Anda di halaman 1dari 3

Khoiri, S.Th.I, M.Pd.

I 085731267380
ETIKA PENERAPAN IPTEKS

Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
ethics dan etiquette. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi
menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari
hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari
suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari
etika.

Peran Etika dalam Perkembangan IPTEK


Perkembangan secara ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup manusia,
untuk menjadi manusia secara utuh, maka tidak cukup dengan mengandalkan Ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia juga harus menghayati secara mendalam kode etik ilmu, teknologi dan kehidupan.
Apabila manusia sudah jauh dari nilai-nilai, maka kehidupan ini akan terasa kering dan hampa.
Oleh karena ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia harus tidak mengabaikan nilai-
nilai kehidupan dan keluhuran. Para pakar ilmu kognitif telah menemukan bahwa teknologi mengambil alih
fungsi mental manusia, pada saat yang sama terjadi kerugian yang di akibatkan oleh hilangnya fungsi
tersebut dari kerja mental manusia.
Perubahan yang terjadi pada cara berpikir manusia sebagai akibat perkembangan teknologi sedikit
banyaknya berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma dalam
kehidupannya. Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat. Dengan etika profesi diharapkan
kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang
dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.

Peranan islam dalam perkembangan dan penerapan iptek


Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala
konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah
Saw.Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap
membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk
dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di
dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta
tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep
pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang
dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini
tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total.
Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang
memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi
bangunan ilmu pengetahuan manusia.Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah
Islam dijadikan landasan iptek,. Yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah
bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek
wajib berstandar pada al-Qur`an dan al-Hadits. Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan al-Qur`an dan
al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa
manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi
alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti, manusia
sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana.
Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan
bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya
sebagaimana fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001).
Adapun paradigma yang lain :
1. Paradigma Ilmu Yang Tidak Bebas Nilai
a) Dalam pandangan Islam , alam semesta sebagai objek ilmu pengetahuan tidak netral ,
melainkan mengandung nilai (value) dan maksud yang luhur . Bila alam dikelola dengan maksud
yang inheren dalam dirinya akan membawa manfaat bagi manusia “maksud” alam tersebut adalah
suci (baik) sesuai dengan misi yang diemban.

1
Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I 085731267380
b) Proses pencarian ilmu tidak hanya berputar di sekitar rasio dan empiri, tetapi juga
melibatkan al-qalb yakni intuisi batin yang suci. Rasio dan empiri mendeskripsikan fakta dan al-
qalb memaknai fakta, sehingga analisis dan konklusi yang diberikan sarat makna makna atau nilai.
c) Realitas itu tidak hanya realitas fisis tapi juga non - fisik atau metafisik.
d) Ilmu pengetahuan adalah produk akal pikiran manusia sebagai hasil pemahaman atas
fenomena di sekitarnya. Sebagai produk pikiran maka corak ilmu yang dihasilkan akan diwarnai
oleh corak pikiran yang digunakan dalam mengkaji fenomena yang diteliti.

2. Paradigma ilmu yangg bebas nilai


a) Dalam pandangan Barat bahwa iptek itu bebas nilai (Free Value). Iptek tidak ada
hubungannya dengan agama. Contoh dalam kejadian alam .Para ilmuwan barat memulai
penelitiannya dengan hal yang kosong sementara kalau ilmu yang didasari dengan nilai keislaman
berangkat dari alam itu merupakan ciptaan Tuhan.
b) Ipteks yang dihasilkan ilmuwan barat itu bebas nilai artinya kemanfaatannya tergantung
kepada manusia yang memakainya sementara kalau ilmu yang didasari dengan nilai keislaman maka
iptek tersebut tujuannya untuk kemaslahatan masyarakat yang menggunakannya.

Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan iptek. Ketentuan halal - haram (hukum-hukum syariat Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.
Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariat Islam. Sedangkan iptek
yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariat Islam.
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang
bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Selama sesuatu itu bermanfaat, yakni dapat
memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu
diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaatitulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan
iptek secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya
menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi tabung
tanpa melihat moralitas ,mengkloning manusia manusia, mengekploitasi alam secara serakah walaupun
menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya. Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang
salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik
segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara hakiki
bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah segala
perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariat Islam.

Hubungan Etika ISLAM DAN IPTEK


IPTEK, etika dan islam menjadi ketiga hal yang dipandang perlu untuk di sinergikan. Melihat ketiga
hal ini belum sinergi dan terintegrasi hingga sekarang. Sebenarnya jika kita bisa mengambil pelajaran pada
zaman kejayaan Islam, di mana IPTEK merupakan bidang yang dikuasai oleh umat Islam, ketiga hal
tersebut tersinergikan dengan baik.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan
peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu
pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas.
Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Semua ini terintegrasi dengan baik, yaitu IPTEK yang beretika dan Islami. Etika dan Islam sebagai
pondasinya dan IPTEK sebagai bangunanya, sehingga memberikan manfaat yang sangat besar pada
masyarakat di zaman itu.
Maka di sini perlu dikaji kembali sebenarnya bagaimana mengembangkan IPTEK yang beretika dan
Islami. Apa yang dimaksud etika dan apa yang dimaksud islami? Bagaimana cara pengembangan iptek
yang beretika dan islami? Adakah pengembangan iptek yang tidak beretika dan tidak islami?
Kemajuan teknologi pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Secara umum IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) adalah suatu jalan dimana yang berfungsi membantu segala jenis kebutuhan
manusia agar sesuatu dapat dilakukan dengan mudah dan sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-
alat yang dapat mendukung kegiatan praktis (Explore, 2012).
Hal yang perlu dimengerti pula dalam IPTEK adalah etika. Jika kita lihat dari asal katanya, kata etik
(etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai
suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar. Etika merupakan sebuah cabang

2
Khoiri, S.Th.I, M.Pd.I 085731267380
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya. Etika ini sendiri pun sebenarnya mengatur pula tentang IPTEK.
Dari sudut pandang agama, Islam tidak pernah namanya melarang untuk mengembangkan IPTEK.
Jika kita melihat surat yang pertama diturunkan Al-Quran, yaitu surat Al-Alaq, ayat pertama menyuruh kita
untuk membaca.
“Al Quran bukan buku ilmu pengetahuan,tetapi ayat-ayat mengenai alam semesta (kauniyah) kini
terbukti dalam penemuan-penemuan ilmiah di abad modern ini,” kata Prof Naggardalam ceramahnya di
Aula Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Kamis 30/9/2010
silam.
Pakar ilmu bumi (geologi) tersebut mengupas beragam penemuan ilmiah mengenai alam semesta
yang mengamini hakikat kebenaran AlQuran. Sebagai contoh, Ayat-6 Surat Al Thur, “Al BahrulMasjur”
(Demi laut yang—di dalam tanah bawah laut itu—ada api). Terbukti secara ilmiah oleh para ahli geologi
dan ilmu kelautan bahwa dasar semua samudra dipanasi oleh jutaan ton magma yang keluar dari perut
bumi. Menurut peraih doktor geologi jebolan Universitas Wales, Inggris, pada tahun 1963 itu, magma
tersebut keluar melalui jaringan rengkahan raksasa yang secara total merobek lapisan litosfir dan sampai
kelapisanastenosfir. “Para ilmuwan yang jujur akan kagum melihat kepeloporan Al Quran dan hadis-hadis
Nabi terkait petunjuk tentang fakta-fakta ilmiah bumi, yang baru dapat dibuktikan pada akhir abad ke-
20seiring dengan kemajuan iptek,” kata ilmuwan yang telah menghafal semua 30 juz Al Quran saat berusia
sepuluh tahun itu.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan
peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu
pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas.
Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu, Kini, dan
Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad pertengahan. Mereka
melenyapkan barbarisme Eropa yang di guncangkan oleh serangan-serangan dari Utara. Bangsa Arab
melanglang mendatangi ‘sumber-sumber filsafat Yunani yang abadi’. Mereka tidak berhenti pada batas
yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu pengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya
dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian alam.”

Anda mungkin juga menyukai