Anda di halaman 1dari 12

ETIKA DAN PRINSIP-

PRINSIP
PENGEMBANGAN
IPTEK
 Salah satu unsur kebudayaan sebagai pembentuk
peradaban adalah IPTEKS. Apabila peradaban ingin
maju pesat, maka IPTEKS harus dikembangkan
seoptimal mungkin.
 Dalam hal ini, al-Quran berisi ayat-ayat, tanda, atau
sign yang bisa ditindaklanjuti menjadi sains. Tanda di
dalam al-Quran sangat banyak jumlahnya dan telah
memberikan informasi tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan sains yang dikembangkan manusia
yang merupakan bagian inti sebuah peradaban.
 Kewajiban muslim adalah membuktikan sign dari Al-
Quran menjadi science. Dengan cara itu diharapkan
lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan ilmiah baru sehingga
peradaban manusia makin berkembang.
 Dalam hal ini, seorang muslim harus (1) menjadikan
‘tanda” dari Al-Quran sebagai titik tolak penelitian sains.
(2) menjadikan al-Quran sebagai motivasi untuk meneliti
sains (3) menggunakan tanda dari Al-Quran sebagai
landasan nilai pengembangan sains. (4) menjadikan sains
sebagai jembatan pembangunan peradaban.
Prinsip-prinsip Pengembangan Sains-Teknologi

 Tauhid. Dengan landasan tauhid, itu berarti kita


mengembangkan sains-teknologi dalam rangka
mengesakan Allah dalam arti seluas-luasnya. Hasil
sains-teknologi adalah untuk mempermudah
manusia beribadah kepada Allah.
 Ikhlas. Niatnya harus benar-benar tulus dalam
rangka ibadah kepada Allah.
 Jihad, yakni serius, kerja keras dan pantang
menyerah.
 Objektif. Pengembangan ilmu, teknologi dan seni
harus bisa diakui oleh orang banyak, terbuka untuk
dikaji ulang.
 Maslahat dan manfaat. Tujuan pengembangan
sains adalah untuk sebesar-besarnya kemaslahatan
umat dan bermanfaat bagi umum.
 Tadrija (bertahap). Strategi pengembangan sains-
teknologi harus tadrijan, yakni bertahap, kontinyu,
terus-menerus.
 Tawazun, ialah terjadi keseimbangan dalam semua
aspeknya. Keseimbangan akan menjamin stabilitas.
 Jangan mubazir. Jangan mengembangkan sains-
teknologi yang mubazir, manakala modal yang
dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang
diperoleh.
 Jangan kitman, yakni menyembunyikan ilmu.
Ilmu itu harus diturunkan, harus dibuka, dan harus
diajarkan kepada orang lain.
Paradigma ilmu
bebas nilai

Paradigma
Ilmu
Paradigma ilmu
tidak bebas nilai
Paradigma ilmu bebas nilai

Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan


penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu
itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-


kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu
itu bebas nilai,
Yaitu Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian
: nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas
dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis,
religious, cultural, dan social.
Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom
ilmu terjamin. Kebebasan di sini menyangkut
kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang


sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai
etis sendiri itu bersifat universal.
Paradigma ilmu tidak bebas nilai

bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus


dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.
Perkembangan nilai tidak lepas dari nilai-nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam
tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada
kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3
macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing:

ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis.

memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial.

teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia


pada otonomi dirinya sendiri (pembebasan atau emansipasi manusia.)
 Bagi Islam, IPTEK adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu
digali dan dicari keberadaannya. Allah SWT berfirman:

“Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan


menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di
bumi ...”( QS. Yunus ayat 101).

Maka dari itu ,


Peran Islam dalam memainkan
IPTEK terbagi menjadi 2 ::
Peran Pertama yg
dimainkan Islam dalam
iptek
aqidah Islam harus dijadikan
basis segala konsep dan
aplikasi IPTEK.

Dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep


ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang
bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang
diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang
pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma
sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep
pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan
keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan
sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.

perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti


paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang
memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya
dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam
dijadikan landasan IPTEK, bukan berarti konsep-konsep IPTEK harus
bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek
harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-
Hadits.
Peran Kedua Islam dalam
perkembangan IPTEK
Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan
tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman


hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
tolok ukur syariah ini didasarkan mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
pada banyak ayat dan juga hadits hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
yang mewajibkan umat Islam berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-
menyesuaikan perbuatannya Nisa [4]: 65).
(termasuk menggunakan iptek)
dengan ketentuan hukum Allah dan
Rasul-Nya. Antara lain firman
Allah: Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada
perintah kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak. [HR.
Muslim].

Anda mungkin juga menyukai