Anda di halaman 1dari 6

Kumpulan abstrak

Efektivitas model kelompok keluarga mandiri untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia di Masyarakat
Wilayah DKI Jakarta, Ni Made Riasmini, 2013
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20350880&lokasi=lokal#parentHorizontalTab5 diakses tgl 20 maret 2018 pkl 7.03 WIB

Pemberdayaan keluarga melalui aktivitas kelompok sangat penting untuk meningkatkan


kemampuan koping dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat lansia. Tujuan penelitian yaitu memperoleh model kelompok keluarga mandiri
yang efektif untuk mengurangi beban merawat dan meningkatkan kualitas hidup lansia.
Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui tiga tahapan penelitian
yaitu Tahap I : Identifikasi masalah dan kebutuhan melalui penelitian kualitatif dengan
desain fenomenologi deskriptif dan trianggulasi sumber data; Tahap II :
pengembangaan model kelompok keluarga mandiri hasil integrasi antara penelitian
tahap 1, studi literatur dan konsultasi pakar; Tahap III : uji coba model dengan
experiment with control group design. Strategi sampling menggunakan cluster
multistage method dengan jumlah sampel sebanyak 196. Hasil penelitian diperoleh : 1)
Tahap I : diperoleh 15 tema; 2) Tahap II dihasilkan model kelompok keluarga mandiri
dengan 4 modul dan buku kerja untuk pelaku rawat dan panduan bagi fasilitator dan
supervisor; 3) Tahap III : terdapat perbedaan bermakna beban merawat, kemampuan
merawat (pengetahuan, sikap dan keterampilan), kepuasan merawat, status kesehatan
dan kualitas hidup lansia antar pengukuran (3 bulan dan 6 bulan sesudah intervensi
model) diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kesimpulan, model
kelompok keluarga mandiri efektif mengurangi beban merawat, meningkatkan
kemampuan merawat, kepuasan merawat, status kesehatan dan kualitas hidup lansia.
Rekomendasi : 1) Replikasi model di seluruh wilayah Indonesia yang diintegrasikan
pelaksanaannya dengan posyandu lansia; 2) Pelatihan berkelanjutan bagi perawat
puskesmas dan kader lansia sebagai pendamping bagi pelaku rawat dalam merawat
lansia di rumah; 3) Penelitian lanjut yaitu pengembangan model kelompok swabantu
bagi lansia; grounded theory untuk membangun konsep beban.;

Pengaruh social engagement terhadap fungsi kognitif lanjut usia di Jakarta = The influence of social engagement
on cognitive function among elderly in Jakarta, Budi Riyanto reksoatmodjo, 2013

http://lib.ui.ac.id/detail?id=20329067&lokasi=lokal#parentHorizontalTab5

diakses tgl 20 maret 2018 pkl 7.08 WIB

Efektivitas model keperawatan keluarga santun lansia dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keluarga pada
lansia di Depok, Jawa Barat = The effectiveness of the cordial older family nursing model in order to improve the
quality of family care for older persons / Etty Rekawati

http://lib.ui.ac.id/detail?id=20390564&lokasi=lokal diakses tgl 20 maret 2018 pkl 7.15 WIB

Peningkatan harapan hidup manusia akan menambah populasi lanjut usia diikuti dengan peningkatan problem,
antara lain penurunan fungsi kognitif. Salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif ialah social engagement
yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Penelitian dilakukan menggunakan metode cross sectional di
kelurahan Jelambar dan Jelambar Baru, Jakarta atas 286 lanjut usia yang tinggal di keluarga dan di panti werdha
menunjukkan adanya pengaruh social engagement terhadap fungsi kognitif lanjut usia, terutama di kalangan
panti werdha. Social engagement buruk berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif setelah dikendalikan oleh
aktivitas kognitif, khususnya pada kelompok social engagement buruk dan tinggal di panti; di kelompok lanjut
usia perempuan, social engagement buruk berhubungan dengan fungsi kognitif lebih rendah. Komponen social
engagement yang paling berperan terhadap fungsi kognitif para lanjut usia adalah aktivitas di masyarakat dan
keanggotaan di kelompok masyarakat lain. Kegiatan ke luar rumah dan berbelanja, dan kerja sukarela/amal
merupakan komponen aktivitas di masyarakat yang paling berpengaruh. Di kalangan perempuan, komponen
social engagement yang paling berpengaruh adalah keanggotaan di kelompok lain. Aktivitas kognitif yang
terbesar pengaruhnya adalah masak sendiri dan menonton siaran televisi berita.;

Keperawatan Keluarga Santun Lansia sebagai pendekatan pemberdayaan


keluarga dalam meningkatkan dukungan dan strategi koping keluarga, serta
menurunkan beban keluarga dalam merawat lansia untuk melakukan perawatan
secara optimal pada lansia. Tujuan penelitian yaitu memperoleh model
keperawatan keluarga santun lansia dalam upaya peningkatan kualitas asuhan
keluarga pada lansia.

Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui


3 (tiga) tahapan penelitian yaitu; Tahap I : Identifikasi masalah dukungan, strategi
koping, beban keluarga dalam merawat lansia, status kesehatan lansia dan
kejadian salah perlakuan pada lansia. dengan desain kuantitatif (cross-sectional)
dengan jumlah sampel sebanyak 135; Tahap II : pengembangan model
keperawatan keluarga santun lansia hasil integrasi penelitian tahap 1, studi
literature dan konsultasi pakar; Tahap III : Uji coba model dengan quasieksperiment
pre-post test with control group dengan jumlah sampel sebanyak 108.
Hasil penelitian diperoleh : 1) Tahap I : dukungan informasional dan strategi
koping Acquiring Social Support adalah variabel dominan terjadinya salah
perlakuan; 2) Tahap II dihasilkan model keperawatan keluarga santun lansia
dengan modul, buku kerja dan kurikulum pelatihan; 3) Tahap III : terdapat
perbedaan bermakna dukungan keluarga (dukungan informasional dan
instrumental), strategi koping keluarga, dan salah perlakuan pada lansia antar
pengukuran 3 bulan setelah penerapan model diantara kelompok intervensi dan
kontrol. Kesimpulan : model keperawatan keluarga santun lansia efektif
meningkatkan dukungan informasional dan instrumental keluarga, meningkatkan
penggunaan seluruh strategi koping keluarga, dan meningkatkan kemampuan
keluarga untuk tidak melakukan salah perlakuan pada lansia. Rekomendasi : 1)
Replikasi model di seluruh Indonesia; 2) Pelatihan berkelanjutan bagi perawat,
kader kesehatan dan pelaku rawat dalam merawat lansia di rumah; 3) Penelitian
lanjutan yaitu mengidentifikasi lebih objektif mengenai beban pelaku rawat dalam
merawat lansia, kualitas hidup lansia yang berkaitan dengan penerapan Model
Keperawatan Santun Lansia, difokuskan pada dukungan informasional dan
strategi koping Acquiring Social Support yang merupakan variabel yang dominan
terhadap;

Badan Pusat Statistik, (2017) Apa Itu Indeks Pembangunan Manusia? https://www.bps.go.id/subject/26/indeks-
pembangunan-manusia.html#subjekViewTab1 diakses tgl 22 Maret 2018 pkl 3.45 WIB

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM
diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan
dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM
dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: Umur panjang dan hidup sehat, Pengetahuan dan Standar
hidup layak

Sistem pelayanan kelompok Bina Keluarga Lanjut Usia (BKL): studi kasus pada kelompok BKL Bougenville
Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota
Bandunghttp://lib.ui.ac.id/detail?id=71739&lokasi=lokal#parentHorizontalTab5 diakses tgl 25 mar 2018 pkl 21.20
Peningkatan jumlah penduduk lansia disatu sisi menggembirakan yaitu mencerminkan meningkatnya kualitas
kesehatan masyarakat, namun pada sisi lain menimbulkan permasalahan bagi lansia berupa permasalahan
umum, permasalahan fisik, psikologis dan sosial ekonomi, juga bagi pemerintah yaitu berkaitan dengan
penyediaan berbagai pelayanan. Keluarga diharapkan dapat menjadi lingkungan utama dalam pelayanan lansia.
Dengan demikian, program-program pelayanan lansia yang berbasiskan pada keluarga merupakan program
yang perlu dikembangkan.

Penelitian ini berupaya untuk mengkaji sistem pelayanan BKL di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung
Kidul Kota Bandung. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimana keadaan kelompok BKL
sebagai sistem pelaksana perubahan; (2) bagaimana keadaan sistem kegiatan kelompok BKL; (3) bagaimana
keadaan sistem sasaran kelompok BKL dan; (4) bagaimana keadaan sistem klien kelompok BKL. Jenis
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Berdasarkan hal tersebut, maka jenis penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan sistem pelayanan kelompok BKL Bougenville di Kelurahan Batununggal Kecamatan
Bandung Kidul Kota Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Populasi
penelitian adalah para pengurus 18 orang dan para anggota kelompok BKL sebanyak 92 orang. Dengan
menggunakan teknik sensus maka keseluruhan responden diambil dalam penelitian ini, sedangkan key person
untuk wawancara mendalam digunakan teknik purposive sampling sebanyak tiga orang.

Kerangka teori utama yang digunakan adalah sistem dasar praktek pekerjaan sosial. Kerangka ini mengacu
pada pendekatan pekerjaan sosial yaitu dualistic aproach maksudnya pekerja sosial berusaha melakukan
perubahan terhadap masalah yang dihadapi oleh klien, juga melakukan usaha perubahan terhadap lingkungan
sosial klien tersebut. Dengan demikian, suatu usaha perubahan yang dilakukan oleh pekerja sosial

memunculkan sub-sub sistem dalam sistem dasar praktek pekerjaan sosial yaitu sistem pelaksana perubahan,
sistem kegiatan, sistem sasaran, dan sistem klien. Kerangka analisis penunjang menggunakan pelayanan sosial
dan teori tentang lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok BKL merupakan kelompok sosial yang berada di dalam
iingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta
keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL adalah
kegiatan agama, kegiatan kesehatan, kegiatan olah raga, kegiatan keterampilan dan kegiatan usaha, kegiatan
anjang sana, serta kegiatan pertemuan lansia. Kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang diangggap
berkompeten dalam bidangnya. Sistem sasaran BKL mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL, sedangkan sistem kliennya adalah
orang-orang yang menjadi anggota BKL.

Dilihat dari sistem dasar praktek pekerjaan sosial, maka kelompok BKL dianggap: (a) sebagai sistem pelaksana
perubahan yaitu kelompok yang berada dilingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam
meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia; (b) sistem kegiatan
kelompok BKL adalah orang-orang yang dianggap ahli dalam bidangnya masih terbatas pada kegiatan tertentu
saja; (c) sistem sasaran seharusnya adalah keluarga bukan kelompok-kelompok yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya; dan (d) sistem klien seharusnya adalah lansia bukan semua orang
yang menjadi peserta BKL.

Saran yang dirumuskan meliputi saran akademik adalah perlunya penelitian pekerjaan sosial dengan
menggunakan perspektif pekerjaan sosial, sedangkan saran praktis ditujukan bagi pengembangan pelayanan
sosial bagi lansia meliputi pengembangan pelayanan bagi keluarga lansia dengan menggunakan pendekatan
sistem dasar praktek pekerjaan sosial, dan pendekatan budaya berupa sosialisasi nilai-nilai kepada anggota
keluarga dan pelayanan sosial bagi lansia secara umum berupa pemberdayaan lembaga panti werda baik yang
bersifat komersial maupun non komersial, sedangkan penciptaan pelayanan sosial yang baru yaitu
mengupayakan pelayanan baru terutama pelayanan yang ditujukan untuk menunjang aktivitas lansia misalnya
penyediaan fasilitas umum.
Eko Sriyanto

Jurnal : Kawistara 2012, II(1)

Tahun : 2012

LANJUT USIA: ANTARA TUNTUTAN JAMINAN SOSIAL DAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN

Pelayanan sosial dan jaminan sosial bagi lansia (PSJSLU)hingga tahun 2010 hanya mampu menjangkau 143.1311ansia
(Direktorat PSLU,2010) dari ekspektasi melayani 2,4 juta jiwa lansia miskin dan terlantar (BPS, 2010). Keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam menyediakan PSJSLU bagi seluruh lansia, maka diperlukan terobosan baru untuk menjaga
keberlanjutan kehidupan lansia. Salah satu alternatif untuk membantu lansia mengatasi kerentanan psikososial dan fisiknya
melalui skema pemberdayaan. Kerentanan psikososiallansia meliputi aspek ekonomi, sosial dan psikologis sehingga perlu
pemahaman komprehensif dalam merencanakan skema program bagi lansia. Pemberdayaan lansia membentuk pola aktivitas
lansia yang bermanfaat mengisi waktu luang, menciptakan hubungan sosial, mengurangi perasaan kesendirian, menjaga
hubungan timbal-balik antara lansia dengan lingkungannya, menambah pendapatan, menjaga eksistensi diri dan
meningkatkan kapa~tas terkait kesehatan maupun ketrampilan lansia. Pola pemberdayaan yang dikembangkan harus
mempertimbangkan beberapa aspek, seperti potensi karakter wilayah, struktur sosial demografi dan pelaku lintas generasi.
Alternatif program pemberdayaan lansia melalui us aha produktif (panti dan non-panti) dan aktivitas sosial (sukarelawan).

Ageing in Indonesia – Health Status and Challenges for the Future


by Kadar, Kusrini S; Francis, Karen; Sellick, Kenneth
Ageing International, 12/2013, Volume 38, Issue 4

Ageing and problems concerning the aged were until recently the domain of developed countries, but they are now
becoming an increasing and alarming reality in developing and underdeveloped countries such as Indonesia. Families
and even the nation are facing many challenges relating to support for the elderly. This is because in the past
developing policies, and caring for, the elderly were not major priorities of Government as the elderly represented a
small percentage of Indonesia's population. One of the challenges impacting on the provision of care for the elderly is
the lack of health service programs for the elderly who are living in their own homes. Health personnel shortages
including community health nurses have been identified as a significant contributor to this health service problem. This
paper will initially consider Indonesia's geography as a nation comprising many islands. It will then discuss the impact of
a changing population profile and present an overview and critique of the current level of health services provided to
promote wellbeing for the elderly.

 Source:
o Gadjah Mada University Electronic Theses & Dissertations


 Publisher:Universitas Gadjah Mada


 Pages:xiv, 198

 Date :2009

Implementasi kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia di Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku
by CHANIAGO, Wahyu Fatimah; Dr. Ambar Widaningrum, MA
2009
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Source:
o Gadjah Mada University Electronic Theses & Dissertations


 Publisher:Universitas Gadjah Mada


 Pages:xv, 92

 Date :2011

KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH


PENDUDUK LANJUT USIA DI...
by Fitri Damayanti; Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes
2011

Background: Life expectancy has been one of the indicators in measuring the development of human index in a country.
It has implications to the increase of the elderly each year. This situation is mostly unparalleled with the ease of access
to health services, health insurance coverage and health program. Health facilities gave less attention and services to
elderly, which would cause lower number of health services utilization provided by the government in Indonesia. This
research aims to identify and analyze the factors that affect health services utilization among elderly in Tarakan.
Method: This analytic study using cross sectional survey design with quantitative approach. Primary data collected
using questionnaire to the elderly over 60 years old in Tarakan with simple random sampling techniques to 345
respondents. Statistical analysis used univariable, bivariable, and multivariable. Result: In 2010, 13,9% of elderly in
Tarakan were insured and 86,1% had public coverage. This study found that variables of cost sharing, the perceived to
illnesses, and the distance to the healths facilities (hospital) had significant affected to the health service utilization by
elderly people in Tarakan (p<0,05). Whilst variables of ability to pay, health insurance ownership, transportation, and
health service facilities have no significant affected to the health service utilization among the elderly. Conclusion: The
specific needs of elderly warrant consideration ongoing development programme in Tarakan and evaluation of policies
aimed at reducing uncompensated care costs. More attention is needed to improve the utilization of health care with
expand access and coverage health insurance for elderly with inadequate insurance coverage

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

 Source:
o Gadjah Mada University Electronic Theses & Dissertations


 Publisher:Universitas Gadjah Mada


 Pages:xii, 94

 Date :2007
















 Subjects:

Puskesmas, Penduduk Usia Lanjut, Pelayanan Kesehatan



 Language:Indonesian
 Copyright:1

Pelayanan kesehatan bagi penduduk usia lanjut oleh Puskesmas Pembantu Demulih
by SUKARYA, I Putu; Prof.Dr. Mudiyono
2007

 Source:
o Gadjah Mada University Electronic Theses & Dissertations


 Publisher:Universitas Gadjah Mada


 Pages:xii, 72

 Date :2003

 Subjects:

Pemanfaatan Layanan, Lansia, Manajemen Kesehatan Masyarakat



 Language:Indonesian
 Copyright:1

Sumber daya keluarga dan penggunaan pelayanan kesehatan profesional
penduduk lanjut usia di Indonesia
 by SUSILAWATI, Cahyani; dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA
 2003
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai