DOSEN : NS. WAHYU SULFIAN, M.KES KELAS IV C NERS NAMA : DEVI FANESA PAKAYA 201801099
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2021 Lansia merupakan tahap akhir dari segala perkembangan kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dengan karakteristik ciri-ciri rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi (Kiik, Sahar and Permatasari, 2018) Kemenkes RI 2018 menyebutkan bahwa hasil proyeksi penduduk Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah lansia pada tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa, tahun 2030 sebanyak 40,95 juta dan di tahun 2035 sebanyak 48,19 juta jiwa. Perkiraan peningkatan jumlah lansia ditahun yang akan datang menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke empat dengan lansia tebanyak di seluruh dunia setelah Cina, Amerika dan India, dengan proporsi lansia terbesar terdapat di 3 provinsi yaitu provinsi DI Yogyakarta sebanyak 13, 05%, Jawa Tengah 11,11 % dan Jawa Timur 10, 96% (Kusumawardani and Andanawarih, 2018) Berbagai perubahan baik secara biologis, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan maupun psikologis menjadikan lansia rentan mengalami depresi (Suryani, 2018). Menurut WHO, setiap tahunnya terdapat 100 juta kasus pasien depresi. Di Indonesia sendiri, lansia yang mengalami depresi sebesar 11,6% . Riset Kesehatan Dasar 2013 melaporkan bahwa lansia berusia 55-64 tahun yang mengalami depresi sebesar 15,9%, lansia usia 65-74 tahun sebesar 23,2%, dan lansia usia diatas 75 tahun sebesar 33,7% (Livana et al., 2018) WHO mendefinisikan depresi sebagai gangguan mental yang ditandai dengan perasaan bersalah atau harga diri rendah, penurunan konsentrasi, kehilangan rasa senang, serta pola tidur dan makan terganggu. Selain definisi diatas, depresi juga dapat diartikan terjadinya gangguan perasaan hati seperti sedih merasa sendirian, rendah diri, serta putus asa. Tanda umum penderita depresi adalah suasana perasaan yang menurun, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah lesu dan rasa tidak berdaya (Suryani, 2018) Faktor yang mempengaruhi kondisi psikologis lansia diantaranya, kesepian, berkurangnya interaksi sosial, dukacita, konflik antara teman maupun keluarga. kemunduran secara biologis khususnya berkaitan dengan system neurotransmitter mempengaruhi kerentanan lansia mengalami depresi. Individu yang memiliki keluarga dengan riwayat depresi kemungkinannya besar untuk menderita depresi(Suryani, 2018) Lansia yang tinggal di panti memiliki potensi yang lebih tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan lansia yang tinggal dirumah bersama keluarga atau yang menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan, lansia yang tinggal di panti otomatis akan berpisah dengan keluarga sehingga lansia cenderung merasa kesepian karena tidak memiliki tempat untuk berbagi masalah dan kesedihan yang dirasakan (Suryani, 2018) Dengan tinggalnya lansia di panti membuat jarak antara lansia dan keluarga sehingga kebutuhan psikologi lansia akan berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan psikologi lansia yang tinggal di panti, mereka akan menyesuaikan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama penghuni panti. Lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan panti, cenderung akan merasa kesepian, mudah mengalami keputusasaan hingga bisa berujung depresi (Novayanti, Adi and Widyastuti, 2020) Tidak sedikit kasus lansia yang mengalami depresi memilih untuk mengakhiri hidupnya. Menurut WHO dalam data organisasi dunia yang dihimpun dari tahun 2005 – 2007 menyatakan bahwa terdapat 50.000 orang Indonesia bunuh diri termasuk 35% diantaranya lansia karena gangguan psikologis yang dihadapinya (Suryani, 2018) DAFTAR PUSTAKA
Kiik, S. M., Sahar, J. and Permatasari, H. (2018) ‘Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan’, Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(2), pp. 109–116. doi: 10.7454/jki.v21i2.584. Kusumawardani, D. and Andanawarih, P. (2018) ‘Peran Posyandu Lansia Terhadap Kesehatan Lansia Di Perumahan Bina Griya Indah Kota Pekalongan’, Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 7(1), pp. 273–277. doi: 10.30591/siklus.v7i1.748. Livana et al. (2018) ‘Gambaran Tingkat Depresi Lansia’, Jurnal Keperawatan dan Pemikiran IlMiah, pp. 80–93. Novayanti, P. E., Adi, M. S. and Widyastuti, R. H. (2020) ‘Tingkat Depresi Lansia yang Tinggal di Panti Sosial’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(2), p. 117. doi: 10.26714/jkj.8.2.2020.117-122. Suryani, U. (2018) ‘Hubungan Faktor Psikososial Dengan Kejadian Depresi pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang pariaman tahun 2016’, Pengaruh Pemberian Minuman Kunyit Asam Terhadap Penurunan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Tingkat II Prodi S1 Keperawatan STIKes Mercubaktijaya Padang, XII(80), pp. 137–145.