Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Cerita ini diangkat dari kisah kehidupan gadis kecil yang cantik berusia 8 tahun bernama So-
Won. So-Won hidup bersama orang tuanya,ayahnya (Dong-Hoon) bekerja di sebuah pabrik
dan ibunya (Mi-Hee) sebagai penjaga toko " HOPE'S VARIETY" milik mereka sendiri.
Kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga So-Won kurang
mendapatkan perhatian.
Pada suatu pagi, di saat So-Won hendak berangkat ke sekoloah hujan turun. Ibunya (Mi-Hee)
menawarkan diri untuk mengantarkannya ke sekolah namun So-Won menolak tawaran
ibunya dia lebih memilih berangkat sendiri. Mendengar sang anak tidak ingin diantar Mi-Hee
berpesan agar So-Won berangkat sekolah melewati jalan besar bukan gang sempit. Sesaat
akan sampai ke sekolah So-Won di hadang oleh pria paruh baya (Choi) yang saat itu dalam
kondisi mabuk. Pria tersebut meminta So-Won agar menumpanginya payung, awalnya So-
Won berniat untuk kabur dari pria itu. Namun, melihat pria itu basah kuyup So-Won akhirnya
menumpanginya payung. Choi membawa So-Won ke lokasi konstruksi yang jaraknya hanya
beberapa meter dari sekolah, di sana So-Won diperkosa dan dianiaya secara brutal.

Tidak lama kemudian Dong-Hoon di telpon dari pihak polisi yang memberitahukan bahwa
anaknya berada di RS CHANG-WON karena ditemukan dalam keadaan luka parah.
Sesampainya Dong-Hoon dan Mi-Hee di rumah sakit mereka mendengar keterangan dari
dokter bahwa anaknya mendapat luka sayat dan luka sobek di anus serta harus di lakukan
operasi pengangkatan usus besar dan kecil agar So-Won dapat terselamatkan. Kini So-Won
harus hidup dengan anus buatan yang membuatnya mengalami cacat permanen.
Dong-Hoon menemui Ins.Seo dengan kemarahan karena pelakunya belum di tangkap.
Ins.Seo kemudian memarahi polisi wanita yang memberitahu informasi tersebut kepada
Dong-Hoon. Dong-Hoon benar-benar emosi karena pelaku belum di tangkap juga padahal
polisi sudah menemukan sidik jarinya di TKP. Ins.Seo menjelaskan kalau pelaku tidak bisa di
tangkap hanya karena sidik jari saja. Mereka membutuhkan CCTV dan DNA serta kesaksian
dari koraban sendiri.
Semenjak mengalami kejadian buruk tersebut So-Won juga mengalami luka psikis. So-Won
yang tadinya merupakan anak yang ceria sekarang berubah menjadi sangat tertutup dan tidak
ingin berbicara kepada siapapun. Bahkan gadis kecil ini malu kepada ayahnya sendiri, So-
Won lebih memilih menutupi dirinya dengan selimut dari pada melihat wajah sang ayah.
Dong-Hoon akhirnya meminta bantuan seorang Psikiater bernama Jung-Sook dari
"SUNFLOWER CENTER" untuk mengatasi trauma sang putri. Jung-Sook sudah banyak
menangani kasus anak-anak korban kekerasan seksual. Dan bahkan anaknya sendiri yang
berumur 16 tahun termasuk kedalam korban pelecehan seksual. Sedikit demi sedikit So-Won
mulai menunjukkan perkembangan mental yang mulai membaik. Dia menceritakan
kekhawatiran-nya mengenai orang tuanya yang tidak bisa bekerja dan menghabiskan banyak
uang untuknya. Tidak mudah bagi orang tua So-Won untuk menyembuhkan bekas luka sang
anak kejadian itu mungkin akan terus membekas disepanjang hidupnya.
Dong-Hoon mempunyai ide bagaimana cara agar dia bisa bertemu dengan gadis kecilnya itu,
tanpa harus gadis kecilnya itu merasa takut atau malu dengannya. Dengan cara menyewa
kostum KOKOMONG karakter kartun yang disukai So-Won. Tetapi harganya sangat mahal.
Karena kasihan pada Dong Hoon, pria tersebut memberikan pakaian badut Kokomong yang
sudah tidak mereka gunakan lagi dan boleh mengembalikannya kapan saja. Kokomong
datang ke kamar So-Won dia menghampiri So-Won dengan malu. Mereka saling
berkomunikasi dengan papan tulis kecil yang ada ditangan So-Won menulis. So-Won bahkan
merentangkan tangannya dan memeluk Kokomong.
Setelah pulang dari rumah sakit So-Won kemudian mulai masuk sekolah kembali. Kokomong
selalu setia mengawasi So-Won bahkan kokomong datang ke sekolah dan menemui wali
kelas So-Won dia meminta agar So-Won dihindarkan untuk kontak langsung dengan guru
lelaki. Di saat jam istirahat bekerja Dong-Hoon selalu pergi menuju sekolah So-Won untuk
memberi semangat kepada So-Won. Itulah bentuk pengorbanan Dong-Hoon kepada sang
putri tercinta. So-Won mengetahui bahwa orang yang berada didalam KOKOMONG karakter
kartun yang disenangi adalah ayahnya. Kemudian dia mengajak sang ayah untuk pulang
kerumah.
Hari demi mulai berlalu, Dong-Hoon mendapat surat dari pengadilan yang meminta So-Won
untuk datang ke persidangan dan bersaksi. Kemudian Dong-Hoon pergi menemui Ins.Seo dan
menolak hal tersebut. Ins.Seo menjelaskan kalau wawancara So-Won yang di rekam,
dianggap tidak sah oleh hakim. Oleh karena itu, So-Won harus menghadiri persidangan.
Akhirnya, So-Won datang ke persidangan So-Won siap menjadi saksi. Dia masuk ke ruangan
sidang dengan di temani oleh Mi-Hee dan Jung-Sook. So-Won bersaksi dengan di berikan
sekat antara dirinya dengan pengunjung sidang sehingga tidak ada yang melihatnya kecuali
para hakim, jaksa, pengacara dan pembela.
Keputusan pengadilan di bacakan.
Kasus penyerangan seksual 2012-211. Aku sudah mengambil keputusan vonisnya.
Terdakwa Choi Jong Sool, secara brutal menyerang anak perempuan berusia 9 tahun.
Kemudian, mencekiknya dan memperkosanya. Serangan itu sangat kejam bahkan sampai
menyiksa. Akibat dari perbuatan terdakwa, korbal telah terluka dan mengalami cacat
permanen. Dia harus bertanggungjawab pada korban dan keluarganya. Selain itu juga
memiliki catatan kekerasan, pada masa lalu. Dia harus dihukum berat.
Semua pengunjung berseru setuju,
Namun, terdakwa mabuk dan tidak sadar juga telah dibuktikan. Berdasarkan UU Kasus
Khusus tentang kekerasan seksual, Pasal 9 Pasal 7 dan Pasal 14, dia dihukum 12 tahun.
Informasi terdakwa akan diumumkan selama 5 tahun. Dan permintaan korban mengenai
kompensasi di tolak.

Semua berseru tidak setuju Dong-Hoon tertunduk lemas dan penuh amarah Mi-Hee juga
demikian. Ayah Young Seok (teman So-Won) berseru marah karena hukuman korban
diperingan hanya karena alasan mabuk. Dong-Hoon merasa ada yang tidak beres kemudian
dia bangkit dari kursi dan meraih papan nama Jaksa. Dong-Hoon berjalan mendekati pelaku
dan hendak melayangkan papan nama tersebut ke kepala pelaku. So-Won yang melihat sang
ayah langsung berlari dan memeluk kaki ayahnya dan mengajak pulang.
"Orang kesepian adalah orang paling baik, orang yang bersedih senyumnya paling cerah.
Karena mereka tidak mau orang lain merasakan sakit yang sama" -Anonim-
Film ini bertema tentang pengorbanan seorang ayah yang menuntut keadilan untuk putri
tercinta dan berharap agar pelaku bisa di hukum seberat-beratnya akan tetapi keadilan tidak
mudah ia dapatkan karena untuk mendapatkan keadilan itu sendiri, dirinya harus merelakan
So-Won untuk mengingat kembali peristiwa yang telah membuatnya terluka secara psikis.
Dimanakah letak keadilan untuk anaknya? Hukum yang dijatuhkan pengadilan sangatlah
tidak sebanding dengan apa yang dialami So-Won. Pelaku hanya dijatuhkan hukuman 12
tahun penjara hanya karena pada saat itu pelaku dalam keadaan mabuk dan tidak sadar. Sang
ayah bertekad jika keluarganya tidak mendapatkan keadilan secara hukum dialah yang akan
membunuh orang yang telah menganiaya anaknnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ( PTSD )


Untuk mendiagnosis PTSD, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang
dialami. Pasien juga akan diminta untuk menjalani pemeriksaan psikologis.
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan kriteria pedoman diagnosis dan
statistik gangguan kejiwaan, seperti Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) atau Diagnostic and Statical Manual of Mental
Disorder (DSM-5).
Setelah hasil diagnosis menyatakan bahwa pasien menderita PTSD, maka
dokter perlu melakukan penilaian mengenai tingkat keparahan gangguan ini.
Tiap penderita umumnya akan menjalani langkah penanganan yang berbeda-
beda sesuai tingkat keparahannya.
Jika gejala PTSD berlangsung kurang dari empat minggu setelah kejadian
traumatis, maka gejala tersebut tergolong ringan. Sedangkan untuk gejala
yang sudah berlangsung lebih dari empat minggu, maka gejala tersebut
dikategorikan berat. Oleh karena itu, observasi secara seksama perlu
dilakukan, untuk melihat kondisi PTSD akan bertambah buruk atau membaik.

Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan yang terjadi pada


seseorang setelah mengalami atau menyaksikan kejadian mengerikan, mengejutkan
atau berbahaya. PTSD tidak seperti ketakutan biasa yang dialami seseorang ketika
mengalami atau menyaksikan kejadian traumatis. Akan tetapi, orang yang
mengalami PTSD akan merasakan reaksi negatif yang dapat bertahan hingga 1
bulan lamanya setelah mengalami atau menyaksikan kejadian traumatis tersebut.
PTSD  termasuk kategori gangguan kecemasan yang membuat penderitanya tidak
bisa melupakan atau sebaliknya tidak mau mengingat pengalaman traumatis
tersebut, serta berpikir negatif terhadap diri sendiri dan dunia sekitarnya. Kondisi ini
umumnya ditandai dengan mimpi buruk, merasa terisolir, kesal, memiliki perasaan
bersalah, sulit berkonsentrasi, serta sulit tidur atau insomnia.
B. GEJALA PTSD

Gejala PTSD cenderung mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama dalam


hubungan dengan orang lain serta lingkungan kerja. Gejala yang muncul pada tiap
pengidap bisa berbeda-beda. Ada yang mengalaminya segera setelah kejadian dan
ada juga yang muncul setelah beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun
kemudian.
Secara umum, gejala PTSD bisa dikelompokkan ke dalam  lima jenis. Berikut ini
adalah penjelasan serta contohnya.

 Ingatan yang mengganggu, contohnya selalu mengingat detail mengerikan


dari kejadian tragis atau sering mimpi buruk  tentang kejadian tersebut.
 Kecenderungan untuk mengelak membicarakan atau memikirkan kejadian
traumatis. Kondisi ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, kegiatan, atau
oranng yang memicu ingatan untuk kejadian traumatis.
 Pola pikir yang berubah negatif. Pengidap PTSD cenderung memiliki
perasaan negatif terhadap diri sendiri atau orang lain, merasa terasing.
 Merasa putus asa dalam menghadapi masa depan, memiliki masalah ingatan,
termasuk mengingat aspek pentingdari kejadian traumatis serta kesulitan
membina hubungan yang dekat dengan orang lain.
 Perubahan emosi. Perubahan  ini ditunjukkan dengan oerbedaan reaksi
secara fisik maupun emosi, seperti sulit berkonsentrasi, merasa sangat selalu
waspada, mudah terkejut dan takut, mudah kesal atau marah, serta sulit tidur.

Gejala PTSD ini dapat terjadi pada anak-anak serta orang dewasa. Namun pada
anak-anak, terdapat beberapa indikasi khusus yang juga harus diwaspadai. Indikasi
tersebut meliputi sering melakukan reka ulang kejadian tragis melalui permainan,
mengompol, serta sangat gelisah saat berpisah dengan orang tua.
Seseorang dengan PTSD akan mengalami kemunculan gejala khas yang
berhubungan dengan kejadian traumatis. Gejala-gejala tersebut muncul setelah
mengalami kejadian traumatis.

Untuk orang dewasa, remaja, dan anak-anak di atas 6 tahun:

1. Seseorang dengan PTSD akan teringat dengan memori negatif dan


mimpi buruk tentang kejadian traumatis. Pada anak di atas 6 tahun, pola
bermain yang berulang-ulang, misalnya berulang-ulang memperagakan
adegan berkelahi, mungkin akan muncul. Pada pola bermain berulang
tersebut tema atau aspek dari kejadian traumatis akan diekspresikan oleh
anak. Mimpi buruk yang muncul pada anak juga bisa berbentuk mimpi
menyeramkan tanpa tema tertentu.
2. Seseorang dengan PTSD akan mengalami reaksi yang membuatnya
merasa atau berperilaku seolah-olah kejadian traumatis terjadi
kembali. Tingkatan paling ekstrem dari reaksi tersebut terjadi ketika
seseorang kehilangan kesadaran atas apa yang ada di sekelilingnya. Pada
anak-anak, mereka dapat memeragakan kembali hal-hal yang berhubungan
dengan kejadian tersebut ketika bermain.
3. Seseorang dengan PTSD akan merasa tidak nyaman dan mengalami
reaksi tubuh yang intens dan bertahan lama. Contohnya adalah jantung
berdebar atau berkeringat. Reaksi tersebut muncul ketika bertemu tanda
internal (contoh: ingatan) atau tanda eksternal (contoh: tempat) yang
mengingatkan atau menyerupai aspek dari kejadian traumatis.

Seseorang yang mengalami PTSD juga akan menghindari hal-hal yang


berhubungan dengan kejadian traumatis. Penghindaran tersebut muncul setelah
mengalami kejadian traumatis dan ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu:

1. Penghindaran atau berusaha untuk menghindari ingatan, pemikiran, atau


perasaan tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kejadian traumatis
tersebut.
2. Penghindaran atau berusaha untuk menghindari orang, tempat, atau
percakapan yang menimbulkan rasa tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kejadian traumatis.
Seseorang dengan PTSD mengalami perubahan negatif pada cara berpikir dan
suasana hati yang berhubungan dengan kejadian traumatis. Perubahan tersebut
bermula atau memburuk setelah mengalami kejadian traumatis.

1. Amnesia psikologis yang tidak disebabkan oleh benturan di kepala, konsumsi


alkohol, atau obat-obatan.
2. Harapan dan kepercayaan yang keliru dan berlebihan mengenai diri sendiri,
orang lain atau dunia. Contohnya merasa diri sendiri tidak berguna atau
merasa tidak ada orang lain yang peduli padanya. Orang dengan PTSD juga
dapat merasa ditinggalkan dan dijauhi orang lain.
3. Pemikiran tidak tepat tentang penyebab atau konsekuensi dari kejadian
traumatis. Pemikiran tersebut menyebabkan orang dengan PTSD
menyalahkan diri sendiri atau orang lain terkait kejadian traumatis yang
terjadi.
4. Kondisi emosional negatif yang bertahan lama (rasa takut, marah, bersalah
atau malu) dan kesulitan merasakan emosi positif dalam waktu lama.
5. Penurunan minat atau partisipasi pada kegiatan tertentu.

Seseorang dengan PTSD mengalami perubahan pada caranya bereaksi terhadap


hal-hal yang berhubungan dengan kejadian traumatis. Perubahan tersebut bermula
atau memburuk setelah mengalami kejadian traumatis, yang ditandai oleh tanda-
tanda berikut:

1. Cepat marah dan mengalami ledakan emosi, dengan sedikit atau tanpa
provokasi sama sekali. Ledakan emosi atau kemarahan tersebut
diekspresikan dengan perkataan atau perilaku agresif kepada orang lain atau
objek tertentu.
2. Gegabah atau melakukan perilaku yang merusak diri sendiri.
3. Meningkatnya sensitivitas sensor tubuh (hypervigilance) seperti mudah
terkejut, pupil membesar, atau meningkatnya detak jantung.
4. Mengalami masalah dalam berkonsentrasi dan gangguan tidur.

Gejala-gejala di atas harus dialami selama lebih dari 1 bulan untuk dapat
menegakkan diagnosis. Diagnosis harus dilakukan oleh tenaga profesional
seperti psikolog/psikiater. Gangguan yang terjadi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan atau penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sosial
atau pekerjaan. Gangguan tersebut juga tidak disebabkan oleh efek pengonsumsian
alkohol, obat-obatan, atau kondisi medis lainnya.

Untuk Anak-Anak Berusia 6 Tahun Ke Bawah:

Gejala PTSD pada anak berusia 6 tahun atau kurang pada dasarnya sama dengan
gejala orang dewasa, remaja, atau anak di atas 6 tahun. Akan tetapi terdapat
beberapa hal yang membedakan gejala tersebut, di antaranya:

1. Penyaksian atau pengetahuan mengenai kejadian traumatis yang terjadi pada


orang lain akan lebih berpengaruh jika terjadi pada orang tua atau pengasuh
utama. Misalnya menyaksikan kecelakaan pada ayah atau mengetahui ibu
mengalami kekerasan.
2. Ingatan negatif dan mimpi buruk yang muncul terkait kejadian traumatis dapat
diperagakan oleh anak saat bermain. Begitu pula dengan reaksi seolah
mengalami kejadian traumatis juga dapat diperagakan.
3. Perubahan dalam perilaku berupa kehilangan minat atau partisipasi pada
kegiatan tertentu juga terlihat dari perilaku membatasi permainan yang
dilakukan.
4. Menarik diri.
5. Jarang mengekspresikan emosi positif.
6. Gangguan yang dialami mengakibatkan terganggunya hubungan dengan
orang tua, saudara, teman sebaya, pengasuh, atau perubahan pada perilaku
di sekolah.

C. PENYEBAB ( PTSD )

Timbulnya PTSD diduga dapat dipicu oleh salah satu atau beberapa faktor di bawah
ini, di antaranya:

 Pernah mengalami peristiwa trauma lain, misalnya penyiksaan saat


masa kecil.
 Mengidap gangguan mental lain.
 Mengalami trauma jangka panjang.
 Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental lain.
 Memiliki profesi yang berpotensi menyebabkan seseorang untuk mengalami
kejadian traumatis, misalnya tentara.
 Kurang dukungan dari keluarga dan teman.

Hingga saat ini, penyebab pasti PTSD belum diketahui secara pasti. Kendati
demikian, terdapat dugaan tentang beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
gangguan stres pascatrauma ini, yaitu:

 Tingkat hormon stres yang tidak normal. Dalam keadaan bahaya, tubuh


mengeluarkan hormon stres adrenalin untuk memicu reaksi dari dalam tubuh.
Reaksi tersebut berupa melawan atau menghindar guna mengatasi bahaya
atau rasa sakit. Dalam kondisi PTSD, kadar hormon stres yang dikeluarkan
sangat tinggi meski kondisi sebenarnya tidak membahayakan. Hal tersebut
terjadi karena terpicu emosi yang dibangkitkan dari pengalaman traumatis.
 Mekanisme perlindungan diri. Dalam kondisi PTSD, ingatan traumatis
membuat kita bereaksi terlalu cepat sebagai upaya perlndungan diri. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya kembali di lain waktu.
 Anatomi otak yang tidak normal. Saat mengalami PTSD, bagian otak yang
bertanggung jawab terhadap ingatan dan emosi (hipokampus) terlihat
berukuran lebih kecil dibanding bagian otak lain. Perbedaan ini
diduga berkaitan dengan meningkatnya kegelisahan dan ketakutan. Fungsi
hipokampus yang tidak dapat berjalan semestinya membuat tingkat
kegelisahaan atau ketakutan tidak berkurang seiring waktu.

Faktor Sebelum Mengalami Trauma


Emosional:

 Pernah mengalami masalah emosional di masa kanak-kanak sebelum usia 6


tahun. Masalah emosional tersebut termasuk pernah mengalami kejadian
traumatis sebelumnya yang menimbulkan gangguan emosional.
 Pernah mengalami gangguan mental.

Lingkungan:

 Tingkat ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah atau pernah mengalami


trauma sebelumnya terutama saat kecil.
 Kesulitan yang dialami saat kecil, termasuk keluarga yang tidak berfungsi
dengan baik atau perceraian orang tua.
 Karakteristik budaya, misalnya budaya yang mengajarkan untuk menyalahkan
diri sendiri atau orang lain.
 Tingkat kecerdasan rendah.
 Status ras/etnis minoritas.
 Riwayat gangguan mental yang pernah dialami anggota keluarga.

Fisiologis dan genetis:

 Jenis kelamin, usia yang masih muda saat terpapar kejadian traumatis, dan
jenis gen tertentu.

Faktor Saat Mengalami Trauma

Lingkungan:

 Tingkat keterpaparan pada kejadian traumatis. Semakin ekstrem


keterpaparan yang dirasakan, semakin besar kemungkinan untuk mengalami
PTSD.
 Merasa hidup terancam.
 Cedera personal, misalnya patah kaki.
 Kekerasan yang dilakukan orang lain terutama yang dilakukan oleh
pengasuh, atau menyaksikan pengasuh mengalami ancaman.
 Bagi anggota militer termasuk di antaranya menjadi eksekutor, menyaksikan
kekejaman atau membunuh musuh.
 Respon yang muncul saat trauma dan tetap bertahan setelah trauma
berakhir.

Faktor Setelah Mengalami Trauma

Emosional

 Penilaian negatif yang diterima, seperti dianggap sebagai penyebab kejadian


traumatis terjadi.
 Strategi mengatasi stres (coping) yang tidak tepat, seperti menghindari hal-
hal yang berhubungan dengan kejadian traumatis.
 Pengembangan gangguan mental lainnya seperti gangguan stres akut.
Lingkungan

 Kembali terpapar secara berulang-ulang pada sesuatu yang mengingatkan


kejadian tidak menyenangkan yang pernah dialami.
 Pengalaman hidup merugikan yang terjadi setelah mengalami kejadian
traumatis.
 Kerugian finansial atau kerugian lainnya yang berkaitan dengan kejadian
traumatis yang dialami.

D. PENGOBATAN

 Terapi

1. Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT)

CBT merupakan metode terapi yang digunakan untuk mengenali pemikiran,


perasaan dan perilaku yang kurang tepat tentang suatu hal. Pengenalan tersebut
akan digunakan untuk memahami bagaimana ketiga hal tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam CBT yang berfokus pada trauma, seseorang
akan dilatih untuk mengenali pemikiran, perasaan, dan perilaku terkait trauma yang
terjadi. Sehingga orang tersebut akan dapat mengelola reaksinya terhadap trauma
tersebut dengan lebih baik.

2. Cognitive Processing Therapy (CPT)

CPT dilakukan untuk mengubah cara berpikir seseorang mengenai trauma yang
dialami. Pada CPT, seseorang akan diminta menuliskan rincian mengenai trauma
yang dialami untuk membantu mengidentifikasi pola pemikirannya. Kemudian orang
tersebut akan diarahkan untuk mengubah pola pemikiran tersebut agar dapat
memandang trauma dari sisi yang lebih positif.

3. Prolonged Exposure Therapy (PE)

Pada PE, seseorang akan diminta untuk menuliskan hal-hal apa saja yang selama
ini dihindari sejak mengalami trauma. Selanjutnya orang tersebut akan diajarkan
teknik bernapas untuk meringankan kecemasan yang hadir saat menghadapi apa
yang ia hindari selama ini. Lalu satu persatu hal-hal yang dihindari akan
dimunculkan dan orang tersebut akan dibantu menghadapi hal-hal tersebut.

4. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)

Pada EMDR, seseorang akan diminta untuk mengikuti gerakan sesuatu secara
bolak-balik dengan matanya saat membicarakan trauma yang dialami. Terapi ini
bertujuan untuk membantu seseorang fokus pada hal lain selain trauma yang
dialami. EMDR akan terus dilakukan sampai orang tersebut terbiasa membicarakan
trauma yang dialami.

5. Farmakoterapi
Terdapat beberapa obat antidepresan yang dapat dikonsumsi oleh orang dengan
PTSD untuk membantu meringankan gejala-gejalanya. Selalu konsultasikan
gangguan Anda dengan psikiater/psikolog sebelum mengonsumsi obat-obatan
tersebut.

Pada sebagian besar kasus PTSD, gejala dapat membaik setelah beberapa minggu
tanpa penanganan khusus. Tetapi, lain halnya bagi pasien dengan gejala yang
bertambah parah. Pasien-pasien tersebut membutuhkan langkah penanganan lebih
lanjut, yaitu kombinasi terapi psikologis dan pemberian obat.
Kombinasi penanganan diharapkan dapat mengatasi gejala dengan mempelajari
cara mengatasi keadaan, memperbaiki pola pikir tentang diri sendiri dan orang lain,
mengatasi masalah yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, serta cara
menghadapi gejala yang diderita atau gejala yang dapat muncul kembali.
Terapi psikologi yang diberikan meliputi:

 Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural threapy (CBT). Terapi


yang biasanya dilakukan sebanyak 8 hingga 12 sesi ini bertujuan mengatasi
masalah yang dihadapi dengan mengubah cara pikir dan bertindak.
 Terapi kelompok. Terapi ini bertujuan untuk mengatasi gejala PTSD pada
diri pasien dengan cara membicarakan pengalaman traumatis bersama
orang-orang lain dalam suatu kelompok yang memiliki pengalaman atau
masalah serupa.

Sedangkan obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter dalam kasus PSTD
meliputi:

 Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah sulit tidur dan


meningkatkan konsentrasi.  Antidepresan biasanya diberikan pada pasien
berusia 18 tahun ke atas dalam jangka waktu 12 bulan sebelum
dikurangi secara bertahap selama kira-kira 4 minggu. Contoh obat
antidepresan adalah mirtazapine, amitriptyline, dan phenelzine.
 Prazosin. Obat ini diberikan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan insomnia akibat mimpi buruk berulang.
 Antiansietas. Obat ini diberikan untuk mengurangi rasa cemas pada
penderita PTSD. Obat antiansietas biasanya hanya diberikan dalam jangka
waktu yang pendek mengingat rentan disalahgunakan. Perubahan suasana
hati akan terlihat setelah pemberian obat-obatan selama beberapa minggu.
PEMBAHASAN STRESS

A. PENGERTIAN

Menurut Richard (2010) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai
sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.

Stres adalah kata yang sering diucapkan apabila individu mengalami masalah yang
kaitannya dengan kondisi psikologis. Stres dan erat kaitannya dengan aspek
fisiologis, psikologis, dan lingkungan kehidupan.

Stres adalah tuntutan terhadap sistem biopsikososial yang menghasilkan


ketegangan, kecemasan, dan kebutuhan energi ekstra baik fisiologis maupun
psikologis. Stimulus lingkungan, baik fisik, psikologis arau sosial yang menyebabkan
stres atau ketegangan disebut sebagai stresor, sedangkan cara mengatasi stres
disebut dengan coping.

Definisi Stres
Stres atau stress dapat didefinisikan sebagai berikut,

 Respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan


 Suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu
kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang
 Adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial
 Stress merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental
terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam

B. JENIS STRES
 Stress tidak selalu buruk. Stres bisa positif dan bisa negatif. Quick dan Quick
(1984) mengkategorikan jenis stress menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat
sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi
yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Lakukan Cara-cara ini untuk Mengendalikan Stres 


Langkah pertama mengatasi stres adalah dengan mengetahui apa yang
menyebabkan stres, dalam hal ini Anda sendiri yang mengetahuinya. Setelah itu,
tuliskan apa saja pemicu stres tersebut sehingga Anda dapat mengantisipasi
langkah apa saja yang perlu Anda lakukan untuk mencegah atau melawan stres.
Langkah selanjutnya adalah melakukan hal-hal yang dapat memberikan relaksasi
untuk tubuh dan pikiran Anda, seperti:

 Mengeluarkan semua unek-unek
Memendam perasaan, terutama perasaan yang mengganggu Anda, bisa
membuat Anda stres. Lebih baik utarakan semuanya agar Anda bisa melepas
beban Anda. Utarakan semua yang ada di benak kepada orang yang
bersangkutan, orang yang Anda percaya, atau psikolog. Percayalah, setelah
mengeluarkan semua unek-unek itu, perasaan Anda pasti jauh lebih baik.
 Olahraga
Selain membuat tubuh sehat, olahraga juga bisa meredakan stres. Satu cara
yang sederhana dapat berupa berjalan kaki atau bersepeda mengitari
komplek rumah.
 Meditasi
Meditasi bisa membantu Anda menenangkan pikiran. Anda bisa mencoba
olahraga seperti yoga yang juga mengajarkan cara bermeditasi.
 Jalani hobi Anda
Coba pikirkan apa saja kegiatan yang disukai? Apakah belanja, jalan-jalan di
mal, karaoke, nonton film, berkebun, memasak, atau pergi ke taman
bermain? Anda bisa melakukan apa saja yang bisa membuat tubuh dan
pikiran menjadi rileks, namun kegiatan itu harus positif agar tidak
menimbulkan masalah baru.
 Jalani hidup pada masa sekarang
Anda tidak perlu berkutat pada kehidupan masa lalu, terutama jika hal itu
membuat Anda sedih. Hiduplah di masa sekarang. Lupakan pula ekspektasi
negatif mengenai kehidupan di masa depan. Biarlah hidup mengalir apa
adanya. Percayalah, jika Anda menjalani masa sekarang dengan bahagia dan
positif, maka itu akan berdampak pula kepada kehidupan masa depan Anda.
 Jaga diri Anda
Tidur yang cukup dan senantiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi. Hindari merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan
terlarang.

Setiap orang memiliki cara melawan stres yang unik dan berbeda-beda. Cobalah
atasi stres dengan cara-cara di atas. Jika Anda kesulitan mencoba semuanya
secara sekaligus, pilih satu atau dua cara yang menurut Anda paling nyaman
dilakukan. Lakukan hal tersebut hingga menjadi kebiasaan. Jika tingkat stres berada
di luar kemampuan Anda untuk mengendalikannya, temui dokter atau
lakukan konseling.

Anda mungkin juga menyukai