Anda di halaman 1dari 12

BUDAYA ILMIAH

SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER

ABSTRACT
College as a place of science development that is actually vital for the
development of human civilization, and the scientific culture is the
means ofits main support. Scientific culture is manifested into three
1
forms, namely scientific principles, scientific activities, and product
(outcome) ofscientific papers. As the means of primary support,
scientific culture is a medium for characteristic education in the
academic community college. A number of characters that are formed
through a scientific culture among others, honesty, responsibility,
discipline, hard work, self-confidence, logical thinking, critical,
creative, and innovative, curious, and love science. These characters
are formed through the characteristically educational strategies of
refiective models.
Keywords: scientific culture, education, character refiective.

Perguruan tinggi sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan


yang benar-benar vital bagi kemajuan peradaban umat manusia, dan
budaya ilmiah merupakan sarana pendukung utamanya. Budaya
ilmiah tersebut diwujudkan ke dalam tiga bentuk, yaitu kaidah ilmiah,
kegiatan ilmiah, dan produk (hasil) karya ilmiah. Sebagai sarana
pendukung utama, budaya ilmiah merupakan media pendidikan
karakter bagi civitas akademika di perguruan tinggi. Sejumlah
karakter yang dibentuk melalui budaya ilmiah antara lain kejujuran,
tanggungjawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif, ingin tahn, dan cinta ilmu. Karakter-
karakter tersebut dibentuk melalui strategi pendidikan karakter model
refiektif.
Kata kunci: budaya ilmiah, pendidikan, karakter, refiektif

182
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan memiliki
peran yang vital bagi kemajuan suatu bangsa maupun peradaban manusia
padaumumnya. Hal senda di ungkapkan Sarjono yang mengemukakan bahwa
Pendidikan tinggi pada dasamya memiliki peran sebagai agen pengembangan
dalam kaitannya dengan tanggungjawab untuk mempersiapkan generasi masa
depan untuk menghadapi saat sekarang dan di masa mendatang. Padahal
ditegaskan oleh Sarjono pula keberadaan dan kelangsungan hidup sebuah
PerguruanTinggi sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan potensial yang terjadi. Dengan kata lain, kemampuan
Perguruan Tinggi untuk mengembangkan diri tergantung pada kernampuannya
untuk menciptakan perubahan.1
Ilmu pengetahuan dan perubahan adalah dua entitas yang terus saling
terkait, bahkan dapat dikatakan seperti dua sisi mata uang. Dengan kata
lain, ilmu pengetahuan dan perubahan adalah dna hal yang tidak bisa
dipisahkan. Sebagaimana Sarjono menjelaskan bahwa manusia pada
dasamya selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan sebagai akibat dari
kemajuan ilmu pegetahuan dantekno1ogi. 2
Sementara itu, untuk menciptaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
maka dibutuhkan metode ilmiah. Seperti kata Andi Prastowo yang
mengungkapkan bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan tidak
terlepas dari penelitian yang tiada henti. Dengan metode tertentu, kegiatan
penelitian berhasil membongkar berbagai persoalan menjad itemuan ilmiah.
Termian-temuan inilah yang pada gilirannya akan menjadi pengetahuan ilmiah
baru. Dan, pengetahuan-pengetahuan ilmiah tersebut menjadi dasar bagi
kemunculan ilmu pengetahuan baru.3
Moh. Nazir sebagaimana dikutip Prastowo juga mengutarakan bahwa
penelitian memberikan kontribusi kepada teori. Semakin banyak penelitian
yang dituntun oleh teori, akan banyak pula kontribusi penelitian yang secara
langsung dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. 4 Dan, berangkat dari
pandangan tersebut maka bisa dikatakan bahwa, dengan penelitian,
pengetahuan manusia berkemungkinan berkembang secara akumulatif.
Melihat pentingnya budaya ilmiah (dengan cara kerja ilmiah sebagai
bagian didalamnya) maka dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan
perguruan tinggi sebagai institusi yang harus mampu menciptakan
perubahan tersebut dituntut dapat mengimplementasikan budaya ilmiah
dalam berbagai aktivitas pendidikannya. Untuk itu budaya ilmiah di
lingkungan perguruan tinggi adalah keniscayaan, terutama bagi mahasiswa,
sebagai subjek ataupun obyek yang sedang dalam proses berkembang.
Pentingnya membangun budaya ilmiah ini didasari oleh pandangan bahwa
manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
dijelaskan H.A.R Tilaar bahwa manusia mengenal nilai-nilai yang baik
dan yang buruk yang tidak terdapat dalam dunia binatang. Dan, hal itu
hanya dapat diperoleh manusia karena manusia dikaruniai dengan
kemampuan akal budi.
Proses Pendidikan adalah suatu proses interaksi interpersonal dan
oleh sebab itu proses pendidikan adalah proses dalam tataran sosial.
Dengan demikian, seorang anak manusia tidak dapat mewujudkan
kemanusiaannya apabila dia dalam keadaan soliter atau terlepas dari
masyarakatnya. Dalam hal ini, karena tidak ada masyarakat tanpa budaya,
maka proses pendidikan yang tidak didasarkankepadabudayaternpat
seseorang itu hidup sama seperti suatu proses di dahmruang kosong.
Pendidikantidak te adi didalamruangan maya tetapi didalam dialog
manusia.5
Hal itu selaras dengan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
1999 yang menyatakan bahwa perguruan tinggi diharapkan menjadi pusat
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan,
pembinaan danpengembangan ilmu pengetahuan, teknologidan/ataukesenian
sebagai suatu masyarakat ilmiah yang penuh cita-cita luhur, masyarakat
berpendidikan yang gemar belajar dan mengabdi kepada masyarakat serta
melaksanakan penelitianyang menghasilkan manfaat yang meningkatkan mutu
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di dalam budaya ilmiah juga tercermin Pendidikan karakter. Seperti
tersirat dalam pernyataan Noeng Muhadjir bahwa di dalam ilmu
pengetahuan plagiarisme atau melanggar hak kekayaan ilmiah seseorang
menjadi perbuatan yang paling tercela. Resikonya bukan main-main, mulai dari
gelar akademiknya dicabut, sampai ditolak untuk memperoleh jabatan
fungsional tertinggi sebagai profesor.6
Namun, realitas budaya ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia
tampaknya masih jauh dari yang diharapkan. Hal itu terlihat dari fakta
dilapangan yang menunjukkan bahwa mahasiswa masih kurang menghayati
dan meresapi pentingnya budaya ilmiah. Oleh karenanya sering terjajadi tindak
kejahatan plagiarisme, jual-beli skripsi, tesis bahkan hingga ke jual-belt
disertasi, model pembuatan makalah denganhanya “copy-paste” dari internet,
dan lain sebagainya.
Pengembangan budaya ilmiah sebagai media pendidikan karakter
semestinya menjadi keniscayaan bagi semua civitas akademika di
perguruantinggi.
PEMBAHASAN
Budaya ilmiah adalah sebuah konsep yang dibangun dari dua istilah dasar
yaitu“budaya” dan“cara kerja ilmiah”. Secara harfiah, menurut Soerjanto
Poespowardjo pengertian budaya(culature) berasaldarikata latin yang berarti
menge akantanah, mengolah, memelihara ladang. Akantetapi, ditambahkan
Langeveld bahwa pengertian semula yang semua agaris ini lebih lanjut
diterapkan pada hal-halyang lebih besifat rohani.'0
Koentjaraningrat menerangkan bahwa makna budaya adalah "keseluruhan
sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”." Senada
dengan ha1 itu, Van Peursen mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu
proses pembelajaran, suatu “learningprocess” yang terus-menerus sifatnya.12
Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleksitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya; (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas
kelakuanberpoladarimanusia dalam masyarakat, dan (3) wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia. Dalam kenyataan kehidupan sehari-
hari, ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak terpisah satu sama lain dan
bahkan saling mengisi dan saling berkait secara erat."
Dengan demikian dapat dipahami bahwa budaya ilmiah adalah keselutuhan
sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat kampus yang ilmiah yang dijadikan milik diri seluruh civitas
akademika dengan carabelajar, yang mewujud dalamtigabentukyaitu kaidah
(norma) ilmiah, aktivitas ilmiah, dan produk (karya) ilmiah.
Budaya Ilmiah Dalam Kegiatan Akademik
Budaya ilmiah dalam akademik adalah keseluruhan sistem gagasan
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kegiatan ilmiah yang djadikan
milik diri seluruh civitas akademika dengan cara belajar, yang mewujud
dalam tigabentuk yaitu kaidah(norma) ilmiah, aktivitas ilmniah, dan produk
(karya) ilmiah.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Ajat Sudrajat yang mengemukakan
bahwa budaya adalah jaringan yang kuat, yang meliputi keyakinan, nilai, norma,
dan kebiasaan yang mempengaruhi setiap sudut kehidupan. Di samping itu,
sebuah budaya mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural, tidak lagi
dirasakan sebagai beban.' 7
Selanjutnya dikuatkan pula oleh pandangan Koentjoroningrat yang
menyatakan bahwa kebudayaan mewujud dalam tiga bentuk, yaitu: pertama,
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya; kedua, wujud kebudayaan.
sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, dan ketiga, wujud kebudayaan sebagaibenda-benda hasil karya
manusia. Dalamkenyataan kehidupan sehari-hari, ketiga wujud kebudayaan
tersebut tidak terpisah satu sama lain dan bahkan saling mengisi dan
saling berkait secara erat."
Selaras dengan penjelasan ZainalAqitf yang mengungkapkan bahwa
jenis-jenis kegiatan ilmiah dasar meliputi: penelitian {research),
pengembangan{development), dan evaluasi{evaluation).Penehtian adalah
suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan
berdasarkan metode ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah dari hasilyang dipermasalahkan. Pengembanganadalah suatu kegiatan
yang dapat berupa perancangan, perencanaan ataurekayasa yang dilakukan
denganberdasarmetodeberpikir ilmiah gunamemecahkan permasalahanyang
nyata terjadi, sehingga hasil kerja pengembangan berupa pengetahuan ilmiah
atau teknologi yang digunakan memecahkan masalah tersebut. Sedangkan
evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang diperoleh melaluitata caratertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah.
Hasil kerja evaluasi adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk
pengambilan kebjakan terhadap halyang di permasalahkan.

Nilai-Nilai Karakter dalam Budaya Ilmiah


Budaya ilmiah dalamkegiatanakademikmahasiswaProdiPGMI memiliki
sejumlah nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada mahasiswa.
Sebagaimana telah diungkap sebelumnya, budaya ilmiah dalam kegiatan
akademik tersebut meliputitiga wujud, yaitu: kaidah ilmiah, kegiatan ilmiah,
dan produk ilmiah.

Nilai karakter dalam budaya ilmiah adalah nihi-nilai dalam budaya ilmiah
yang terkait dengan pengetahuan tentang kebaikan yang menimbulkan
komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar mendorong
seorang mahasiswamelakukan kebaikan.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Lickona yang menyatakan bahwa
karakter mulia adalah meliputipengetahuantentang kebaikan (moral
knowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral
feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).
Nilai-nilai karakter dalam budaya ilmiah setelah diidentifikasi meliputi dua
kategori yaitu nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri dan nilai
karakter dalam hubungannya dengan sesama manusia.
Nilai-nilai karakter dalamhubungannya dengandiri sendiriyaitu: (1)jujur,
(2) bertanggungjawab, (3) disiplin, (4) kerja keras, (5) percaya diri, (6)
berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (7) ingin tahu, dan(8) cinta ilmu.
Nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama manusia yaitu:
(1) sadar akan liak dan kewajiban diri dan orang lain, (2) patuh pada
aturan-aturan sosial, (3) menghargaikarya dan prestasi orang lain, (4)
santun.

KESIMPULAN

DAFTARPUSTAKA
Aqib, Zainal, danAbi Sujak, Panduan Dan Aplikasi Pendidikan
Karakter Untuk SD/MI, SMP7MTS, SMA7MA, SMMMAK ,
Bandung: Yrama Widya, 2011.
Aqib, Zainal, Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Pendidik,
Bandung: YramaWidya, 2008.
Buku Profil Fakultas Tarbiyah, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga, 2007.
Chulafa, Chulia,‘Tengamh PelaksanaanPraktikumKimia Secara Terintegrasi
Terhadap Sikap Ilmiah Dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas
XI IPA Semester 1 SMANegeri 1 Sewon TahunAjaran 2009/2010”,
Skripsi, Yogyakarta: Fak. Saintek UIN Sunan Kalijaga, 2010.
Darmawan, dkk., Hendro, Kamus Ilmiah Populer Lengkap (Yogyakarta:
Bintag Cemerlang, 2011.
Ichsan, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Prodi PGMI, Yogyakarta:
Prodi PGMI, 2009.
Kesuma, Dharma, Cepi Traitna, Johar Permana, Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
LaporanPertanggungjawaban(LPJ) Dekan Fakultas TarbiyahdanKeguruan,
Pengembangan Fakultas Tarbiyah dan Kegruan Pasca Perubahan
IAINmenjadi UIN, (Yogyakarta: Fakukas Tarbiyah danKeguruan UIN
Sunan Kalijaga, 2011.
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru,
Ciputat: Gaung Persada Press, 2008.
Norlaelatuzzuhro,Siti, ajianTentang Hasil Belajar, Kerja Ikniah, Dan Sikap
Ilmiah Siswa Kelas XI SMANegeri 7 MalangYang DibelajarkanDengan
Metode InkuiriTerbimbing Pada MateriPokokHidrolisis Garam”,
Skripsi (Malang: Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Negeri Malang) dalam http://mulok.library.um.ac.id/
home.php?s data=Skripsi&id=39392&mod—b&cat=1 [18 Mei 2012]
Nurlaili, Nisfi, “Efektifitas Penerapan PendekatanKontekstualBerbasisAlam
Terhadap Sikap Ilmiah Dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas
X SMANegeri I Jeruklegi Pada Materi Pokok Minyak Burnt
Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi, Yogyakarta: Fak.
Saintek UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Peursen, C.A. Van, Strategi Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Prastowo, Andi, Memahami Metode-Metode Penelitian, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011.
Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian
Kualitatif, Yogyakarta: Diva Press, 2010.
Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitaifdalam PerspektifRancangan
Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Prastowo, Andi, Pengembangan Sumber Belajar Yogyakarta: Pedagogia,
2012.
Purwadi(Ed.), Dedy, 5 April20l2, Melahirkan Sarjana Semu dalam http://
bangka.tribunnews.com/2012/04/05/melahirkan-sarjana-semu [17 Mei
2012]
Putra, R. Masri Sareb, How to Write You Own Text Book, Bandung:
Kolbu, 2007.
Rifai, MienA. , Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan
Karya Ilmiah Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005.
Rohmadi, Muhammad, dan Aninditya Sri Nugraheni, Belajar Bahasa
Indonesia. Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah,
Surakarta: Cakrawala Media, 2011.
Sarjono dan Karwadi (Ed.), Meneropong Karya Mahasiswa, Yogyakarta:
Jurusan PendidikanAgama Islam Fakultas TarbiyahUIN Sunan Kahjaga
Yogyakarta, 2006.
Setyo sari, Punaji, Metode Pen elitian Pengem bangan dan
Pengembangannya, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012.
Siswadi, Anwar, 3 Maret 2012, Pengakuan Dosen Kasus Plagiat UPI
dalam http„:„//www.tempo.co/read/news/20„12/03/03/079387741/
Pengakuan-Dosen-Kasus-Plagiat-UPI f17 Mei 2012]
Sudjana, Nana, danAhmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005.
Sugiyono, Memahami Penelitian Auafifaf (Bandung: Alfabeta, 2007.
Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian, Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan SosialUI, 2006.
Supriyadi, Gering, dan Tri Guno, Budaya Kerja Organisasi Pemerintah,
Jakarta: LembagaAdministrasiistrasiNegara, 2009.
Tilaar, H.A R. , dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan.
Pengantar untuk Memahami Kebij“akan Pendidikan dan Kebijakan
Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM , Filsafatllmu, Yogyakarta:
Liberty, 2003.
Zuchdi(Ed.), Darmiyati, Pendidikan Karakter dalam PerspektifTeori dan
Praktik, Yogyakarta: UNY Press, 2011.

Anda mungkin juga menyukai