akan dapat memperpendek umur pakai ban. Ketika mengalami hal ini,
pengguna kendaraan akan melakukan penambahan atau pengurangan tekanan udara pada ban kendaraan di
tempat pengisian udara ban yang banyak dijumpai di pinggir jalan. Namun seringkali hasil penambahan atau
pengurangan tekanan udara ban ini tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini karena pada umumnya
pengisian udara pada ban kendaraan masih menggunakan cara manual, dimana ban diisi dengan udara
menggunakan kompresor tanpa mengetahui berapa tekanan udara pada ban yang diinginkan, kemudian tekanan
udara pada ban dikurangi sesuai dengan yang diinginkan dengan bantuan alat ukur tekananyang bekerja secara
analog. Bagian mekanik sistem alat kecepatan angin menggunakan baling-baling 3 cup berbentuk setengah bola
dengan jari-jari 5 cm dan panjang lengan 13 cm. Setelah itu, balingbalindihubungkan dengan poros yang diberi
piringan bercelah 100 dan pada bagian ujung lingkaran piringan diletakkan optocoupler yang nantinya berguna
sebagai sensor untuk membaca banyaknya jumlah cahaya masuk.Proses cara kerja alat untuk mendapatkan nilai
kecepatan angin dimulai dari angin yang datang mengenai cup dari baling-baling akan berputar, begitu juga
dengan piringan bercelah yang menjadi penerus dan penghalang cahaya yang masuk ke dalam sensor.
Banyaknya cahaya yang masuk merupakan nilai counter yang akan diproses pemograman Arduino menjadi nilai
kecepatan angin. Tanpa adanya ilmu, hidup seseorang tidak akan terarah dengan baik. Begitu juga dengan alam
ini, tanpa adanya ilmu yang mempelajari tentang alam maka manusia tidak akan bisa menjaga alam dengan
benar, mengelola alam dengan tanpa merusaknya, serta menyelaraskan alam dengan manusia itu sendiri. Sains
fisika merupakan ilmu pengetahuan yang langsung berkaitan dengan fenomena alam sehingga mudah untuk
dipahami dalam pembelajaran [1][2]. Tetapi, kebanyakan peserta didik masih menganggap fisika itu pelajaran
yang sulit dan kurang menarik. Kesan sulit tersebut dikarenakan fisika identik dengan adanya rumus-rumus
yang rumit, sedangkan kesan kurang menariknya karena sering dikaitkan dengan masalah metode dan media
pembelajarannya yang cenderung monoton dan kurang bervariasi. Persoalan tersebut bisa berimplikasi pada
kurangnya semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran fisika sehingga peserta didik
cenderung pasif dan kurang kreatif bahkan akan berpengaruh pada prest Mengetahui kondisi lingkungan sekitar
kita sangatlah penting. Kondisi lingkungan yang ada disekitar kita dipengaruhi oleh pergerakan udara. Udara
yang bergerak (angin) dengan kecepatan tertentu dapat diketahui besarnya dengan alat pengukur kecepatan
angin yaitu Anemometer. Anemometer yang digunakan pada stasiun pengamatan cuaca adalah Anemometer
jenis cup counter yang menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Karena mahalnya peralatan yang
biasa digunakan, sehingga membuatmasyarakat kebanyakan tidak dapat memiliki alat tersebut [3][4].
Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip kerja dari alat pengukur kecepatan angin yang biasa digunakan, cukup
sederhana yaitu cup yang berjumlah tiga buah berputar pada suatu tiang yang dihubungkan dengan counter.
Dengan mengetahui prinsip yang sederhana tersebut kita dapat mengembangkan alat ini, yaitu dengan
merancang alat pengukur kecepatan angin dari bahan-bahan yang mudah didapat Pembuatan alat anemometer
sederhana ini, diharapkan mampu menghubungkan konsep fisika dengan aplikasinya dalam penngembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat. Anemometer dalam percobaan ini menghubungkan konsep
kecepatan gerak angin dengan kondisi cuaca. pat. asi belajar mereka sendiri. Berdasarkan anemometer
sederhana yang dibuat dalam penelitian ini, maka akan diuji beberapa hal sebagai tujuan dalam penelitian ini
yaitu:(1) untuk mengetahui besar kecepatanangin yang dihasilkan oleh masing-masing jarak Anemometer
dengan kipas angin, jumlah baling-baling Anemometer dan bentuk balingbaling Anemometer. (2) untuk
mengetahui kondisi lingkungan berdasarkan pengukuran kecepatan angin [5][6].

2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Tekanan
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu. Tekanan (P) adalah
besaran fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A) dan dirumuskan sebagai berikut[7][8] :
dimana : P = tekanan, dalam Pa (Pascal)F = gaya, dalam N (newton)A = luas permukaan yang memperoleh
tekanan, dalam m2 (meter persegi). Klasifikasi tekanan menurut tingkat peng- ukurannya seperti ditunjukkan
pada Gambar 1, adalah:
1. Tekanan Absolut, adalah tekanan mutlak pada suatu zat.
2. Tekanan Vakum, menunjukkan seberapa lebih tekanan atmosfer dari tekanan mutlak.
3. Tekanan Differensial, sama seperti tekanan gauge tetapi tidak dimulai dari tekanan atmosfer, melainkan di
atas tekanan atmosfer.
4. Tekanan Compound, yaitu tekanan diantara tekanan atmosfer.
Gambar 1. Klasifikasi tekanan menurut tingkat pengukurannya
Dalam sistem satuan Internasional, satuan tekanan adalah Pa (pascal)[9]. Tetapi satuan tekanan ban yang umum
digunakan dalam praktek adalah Psi. Satuan-satuan tekanan dan konversinya seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

2.2 Tekanan Ban


Tekanan ban adalah besarnya tekanan angin yang dikompres ke dalam ban. Ban merupakan bagian penting
bagi kendaraan. Ketidak-sesuaian tekanan ban bisa berakibat fatal. Gambar 2 memperlihatkan beberapa kondisi
tekanan ban.

(a) (b) (c)


Gambar 2. Ban dalam berbagai kondisi tekanan Keterangan gambar:
(a) menunjukkan suatu ban dengan kondisi tekanan ban yang kurang.
(b) menunjukkan suatu ban dengan kondisi tekanan ban tinggi.
(c) menunjukkan suatu ban dengan kondisi tekanan ban standart.
Setiap produsen kendaraan baik sepeda motor, mobil, bus, dan lain sebagainya pasti mempunyai rekomendasi
tekanan ban yang standar. Tabel 2 menunjukkan beberapa standar tekanan ban untuk berbagai macam jenis
kendaraan[10][11].

2.3 deskripsi data


Berdasarkan deskripsi data pada tabel 4, semakin tidak beraturan bentuk baling-baling Anemometer
semakin besar kecepatan anginnya. Berdasarkan data kecepatan angin tersebut dapat diketahui bahwa Jika kipas
angin dihidupkan dengan kecepatan sedang selama 1 menit maka : pada saat jarak Anemometer dari kipas angin
0,50 m besar kecepatan angin yang terbaca pada Aplikasi Zephyrus Wind Meter HP Android adalah 16 m/s.
Kecepatan angin sebesar 16 m/s menunjukkan kondisi lingkungan pohon-pohon bergerak.Pada saat jarak
Anemometer dari kipas angin 0,75 mbesar kecepatan angin yang terbaca pada Aplikasi Zephyrus Wind Meter
HP Android adalah 16 m/s. Kecepatan angin sebesar 16 m/s menunjukkan kondisi lingkungan pohon-pohon
bergerak.Pada saat jarak Anemometer dari kipas angin 1,00 m besar kecepatan angin yang terbaca pada Aplikasi
Zephyrus Wind Meter HP Android adalah 14 m/s. Kecepatan angin sebesar 14 m/s menunjukkan kondisi
lingkungan ranting besar bergerak. Padasaat jarak Anemometer dari kipas angin 0,50 mbesar kecepatan angin
yang terbaca pada analog meter adalah 88,33 km/j. Kecepatan angin sebesar 88,33 km/j menunjukkan kondisi
lingkungan pohon-pohon tumbang dan bangunan roboh.Pada saat jarak Anemometer dari kipas angin 0,75
mbesar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 65,00 km/j. Kecepatan angin sebesar 65,00 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan rantingranting patah.Pada saat jarak Anemometer dari kipas angin 1,00 m
besar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 48,33 km/j. Kecepatan angin sebesar 48,33 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak. Jika kipas angin dihidupkan dengan kecepatan sedang
selama 1 menit dan pada jarak 1 m daari Anemometer maka : pada saat jumlah baling-baling Anemometer 3,
besar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 50,00 km/j. Kecepatan angin sebesar 50,00 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak.Pada saat jumlah balingbaling Anemometer 5, besar
kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 50,00 km/j. Kecepatan angin sebesar 50,00 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak.Pada saat jumlah baling-baling Anemometer 7, besar
kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 50,00 km/j. Kecepatan angin sebesar 50,00 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak.Pada saat bentuk baling-baling Anemometer tabung,
besar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 46,67 km/j. Kecepatan angin sebesar 46,67 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak.Pada saat bentuk baling-baling Anemometer kerucut,
besar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 50,00 km/j. Kecepatan angin sebesar 50,00 km/j
menunjukkan kondisi lingkungan ranting besar bergerak.Pada saat bentuk baling-baling Anemometer tidak
beraturan, besar kecepatan angin yang terbaca pada analog meter adalah 56,67 km/j. Kecepatan angin sebesar
56,67 km/j menunjukkan kondisi lingkungan pohon-pohon bergerak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketika jarak Anemometer dari kipas angin semakin jauh maka kecepatan anginnya semakin kecil, semakin
banyak baling-baling Anemometer tetap menghasilkan kecepatan angin yang sama pada titik tinjauan yang
sama, semakin tidak beraturan baling-baling Anemometer maka semakin besar kecepatan anginnya. Hal ini
membuktikan bahwa jarak dan bentuk baling-baling Anemometer mempangaruhi penentuan cuaca berdasarkan
kecepatan angin, sedangkan jumlah balingbaling tidak mempengaruhi. Pada percobaan pengukuran kecepatan
angin dengan variasi jarak Anemometer dari kipas angin diperoleh kesalahan mutlak (ΔV) 1,667 Km/j dan
kesalahan relatif (KR) 3,50 % pada jarak 0,50 m, kesalahan mutlak (ΔV) 2,887 Km/j dan kesalahan relatif (KR)
4,44 % pada jarak 0,75 m, kesalahan mutlak (ΔV) 1,667 Km/j dan kesalahan relatif (KR) 1,89 % pada jarak 1,00
m. Pada percobaan pengukuran kecepatan angin dengan variasi jumlah baling-baling Anemometer diperoleh
kesalahan mutlak (ΔV) 0 Km/j dan kesalahan relatif (KR) 0 % pada jumlah baling-baling 3, kesalahan mutlak
(ΔV) 0 Km/j dan kesalahan relatif (KR) 0 % pada jumlah baling-baling 5, kesalahan mutlak (ΔV) 0 Km/j dan
kesalahan relatif (KR) 0 % pada jumlah baling-baling 7. Pada percobaan pengukuran kecepatan angin dengan
variasi bentuk baling-baling Anemometer diperoleh kesalahan mutlak (ΔV) 1,667 Km/j dan kesalahan relatif
(KR) 3,57 % pada bentuk baling-baling tabung, kesalahan mutlak (ΔV) 0 Km/j dan kesalahan relatif (KR) 0 %
pada bentuk baling-baling kerucut, kesalahan mutlak (ΔV) 2,108 Km/j dan kesalahan relatif (KR) 3,72 % pada
bentuk baling-baling tidak beraturan. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa data hasil percobaan valid karena
kesalahan relatifnya (KR) kurang dari 10%. Kevalidan data dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya
ketelitian dalam membaca alat ukur, alat yang kurang akurat, dan lain sebagainya[12][13].
1. Sebaiknya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran fisika yang berhubungan dengan konsep dasar fisika,
dijelaskan dengan menggunakan alat peraga agar siswa lebih cepat memahami konsep dasar yang ingin
disampaikan.
2. Sebelum melaksanakan percobaan dengan menggunakan alat peraga maka perlu dipahami terlebih dahulu
cara kerja dan kevalidan dari alat yang digunakan.
3. Pada eksperimen yang telah dilakukan hanya meninjau kecepatan angin sebagai penentu kondisi lingkungan.
Akan lebih baik lagi jika dapat menentuan cuaca. Namun dalam penentuan cuaca tidak hanya didasarkan pada
pengukuran kecepatan angin, melainkan ada faktor lain, seperti suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan
tekanan udara.

2.4 Sensor Tekanan PSAN Series


Untuk mengetahui besarnya tekanan zat cair atau gas dan mengubahnya menjadi besaran listrik digunakan
sensor tekanan. Salah satu sensor tekanan yang ada dipasaran adalah PSAN Series yang diproduksi oleh
Autonics. Sensor ini memiliki bentuk yang relatif kecil, resolusi yang tinggi, dan dapat digunakan untuk
mengukur tekanan gas, air dan oli. Keluaran sensor PSAN Series berupa tegangan analog 1-5 volt. Bentuk fisik
sensor tekanan PSAN Series ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk fisik sensor tekanan PSAN series

Sensor tekanan PSAN Series tersedia berbagai macam tipe untuk memenuhi kebutuhan konsumennya sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Pada sensor tekanan PSAN Series, perubahan tekanan yang diukur
sebanding dengan tegangan keluaran (V). Gambar 4 menunjukkan grafik karakteristik input dan output PSAN
Series[14][15].
Gambar 4 Grafik hubungan input tekanan dan
tegangan keluaran sensor PSAN Series

2.5 Solenoid Valve


Selenoid valve digunakan untuk mengatur masuk dan keluarnya udara bertekanan pada ban kendaraan yang
bekerja dengan cara mengkonversi sinyal listrik atau arus listrik menjadi gerak linear mekanik. Jenis selenoid
valve yang digunakan dalam sistem pengisian udara ban ini adalah selenoid valve pneumatic seri SL-2V025-08
seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk fisik selenoid valve 2V025-08


Solenoid valve pneumatic adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai kumparan sebagai
penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan plunger yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC.
Solenoid valve pneumatic atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran (outlet), lubang masukan
(inlet) dan lubang exhaust[16]. Lubang masukan berfungsi sebagai terminal atau tempat udara bertekanan
masuk atau supply (service unit), lubang keluaran berfungsi sebagai terminal atau tempat udara bertekanan
keluar yang dihubungkan ke pneumatic, sedangkan lubang exhaust berfungsi sebagai saluran untuk
mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve
pneumatic bekerja. Bagian-bagian dari selenoid valve pneumatic seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Bagian-bagian selenoid valve pneumatic


Berikut keterangan gambar Solenoid Valve Pneumatic:
1. Valve Body
2. Terminal masukan (Inlet Port)3. Terminal keluaran (Outlet Port)4. Terminal slot power suplai tegangan
5. Kumparan gulungan (koil)6. Spring
7. Plunger
8. Lubang / exhaust
Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai
penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan
magnet sehingga menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika plunger berpindah posisi maka pada
lubang keluaran dari solenoid valve pneumatic akan keluar udara bertekanan yang berasal dari suplai (service
unit), pada umumnyasolenoid valve pneumatic ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga
yang mempunyai tegangan kerja DC.

3. Prinsip Kerja Sistem Pengisian Udara Ban


pada sistem keseluruhan ini adalah untuk mengetahui kerja sistem secara keseluruhan dalam mendeteksi kondisi
tekanan ban dan melakukan pengisian atau pembuangan angin sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian
dilakukan pada beberapa ban yang memiliki tekanan yang rendah sampai yang tinggi, yaitu dari tekanan angin
ban terendah 10 psi dan tekanan ban tertinggi 40 psi. Sistem pengisian udara ban pada kendaraan ini
menggunakan sistem kendali on-off dimana sistem akan mengendalikan valve isi dan buang membuka atau
menutup. Gambar 7 menunjukkan diagram kontrol sistem secara keseluruhan.

Gambar 7. Diagram blok kontrol sistem

Langkah pertama dalam pengujian sistem adalah mengaktifkan alat, lalu mereset alat dengan menekan tombol
“*” pada keypad sehingga seven segmen akan menampilkan angka “000” seperti ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tampilan seven segmen pada alat setelah direset

Langkah selanjutnya adalah memasang selang keluaran pada pentil ban yang akan diatur tekanannya seperti
ditunjukkan pada Gambar 9. Setelah selang keluaran terpasang pada pentil ban, selanjutnya menginputkan nilai
tekanan acuan melalui keypad, lalu mengaktifkan proses pengaturan tekanan ban dengan menekan tombol “#”
pada keypad. Sistem secara otomatis akan bekerja menyesuaikan tekanan udara pada ban dengan nilai tekanan
acuan yang diberikan dengan mengisi atau membuang tekanan udara tergantung dari kondisi tekanan aktual
pada ban. Jika tekanan aktual sudah sesuai dengan tekanan acuan, buzzer akan berbunyi yang menandakan
proses pengaturan tekanan ban sudah selesai[17][18].
Gambar 9. Memasang selang keluaran ke pentil ban kendaraan
4. HASIL PENGUJIAN
Pengujian sistem yang dilakukan terdiri dari dua variasi pengujian yaitu pengujian untuk pengisian tekanan
udara dan pengujian untuk pembungan tekanan udara. Pengujian penambahan tekanan udara dilakukan dengan
cara mengukur tekanan udara awal pada ban dari kondisi yang lebih kecil ke kondisi lebih besar. Sedangkan
pengujian pengurangan tekanan udara pada ban dilakukan dengan cara mengukur tekanan awal ban yang lebih
besar ke tekanan yang lebih kecil. Pengujian dilakukan pada ban dengan ukuran R13/175/70. Data hasil
pengujian penambahan tekanan udara ditunjukkan pada Tabel 6, sedangkan data hasil pengujian pengurangan
tekanan udara ditunjukkan pada Tabel 7. Dari hasil pengujian pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk menambah tekanan udara per 1 Psi pada ban berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor seperti kondisi tekanan awal ban dan tekanan udara dari kompresor sebagai sumber tekanan
udara yang akan dimasukkan ke ban melalui valve pengisian. Hubungan perubahan tekanan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk pengisian tekanan udara pada ban.
Tabel 10. Data hasil perhitungan ketelitian alat

Alat Hasil
Pengukur Akhir Kesalahan
Perbandingan Pengukuran (%)
( Psi ) ( Psi )
No P Aktual P Terukur x 100 %
1 34,5 27 1,45
2 39,6 40 1,51
3 9,8 26 2,36
4 14,4 10 2,04
5 19,5 15 4,17
6 29,4 20 2,96
7 34,6 30 2,04
8 39,3 35 0,57
9 29,3 40 1,78
10 26,3 30 2,29
11 19,9 27 2,6
12 24,6 20 0,60
13 28,8 25 0,62
14 24,8 30 4,17
15 28,4 30 0,82
16 24,3 25 2,04
17 15,1 15 2,88
18 19,5 20 0,56
19 28,5 25 2,56
20 24,5 30 2,04
21 28,5 35 1,04
22 34,4 15 1,69
Rata rata kesalahan (%) 1,89
45

40

35

30 Alat Pengukur
Perbandingan ( Psi )
25
Hasil Akhir
20 Pengukuran ( Psi )
15 Hasil Kesalahan ( % ) (
Psi )
10

0
No 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Gambar.10.Karakteristik Data hasil perhitungan ketelitian alat

40

35

30
Alat Pengukur
25 Perbandingan ( Psi )
20 Hasil Akhir Pengukuran (
Psi )
15
Hasil Kesalahan ( % ) ( Psi
10 )

0
No 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Gambar.11.Karakteristik Batang Data hasil perhitungan ketelitian alat


Tabel 11. Data hasil pengujian penambahan tekanan udara pada ban
No Tekanan awal ban Hasil pengukuran Prubahan Waktu
(Psi) akhir(Psi) Tekanan(Psi) (detik)
1 28 30 2 13
2 23 25 2 15
3 22 25 3 25
4 21 25 4 30
5 31 35 4 28
6 35 40 5 43
7 30 35 5 42
8 24 30 6 48
9 29 35 6 50
10 33 40 7 54
11 13 20 7 57
12 20 28 8 63
13 30 38 8 60
14 18 37 9 72
15 35 35 10 81
90
No
80
70
Tekanan awal ban
60 (Psi)
50
Hasil pengukuran
40
akhir(Psi)
30
Prubahan
20
Tekanan(Psi)
10
0 Waktu (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
Gambar.12.Karakteristik Data hasil Penambahan Tekanan udara Pada Ban

90
80 No
70
60 Tekanan awal ban (Psi)

50
Hasil pengukuran
40 akhir(Psi)
30
Prubahan Tekanan(Psi)
20
10 Waktu (detik)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gambar.12.Karakteristik Batang Data hasil Penambahan Tekanan udara Pada Ban

5.Kesimpulan
Dari Gambar.10 dan Gambar 11,dapat kita Analisa bahwa untuk hasil perhitungan alat perbandingan
pengukuran dengan hasil pengukuranhampir sesuai standard .Sedangkan kesalahan hanya sedikit saja.

Untuk Gambar 12 dan 13 ,dapat kita analisa bahwa waktu untuk menekan udara keban tetap stabil naik dengan
tekanan udara tetap naik walaupun sedikit lambat sedangkan hasil pengukuran dengan tekanan awal mempunyai
ksesesuaian standar.

DAFTAR PUSTAKA

[1] L. H. Sri Juminia, “MENENTUKAN KONDISI LINGKUNGAN BERDASARKAN PENGUKURAN


KECEPATAN ANGIN DENGAN ANEMOMETER SEDERHANA,” J. PPKM II, pp. 144–148, 2014.
[2] B. T. S. FAHRIZA TRI RIZKI1, ANGGRI ABDIRULLAH2, “ANALISA KEKUATAN
PEMBUBUTAN MATERIAL S45C MENGGUNAKAN PAHAT CARBIDE,” TEKNOLOGI, pp. 1–9,
2018.
[3] R. B. A. P. K. Angin and B. M. Atm. 328P, “Rancang Bangun Alat Pengukur Kecepatan Angin
Berbasis Mikrokontroler ATMega 328P,” Prism. Fis., vol. 4, no. 2, pp. 94–100, 2018.
[4] F. A. A. T. MUHAMMAD IQBAL PASARIBU1, GUSTAMA PUTRA ALHADI2 and JUNAIDI4,
“MERANCANG ROBOT PENGANGKAT BARANG MENGGUNAKAN ALIRAN KONDENSOR
TIPE SHEEL DAN TUBE YANG DI OPTIMALKAN ENERGI MATERIAL TWISTLOCK,”
TEKNOLOGI, pp. 1–11, 2018.
[5] A. M. A.Suharmanto, “No TitlePERANCANGAN SISTEM PENGISIAN UDARA BAN
KENDARAAN SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER,” Peranc. Sist. Pengisian
Udar. Ban Kendaraan Secara Otomatis Berbas. Mikrokontroler, vol. 1, no. 4, pp. 72–80, 2013.
[6] A. S. S. J. M.Bayu Prakoso1, Doli Tryono Siregar2, “PENGARUH VARIASI KECEPATAN
PUTARAN MESIN BUBUT TERHADAP KEAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS TIPE
BOHLER MO 1/2X4,” TEKNOLOGI, pp. 1–6, 2018.
[7] J. Junaidi, METROLOGI DAN PENGUKURAN, 1st ed. MEDAN: P4M UNHAR, 2018.
[8] J. Taufik Sutoyo1, M.Yunus Azmi2 , Eli Hamonangan.G3, “PENGARUH GAYA POTONG PADA
PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP MATERIAL DENGAN PAHAT CARBIDE,” TEKNOLOGI,
pp. 1–13, 2018.
[9] S. Hestukoro, I. Roza, and D. Morfi Nst, “Process Analysis of High Speed Steel Cutting Calculation
(HSS) with S45 C Material on Universal Machine Tool,” Int. J. Innov. Sci. Res. Technol., vol. 3, no. 1,
2018.
[10] T. Siagian, I. Siregar, H. Lubis, T. Tinggi, U. A. Hamzah, and H. Process, “Characteristics of St . 37
Steel Materials with Temperature and Time on Heat Treatment Test using Furnace,” Int. J. Innov. Sci.
Res. Technol. ( IJISRT ), vol. 3, no. 4, pp. 49–53, 2018.
[11] D. J. M.RINOZA1, M AGUNG PRATAMA2, “STUDI KASUS AUDIT MAINTENANCE MESIN
PEMINDAH BAHAN MATERIAL HANDLING DIPABRIK TEKSTIL,” TEKNOLOGI, pp. 1–5,
2018.
[12] Junaidi, “Tu 3a Cnc Milling Machine Implementation Using Keller Q Cnc Software Based on Auto Cad
2000 Software,” in Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM ) HARAPAN,
2017, pp. 349–356.
[13] J. Mhd furqan maulana1 , ichwanul siddiq2, Anan nawawi siregar3, “ANALISA SISTEM KOPLING
PADA MOBIL TOYOTA AVANZA,” TEKNOLOGI, pp. 1–7, 2018.
[14] JUNAIDI, “The Effect of Exposuretime on the Crack Length of Austenite AISI 304,316 and 316L
Stainless Steel Material with Failure Stress Corrosion Cracking,” in WAHANA INOVASI Jurnal
Penelitian dan Pengabdian, 2013, pp. 291–298.
[15] J. Ahmad Nur Ikshan1, Ismi Juwanisa2, Taufik Sutoyo3, “ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN
HEATTREAMENT PADA PENGECORAN BAJA ST 37 DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR DAN
OLI SAE 40,” TEKNOLOGI, pp. 1–9, 2018.
[16] A. Y. junaidi, dharmawati, “Analysis Cutting Tool High Speed Steel ( HSS ) With Cast Iron Material
From Universal Lathe,” in IRSTC 2015 PROCEDING, 2015, pp. 464–477.
[17] JUNAIDI, “Analyze cutting tools (HSS) with cast iron material on Universal Lathes,” in Makalah
PEKAN ILMIAH Periode XXII-TA.2014/2015 FAKULTAS TEKNIK UISU, 2015, pp. 51–58.
[18] J. Muhammad Rinoza1, M.Agung Pratama , Dermawansyah3, “KALIBRASI ALAT UKUR DIAL
INDIKATOR BERDASARKAN STANDAR JIS B.7507 DI LABORATORIUM PROSES PRODUKSI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN,” TEKNOLOGI, pp. 1–
12, 2018.

Anda mungkin juga menyukai