Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. A DENGAN POST OP CA MAMAE


DI RUANG RAWAT INAP BEDAH
RSU KOTA TANGERANG SELATAN

DI SUSUN OLEH :

NOVIANTI S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS STIKES IMC BINTARO 2021

Komplek RS IMC Jl.Raya Jombang No. 56 Ciputat - Tangerang Selatan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan tumor ganas pada payudara
yang menginvasi daerah sekitar payudara dan menyebar keseluruh tubuh (American
Cancer Society, 2019). Kanker payudara secara global menyebabkan angka kematian
tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya menyebar merata tanpa terkendali, prevelensi
angka kejadian kanker payudara cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai dalam negeri.
Menurut data GLOBOCAN, International Agency For Reserch On Cancer (IARC)
(2012), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kasus kanker pada penduduk laki-laki
dan perempuan dengan persentase kasus tertinggi, kanker payudara 43,3%, kanker prostat
30,7%, dan kanker paru 23,1%. Sementara itu untuk kasus kanker yang dialami penduduk
laki-laki, kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki yaitu sebesar 34,2%, sedangkan
kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk
perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama yaitu sebesar 43,3% dan
kematian akibat kanker payudara 12,9%.
Menunrut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2018 setiap 11 menit ada
satu penduduk yang meninggal karena kanker, termasuk didalamnya kanker payudara.
Serta diprediksi oleh estimasi Interational Agency For Research of Cancer, pada tahun
2020 akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak
70% kasus baru dan 55% kematian terjadi di negara berkembang.
Di Indonesia kanker payudara berada diurutan nomor dua setelah kanker leher rahim
jumlah pasien kanker payudara didapatkan prevelensi sebesar 26 per 100.000 wanita,
penderita sekitar 60-70% datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah
(Depkes, 2013).
Tigginya jumlah kanker payudara di Indonesia disebabkan karena perubahan gaya
hidup masyarakat. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di
Indonesia menurut jenis kelamin yaitu pada laki- laki prevensi merokok 56,7%, sering
konsumsi makanan berlemak 39,4%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,4%,
kurang konsumsi sayur dan buah 96,9%, sering konsumsi makanan dibakar atau
dipanggang 4,7%, kurang aktivitas 26,3%. Sedangkan pada perempuan prevelensi meroko
1,9%, sering konsumsi makanan berlemak 41,9%, sering konsumsi makanan hewani
berpengawet 4,2%, kurang konsumsi sayur dan buah 96,6%, sering konsumsi makanan
dibakar atau dipanggang 4,4%, kurang aktivitas 25,8% (Riskesdas, 2013).
Faktor risiko tinggi penyebab kanker payudara meliputi jenis kelamin, usia, riwayat
keluarga, genetik, siklus mentruasi, melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya (Breast
Care Indonesia, 2017). Di Indonesia jenis penanganan yang dilakukan pada pasien kanker
termasuk didalamnya kanker payudara, tercatat pada tahun 2018 tertinggi pembedahan
61,8%, kemotrapi 24,9%, radiasi atau penyinaran 17,3% (Riskesdas, 2018).
Pasien kanker payudara biasannya mengalami nyeri. Nyeri dari penyakit kanker
payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronik. Keluhan nyeri kronik merupakan
keluhan yang paling menakutkan bagi penderita kanker payudara. Penatalaksanaan nyeri di
rumah sakit biasanya diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID
(Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) (Astuti, 2016).
Dampak dari kecemasan bisa meningkatkan rasa nyeri pada pasien kanker payudara.
Efek kecemasan pada pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa nyeri, mengganggu
kemampuan tidur, meningkatkan mual dan muntah setelah kemotrapi, juga terganggunya
kualitas hidup diri sendiri (Mohammed S., dkk, 2012). Kecemasan yang terjadi pada
pasien kanker yang menjalani kemotrapi bisa mengakibatkan pasien menghentikan
kemotrapinya, untuk mengurangi kecemasan dapat mengajarkan teknik relaksasi, memberi
dukungan dan motivasi, serta mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik (Pratiwi,
2017).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kanker Payudara

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan


sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah (Tri Winarti, 2018).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel- sel di
payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang memproduksi
susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang menghubungkan lobulus ke
puting susu. Kanker payudara tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi
di dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak normal.
Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali serta dapat tumbuh
lebih lanjut menyebar ke bagian tubuh lainnya. (Nurarif,2015)

B. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker payudara
belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker payudara
memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang
atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi massa. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara
(estradiol dan progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudra
terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko
tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
C. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas
Obesitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak dalam tubuh.
Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jadi jika memiliki
jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan
risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah, seperti
faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu
alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada perempuan, rokok
mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut
penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 oranng di seluruh
Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia yang sebagian besar
merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
4) Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi yang berat
dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit fisik dapat mudah
menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap tembakau.
Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes, 2015).

D. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Faktor genetik atau keturunan


Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen yang dapat
mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest Care Susceptibility
Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA
(Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara, jika
pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika
memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara
akan meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker
payudara sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara, tetapi laki-laki
juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit
hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker, selain itu
payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker payudara. presentase
risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233
perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69
perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-
69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia seseorang
kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena kerusakan genetik
(mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.
4) Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker payudara
lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur (belum matang)
dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang
abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan
menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12 tahun
(menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara. Risiko yang sama
juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah wanita
menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak terkecualai payudara, payudara
akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun, berisiko
lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih
matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini akan
mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan risiko kanker
payudara.

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa tunggal, massa
teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit atau jaringan yang berada
dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya
berupa adanya rabas pada puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan
pada kulit, payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang
menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang tidak
merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya metastase (Tri
Winarti,2018).

F. Klasifikasi

Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker payudara
non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s disease. Uraian
lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)
1) Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar yang
memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya disebut dengan kanker
carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum menyebar ke bagian luar jaringan
kantong susu.
2) Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan di
sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong susu dan menyerang
jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe.
 Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan
puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan.
Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan massa.

 Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup:


(National Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
A. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening region,
tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup 99% selama 5 tahun
kedepan.
B. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92% selama 5 tahun
kedepan.
C. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah
bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah- pindah, tidak mengalami
metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82% selama 5 tahun kedepan.
D. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-pindah dan
tidak mengalami metastase jauh.
E. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah bening melekat
bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup
47% selama 5 tahun kedepan.
F. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan, juga terdapat
luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast cancer, menyebar
ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup 44% selama 5 tahun kedepan.
G. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau bermetastasis ke
lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh
lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun kedepan.
G. Patofisiologi

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasia
Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf
pada sel mamae
Gangguan pola tidur (D.0055) Nyeri (D.0077)

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


jaringan Ca
Menekan jaringan pada Aliran darah terhambat
mamae Hipermetabolisme ke
Hipoksia
jaringan
Peningkatan konsistensi Nekrosis jaringan
Penurunan
mamae
hipermetabolisme jaringan Bakteri patogen
Penurunan berat badan
Resiko infeksi
Defisit nutrisi (D.0019) (D.0142)

Peningkatan konsistensi Ukuran maame abnormal Kesulitan dalam bergerak


mamae
Massa tumor Mamae ansimetris
mendesak kejaringan
(D.0111)

Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura peritalr


ulkus
Ekspansi paru menurun
Kerusakan Gangguan mobilitas fisik
integritas kulit Pola nafas tidak efektif (D.0054)
/jaringan (D.0005)
(D.0129)

(Tri Winarti,2018)
H. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)
1) Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan
evaluasi.
2) Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
3) Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat
dipalpasi.
4) Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer Susceptibility
Gene).
5) USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
6) Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

I. Penatalaksanaan

Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:


1. Mastektomi
Mastektomi adalah pmbedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.

 Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
 Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal. Beberapa bagian rusuk
harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae internal. Operasi ini jarang dilakukan
 Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang bermakna disekitar
puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong.
Dalam pembedahan kulit yang tipis ditinggalkan.
 Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,vena aksila dipotong,
otot pektoralis dipertahankan.
 Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak. Apabila kanker telah
menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi radikal.
 Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan kulit di atasnya
diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
 Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat, memepertahankan
jaringan dan kulit payudara lainnya.
 Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah payudara. Semua
kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan jaringankecil di bawah puting, dibiarkan
ditempatnya. Implan silikon disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan
sesudahnya.

2. Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara
setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu
makan berkurang, warna kulit di sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, kapsul
atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target
pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-
obatan yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
4. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok kemampuan
estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra, 2015).
5. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorbsi tulang
yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan evektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang
dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).
J. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stadium


lanjut atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk
menjadi kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin
aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus
eksilaris dan sistem limfe diangkat.
K. Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang atau
kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining juga ditujukan
untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif
dengan demikian menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.
Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:
L. Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap kondisi
payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi pada payudara. SADARI dilakukan setiap bulan sekitar 7-10 hari
setelah mentruasi (Putra, 2015).
 Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional
dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya dilakukan setiap setahun
sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40 tahun lebih saat risiko
kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia 20-30an tahun di anjurkan pula
untuk melakukan pemeriksaan ini disamping tenaga kesehatan menguatkan SADARI
(Martin dan Griffin, 2014).
 Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat perubahan
suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal inframerah digital digunakan dalam
skrining kanker payudara, menggunakan kamera termal inframerah untuk memotret area
suhu yang berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang terkena kanker biasanya
memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui prosedur termografi.
 Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang menggunakan sinar
X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari 90% kanker payudara dapat terdeteksi
dengan mammografi tetapi hanya 20% sampai 50% lesi pada payudara hanya dapat
terdeteksi oleh mammografi. Mammografi lebih dini menemukan kanker yang lebih kecil
dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan lebih sedikit metastase ke nodus
limfe (Martin dan Griffin, 2014). Skrining mammografi dianjurkan untuk perempuan
berusia 40 tahundengan resiko standar dan untuk wanita yang berisiko tinggi dapat
dilakukan pada umur 25 tahun.
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu pasien
untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Proses keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi (Martin dan
Griffin, 2014).

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas pasien,
dan validasi status kesehatan pasien. Pengkajian bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau
kesakitan pasien dan untuk mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama muncul massa, penebalan massa
atau gejala kanker lain dan apakah telah mengalami perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara,
rabas dari puting, adanya ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat
keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian dalam proses keperawatan meliputi:
 Anamnesis
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara
perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua ungkapan perasaan yang dirasakan pasien
atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien.
Data yang mencakup wawancara meliputi:
 Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor rekam medik dan
diagnosa medis.
 Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah sakit dan keluhan saat
pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker payudara dapat nerupa adanya massa tumor di
payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara
terasa restraksi.
 Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum terjadinya keluhan utaman
sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat pengkajian. Riwayat kanker payudara dari
tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan
yang sudah diberikan untuk menangani keluhan tersebut.
b) Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh pasien dan
berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
c) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga pasien yang
memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B, penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada
yang memiliki riwayat kanker payudara.
d) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Prilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau prilaku sebelum
pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien, seperti peminum alkohol atau tidak,
merokok atau tidak, ketergantungan obat-obatan atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas
berolahraga.
 Data pisikososial
Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki pasien, persepsi
pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah terjadi gangguan konsep diri pada
pasien.
 Personal hygine
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi, kramas, menyikat
gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
 Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah selama sebelum
sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang mengalami penyakit kronis akan lebih
mendekatkan diri kepada tuhan guna untuk mencari ketenangan hidupnya.
 Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat kondisi pasien
maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan penyakit kanker, biasanya terdapat
nyeri sehingga respon pasien terlihat meringis menahan nyeri.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode head to toe
yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu
sistem. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan perkusi:
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien dalam keadaan sadar, apatis,
somnolen, sopor atau koma.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif dari keadaan pasien, pemeriksaan ini
meliputi tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi.
 Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah , warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan
mata, kelopak mata, kornea mata, konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan,
lapang pandang penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah,
keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid, kelenjar limfe, apakah ada
penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi karotis.
 Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi kulit seperti
kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola maame, ada atau tidak
pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak oedem, dan ansimetris payudara serta apakah
terlihat adanya ulkus pada bagian payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan
pengkajian luka meliputi jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi
hasil (biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar getah bening,
kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
 Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara simetris atau tidak, apakah
terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian
vokal premitus), perkusi (melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara
nafas, suara uacapan suara).
 Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat bagaimana bentuk dada,
mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan palpasi menentukan batas-batas jantung untuk
mengetahui ukuran jangtung, auskultasi mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan
ada atau tidak. Cantumkan juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan
 Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada atau tidak benjolan, ada
atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising usus dengan hasil yang normal 5-
35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan line serta
ada atau tidak nyeri tekan) dan perkusi (penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani
dan jika abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).
 Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-bagian genetalia apakah ada
kelainan atau tidak, kebersihan genetalia, kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta
menghitung belance cairan.
 Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot, kelainan pada tulang
belakang, dan kelainan pada ekstremitas.
 Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban, turgor kulit, apakah
ada lesi dan apakah ada penyekit kulit serta berapa hasil penilaian resiko dekubitus.
 Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score (GCS) cantum kan hasil
pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best motor, pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi,
kognitif, orientasi (tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, san senetuhan),
pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan ferleks
fisiologis.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai keadaan
kesehatan pada individu atau klompok (Martin dan Griffin, 2014).
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat mengumpulkan data-
data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa
medis. Setelah melakukan pengkajian keperawatan dan timbul diagnosa yang tepat. Menurut
Martin dan Griffin (2014), diagnosa keperawatan pada pasien kanker payudara meliputi:
defisiensi pengetahuan berhubugan dengan tes yang dilakukan dan penanganan yang dipilih,
gangguan citra tubuh berhubungan dengan kemungkinan kehilanga bagian tubuh atau fungsi
tubuh, gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau feminitas,
kecemasan berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, nyeri berhubungan dengan
insisi bedah pascaoperasi, ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang berpengaruh
pada aktivitas, gangguan proses keluarga berhubungan dengan dampak penyakit pada keluarga
dan perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan penolakan dari pasangan.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker payudara yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada, hambatan upaya
nafas (misalny nyeri saat bernafas). Kategori: fisiologi, subkategori: respirasi, kode:
D.0005.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi. kategori: pisikologi,
subkategori: nyeri dan kenyamanan, kode: D.0077.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan.
Kategori: fisiologi, subkategori: Nutrisi dan cairan, Kode: D.0019.
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (penekanan
massa kanker). Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi, kode:
D.0139.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Kategori: fisiologi, subkategori:
aktivitas dan istirahat, kode: D.0054.
6. Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh. Kategori:
psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0083.
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian. Kategori: psikologi,
subkategori: integritas ego, kode: D.0080.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Kategori: fisiologi,
subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0055.
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Kategori:
perilaku, subkategori: penyuluhan dan pembelajaran, kode: D.0111.
10. Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif. Kategori: lingkungan,
subkategori: keamanan dan proteksi, kode: D.0142.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan penilaian klinis dan
pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA,
2015). Membuat intervensi keperawatan membutuhkan keterampilan meliputi, penetapan
prioritas, penetapan tujuan klien (dalam prilaku yang dapat diukur) dan kriteria hasil serta
menetukan tindakan keperawatan (Martin dan Griffin, 2014).
Membuat prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan
sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan diselesaikan secara bersama. Menentukaan
tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan jangka panjang untuk mengatasi masalah secara umum dan
tujuan jangka pendek untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan
tujuan mencakup SMART yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurabel (dapat diukur),
achievable (dapat dicapai bersma pasien ), realistic (dapat dicapai dan nyata), dan timing (harus
ada target waktu).
Tabel
Intervensi keperawatan pada pasien Kanker Payudara

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Kategori : fisiologi  Respiratory status Manajemen
Subkategori : : ventilasi pernafasan dan
respirasi Kode :  Respiratory status pemantauan respirasi
D.0005 : airway patency 1.1 Monitor pola
Pola nafas tidak  Vital sign nafas
efektif berhubungan status Tujuan : (frekuensi,
dengan pola nafas menjadi kedalaman,
deformitas dinidng dada, efektif Kriteria usaha nafas)
hambatan upaya nafas (misalny hasil : 1.2 Monitor
nyeri saat bernafas) RR dalam batas saturasi
normal (16 – oksigen
Dibuktikan dengan : 24x/menit), jalan nafas 1.3 Posisikan semi
Mayor paten, suara nafas fowler atau
DS: vasikuler, pola nafas fowler
- Pasien mengatakan sesak normal, irama nafas Berikan oksigen
nafas DO: reguler, tidak ada
- Penggunaan otot suara nafas tambahan
bantu pernafasan
- Fase ekspirasi
terlihat memanjang
- Pola nafas
abnormal
(hiperventilasi)
Minor
DS:
- Pasien mengatakan sesak pada
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (NOC) (SIKI)
(SDKI)
posisi tidur saja
DO:
- Pernapasan cuping hidung

- Diameter toraks anterior


dan posterior meningkat

2. Kategori : pisikologi  Pain level Manajemen nyeri


Subkategori : nyeri 2.1 Identifikasi
dan kenyamanan  Pain kontrol lokasi,
Kode : D.0077 karakteristik,
Nyeri akut berhubungan Tujuan : nyeri hilang
atau nyeri berkurang durasi, frekuensi,
dengan agen cedera fisiologi
Kriteria hasil : kualitas, intensitas
Dibuktikan - Skala nyeri nyeri
dengan: Mayor berkurang (skala
2.2 Identifikasi
nyeri 2-3)
DS: respon nyeri non
- Pasien mengeluh nyeri - Klien mampu verbal
mengontrol nyeri
- Pasien mengatakan sulit 2.3 Berikan
dengan manajemen
tidur analgesik sesuai
nyeri non farmakologi
terapi
DO:
- Klien mampu
2.4 Ajarkan teknik
- Terlihat meringis menyatakan nyaman
setelah nyeri nonfarmakologi
- Bersikap protektif (mis. berkurang s untuk
waspada, posisi mengurangi
menghindari nyeri) nyeri

- Gelisah

- Frekuensi nadi meningkat

Minor
DO:
- Tekanan darah meningkat

- Pola nafsu makan berubah

- Proses berfikir terganggu

- Menarik diri

- Berfokus pada diri sendiri


3. Kategori : fisiologi  Nutrition status : Manajemen nutrisi
Subkategori : Nutrisi dan food and fluid 3.1 Identifikasi
cairan Kode : D.0019 intake status nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan  Weiht control 3.2 Monitor
mengabsorbsi nutrien ke asupan
jaringan Tujuan : nutrisi makanan
terpenuhi Kriteria hasil
Dibuktikan dengan: : 3.3 Monitor berat badan
Mayor - Tidak terjadi
DS: penurunan berat 3.4 Monitor
- Pasien mengatakan BB hasil
badan
turun DO: pemeriksaa
- Adanya n
- Berat badan turun minimal
peningkatan berat laboratoriu
- 10% dibawah rentang badan m
normal
- Tidak ada mual 3.5 Berikan medikasi
Minor dan muntah sebelum atau
sesudah makan
DS: - Mampu
- Pasien mengatakan menghabiskan porsi
cepat kenyang makannya

- Pasien mengatakan nafsu


makan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan (SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
menurun
- Pasien mengatakan
mual muntah

DO:
-Membran mukosa pucat
-Serum albumin turun
-Rambut rontok berlebihan
-Diare
4. Kategori : lingkungan  Tissue integrity : Perawatan luka
Subkategori : keamanan skin and musous 4.1 Monnitor
dan proteksi Tujuan: Integritas kulit karakteristik luka
Kode : D.0139 membaik (mis. drainase,
Gangguan integritas Kriteria hasil: warna, ukuran,
kulit/jaringan berhubungan - Menunjukan bau)
dengan faktor mekanik proses 4.2 Monitor tanda-
(penekanan massa kanker) penyembuhan tanda infeksi
luka 4.3 Pertahankan
Dibuktikan dengan : - Kebersihan dan teknik steril saat
Mayo kelembapan kulit melakukan
r DS: terjaga perawatan luka
- Pasien mengatakan nyeri - Kehangatan kulit 4.4 Ajarkan
- Pasien mengatakan merata prosedur
gatal DO: perawatan luka
- Kerusakan jaringan dan secara mandiri
lapisan kulit
- Adanya ulkus
kanker Minor
DO:
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
5. Kategori : fisiologi  Join movement : Dukungan mobilisasi
Subkategori : aktivitas dan active 5.1 Monitor TTV
istirahat Kode : D.0054  Self care : ADLs sebelum
Gangguan mobilitas Tujuan: Pergerakan meulai
fisik berhubungan aktifitas fisik mobilisasi
dengan nyeri meningkat Kriteria 5.2 Fasilitasi
hasil: melakukan
Dibuktikan dengan : - Klien meningkat mobilisasi fisikd
Mayor dalam aktifitas fisik 5.3 Libatkan
- Memverbalisasi keluarga untuk
. DS: perasaan dalam membantu
- Pasien mengatakan sulit meningkatkan pasien dalam
- menggerakan kekuatan dan meningkatkan
esktremitas DO: kemampuan pergerakan
- Kekuatan otot berpindah. 5.4 Jelaskan tujuan
menurun Minor - Mengerti tujuan dan prosdur
dari mobilisasi mobilisasi
DS:
- Pasien mengatakn nyeri
saat bergerak
DO:
- Fisik terlihat lemah
- Gerakan terbatas

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana harus
membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan Griffin, 2014).
Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang sebelumnya telah di
rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan implementasi hendaklah perawat
melihat respon subjektif maupun objektif pasien.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi proses (formatif)
dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil tindakan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan
sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjek, objektif,
analisis dan planing). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi
respon nonverbal dari pasien respon-respon tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi.
Sedangkan planing berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan tindakan
yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah
ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika klien menunjukan perubuahan pada sebagian
kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali.

6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan yang telah
dilakukan, dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan karena berguna untuk
menghindari kesalahan, menhindari kejadian tumpang tindih, memebrikan informasi
ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan terbinanya koordinasi antara teman sejawat atau
pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P., dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap
Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia
Surabaya. Journal Ilmiah Kesehatan Volume 9 nomor 2, (221-226)
Auran, K., P., isfandiarti, M., A. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap
Pengobatan Kanker Payudara Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Journal
Promkes Volume 3 Nomor 2, (218-228)
Diyono. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Post Operasi. https://docplayer.info/31788404-Pengaruh-teknik-relaksasi-
terhadap-penurunan-skala-nyeri-post-operasi-di-rumah-sakit-dr-oen-
surakarta.html. (diakses 30 mei 2019)
Boki Majapoh.A.,dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Kestabilan Pola Nafas. Journal Keperawatan Volume 3 Nomor 1
Brest Care Indonesia. (2017). Kanker payudara.
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Ca
ncer/Breast%20Cancer/Cancer-Breast-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf.
(diakses 2 Desember 2018)
Doenges, Marilynn, E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta:EGC.
Dyanna, Lenny. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme
Koping Pasien Post Op Operasi Mastektomi. Journal Keperawatan volume
2 nomor 1
Hananta. (2014). Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudar di Rumah Sakit
Dharmais Jakarta. Journal Dharmais Volume 13 Nomor 2, (84-94)
Indotang, Farach, E., F. (2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Ca Mamae. Journal Keperawatan Volume
2 Nomor 4
Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQhqyMV
5i/view. (diakses 2 Desember 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Ajak Masyarakat Cegah dan Kendalikan Kanker.
http://www.depkes.go.id/article/view/17020200002/kementerian-kesehatan-
ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html. (diakses 19 November
2018)
Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker
Payudara.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf. (diakses 19 Desember 2018)
Kusmawardani, Nunik. (2017). Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker.
https://media.neliti.com/media/publications/238464-penanganan-nutrisi-
pada-penderita-kanker-71770d9a.pdf. (diakses 30 mei 2019)
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.
Pelima, Citra, T., Pinonton, R., Odi. (2016). Hubungan Antara Sumber Informasi
dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Siswa Puteri SMA Negeri 2 Kota Kotamobagu. Journal Kesehatan
Masyarakat volume 2 nomor 2
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
Puspita, Rika., T. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh
Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners Indonesia
Volume 8 Nomor 1
Sari, Apriliya. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara. Journal Gajah Mada Volume 1
Nomor , (173-192)

Anda mungkin juga menyukai