Anda di halaman 1dari 1

Ilmu dan teknologi canggih saat ini menawarkan kenyamanan pada kehidupan kita sehari-

hari. Internet telah mengubah gaya hidup dan perilaku akademik di bidang pendidikan, khususnya
pelajar, mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik mereka, seperti melakukan karya
ilmiah. Seiring dengan jumlah penggunaan Internet baik melalui komputer dan smartphone untuk
mahasiswa dari perguruan tinggi mengakses sumber belajar, ternyata plagiarisme juga meningkat di
antara mahasiswa dalam menyusun pekerjaan ilmiah yang ditugaskan oleh dosen.

Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah kegiatan menjiplak, mengambil karangan,
pendapat dan sebagainya dari orang lain untuk dijadikan sebagai esai dan pendapat mereka sendiri
tanpa meminta ijin dan menyertakan sumber yang dicatutnya. Plagiarisme penulis dan peneliti
adalah tindakan yang tidak terpuji dan dapat dimasukkan sebagai kejahatan untuk pencurian hak
cipta orang lain. Oleh karena itu, Plagiarisme dapat dikenakan sanksi dan hukuman, seperti yang
dikeluarkan dari perguruan tinggi dimana yang bersangkutan dengan kuliah, sesuai dengan Pasal 72
UU No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta, plagiarisme dapat dikenakan denda bahkan juga dapat
dipenjara.(Shadiqi, 2019)

Plagiarisme di antara mahasiswa dapat terjadi karena sikap mahasiswa terhadap


ketersediaan sumber membaca yang relatif mudah diakses melalui Internet yang kemudian
menyebabkan mereka mengambil jalan pintas untuk melakukan pekerjaan ilmiah tanpa susah
payah. Penyebab lain mungkin disebabkan oleh referensi yang disarankan oleh dosen yang masih
terbatas atau bahkan tidak dapat ditemukan di perpustakaan setempat.(Hermawan, 2019)

Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2010, pencegahan plagiat adalah suatu tindakan
pengendalian yang dilakukan oleh unsur pimpinan perguruan tinggi dengan tujuan supaya tidak
terjadi tindakan plagiat di lingkungan perguruan tingginya. Terdapat 3 langkah yang dapat
dilakukan untuk menghindari plagiarisme. Pertama, menghindari pencurian ide. Kedua, melakukan
pengutipan dan parafrase. Ketiga, menggunakan layanan uji plagiarisme. Dari ketiga cara yang ada,
cara yang aling sering digunakan yaitu dengan melakukan parafrase karena cara ini adalah cara yang
paling mudah untuk diterapkan. Pengertian parafrase sendiri yaitu mengungkapkan ide/gagasan
orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, tanpa merubah maksud atau makna ide/gagasan
dengan tetap menyebutkan sumbernya. Parafrase dapat dilakukan dengan cara membaca,
memahami bagian dari karya tulis ilmiah yang mau dikutip, mengambil intisari dari bacaan dan
menulis kembali menggunakan kata-kata sendiri tanpa merubah makna/pesan dari penulis asli.
(Budoyo, 2018)

Budoyo, S. (2018) ‘Analisis Terhadap Pengaturan Plagiasi di Indonesia’, Jurnal Meta Yuridis, 1(2), pp.
10–22. doi: 10.26877/m-y.v1i2.3384.
Hermawan, A. (2019) ‘Kebijakan Dosen Mengurangi Plagiarisme pada Karya Ilmiah Mahasiswa’,
Indonesian Journal of Islamic Psychology, 1(2), pp. 264–284. doi: 10.18326/ijip.v1i2.264-284.
Shadiqi, M. A. (2019) ‘Memahami dan Mencegah Perilaku Plagiarisme dalam Menulis Karya Ilmiah’,
Buletin Psikologi, 27(1), p. 30. doi: 10.22146/buletinpsikologi.43058.

Anda mungkin juga menyukai