Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Dwi Apri Wijaksana ( 19010011 )


2. Gita Fitria ( 19010015 )
3. Indah Putriani ( 19010019 )
4. Juniarti Asyari ( 19010021 )
5. Kerina ( 19010024 )
6. Minawati ( 19010029)
7. Muhamad Alfa Reza ( 19010030 )
8. Muthia Nabilla ( 19010032 )
9. Riska Sustari ( 19010042 )
10. Sivana ( 19010050 )

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKALPINANG


APRIL 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN ANAK pada
Program Studi D3 keperawatan Akademi Keperawatan Pangkalpinang dengan ini penulis
mengangkat judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM”
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan masukan dan saran-saran yang positif sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan makalah ini untuk tugaas yang akan datang. Semoga makalah ini akan benar-
benar memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi para pembacanya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pangkalpinang, 26 april 2021


Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1. Latar belakang................................................................................................ 1
2. Rumusan masalah...........................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................
4. Manfaat..........................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kejang Demam
1. Anatomi Fisiologi......................................................................................
2. Definisi Kejang Demam............................................................................
3. Etiologi......................................................................................................
4. Patofisiologi dan Pathway.........................................................................
5. Klasifikasi..................................................................................................
6. Manifestasi Klinis......................................................................................
7. Komplikasi.................................................................................................
8. Penatalaksanaan.........................................................................................
9. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................
5. Evaluasi Keperawtan.................................................................................
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSAKA

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Kejang Demam ?

3. Tujuan

3.1. Tujuan Umum

Untuk melakukan Asuhan keperawatan pada pasien Kejang Demam

3.2. Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pada pasien Kejang Demam


2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Kejang Demam
3. Penulis mampu merencanakan asuhan pada pasien Kejang Demam
4. Penulis mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien Kejang
Demam
5. Penulis mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada pasien
Kejang Demam.

4. Manfaat Penulisan
4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai asuhan


keperawatan pada pasien Kejang Demam. Dan juga sebagai acuan dalam mengembangkan
ilmu keperawatan

4.2. Bagi Penulis

Manfaat penelitian bagi penulis adalah menambah wawasan penelitian tentang asuhan
keperawatan pada pasien Kejang Demam.

1
4.3. Bagi Penderita dan Keluarga

Manfaat penelitan bagi penderita hipertensi dan keluarga yang agar penderita dan
keluarga mengetahui tentang penyakit Kejang Demam serta perawatan yang benar agar klien
mendapat perawatan yang tepat.

4.4. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
petugas kesehatan khususnya perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Kejang Demam

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEJANG DEMAM


1. Anatomi & Fisiologi
1. Anatomi
a. Otak

Gambar 1. Otak

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Bagian-bagian otak :
1) Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di
bawah sulkus hipotalamik dan di depan nukleus interpundenkuler
hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada
anterior dan inferior talamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem
syaraf autonom juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan
keeimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui
peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan mengontrol
berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan
seksual dan pusat respon emosional.

3
2) Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitasprimernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima
semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3) Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang
berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini bertugas
mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek serebri.
4) Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormon-hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis merupakan
bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa.
5) Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik tersebut
akan menghambat nafsu makan.
6) Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen yang
terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan keempat
hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain.

2. Fisiologi
Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
a. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin di sebabkan oleh pelepasan
prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin ke dalam hipotalamus
menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja langsung pada
hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin.

b. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh
semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari
tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran nafas dan kulit.
Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena
kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim
dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi
tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan.

4
2. Definisi Kejang Demam
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara.
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38°c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus.
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

3. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan
gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subkutan, sabagian kejang merupakan
idiopatuk.
1. Intrakranial
1) Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
2) Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
3) Infeksi : Bakteri virus dan parasit
4) Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
1) Gangguan metabolik :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K).
2) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
3) Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan
dan kekurangan asam amino.
3. Idiopatik
1) Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5.

5
4. Patofisiologi Dan Pathway
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan
fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang
disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2) Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

6
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 38oC pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC. Dari kenyataan
ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu
berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama
( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah
yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”
di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

7
5. Klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik.
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan
tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang
tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

8
2. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1–3
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek
moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

6. Manifestasi Klinis
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu
atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi Tanda
atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
4) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama
b. Parsial kompleks
1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks.
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

9
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik.Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan-kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik kronik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1
menit.
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal.
d. Kejang atonik
1) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

10
7. Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua,
sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak
mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi.
Epilepsi pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan
epilepsi timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang demam dapat menimbulkan
epilepsi, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang dialami oleh
anak dengan epilepsi pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu antara 95 – 98 %
anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsi.
Komplikasi yang paling umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam
berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali.
Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika :
1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi.
2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit.
3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya.
Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor:
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam.
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda
usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang
berulang.

11
8. Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok atau penggaris,
karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan nafas.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk di bawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir ( jika < 10 menit ), anak perlu di bawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kakakuan leher, muntah-muntah yang
berat,atau anak terus tampak lemas.

Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan, penanganan yang akan di lakukan selain point-
point di atas adalah sebagai berikut :
1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat.
2. Pemberian oksigen melalui face mask.
3. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang
selang infuse 0.2 mg / kg per infus.
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan

12
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian diazepam 0.2 mg / kg per infuse diulangi. Jika belum terpasang selang infus
0.5 mg / kg per rektal.
2. Pengawasan tanda – tanda depresi pernapasan.
3. Pemberian fenobarbital 20 – 30 mg / kg per infuse dalam 30 menit atau fenitoin 15–40
mg / kg per infuse dalam 30 menit.
4. Pemberian Fenitoin hendaknya di sertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

9. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
2. Pemindaian CT : Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–
daerah otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran
darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
1) Pungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler.
2) Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) GDA
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah

13
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Fokus
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : keletihan,kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja yang
di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan kesehatan atau
orang lain.
Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter.
2. Sirkulasi atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot
Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis
Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan.
3. Eliminasi nadi dan pernafasan.
Gejala : inkontinensia episodic
Tanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan kandung kemih tonus spingfer
postikal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urin atau Fekal).
4. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang.
Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang).
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku
distraksi atau gelisah
6. Pernafasan
Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat peningkatan
sekresi mucus.
7. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur
Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh.

14
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
2) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang.
3) Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 – 37,5ºC (bayi), 36 – 37,5ºC (anak)
3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1) Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap
keringat.
2) Berikan kompres dingin
Rasional: Perpindahan panas secara konduksi
3) Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional: Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4) Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional: Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
5) Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional: Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6) Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai instruksi.
Rasional: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

15
2. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana Tindakan :
1) Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional: meminimalkan injuri saat kejang
2) Tinggalah bersama klien selama fase kejang.
Rasional: meningkatkan keamanan klien.
3) Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional: menurunkan resiko trauma pada mulut.
4) Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot
volunter berkurang.
5) Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
6) Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional: mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

3. Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan


keterbataaan informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat.

16
2) Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional: Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah
wawasan keluarga.
3) Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional: Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
4) Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang
demam, antara lain :
a. Jangan panik saat kejang
b. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
c. Kepala dimiringkan.
d. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan
ke mulut.
e. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai
keadaan tenang.
5) Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
Rasional: Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatan.
6) Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
Rasional: Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
7) Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari
orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu.
Rasional : Sebagai upaya preventif serangan ulangera bawa ke rumah sakit bila kejang
lama.
8) Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan
kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
Rasional: Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang
demam

17
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan setelah renacana keperawatan disusun, selanjutnya
menerapkan rencana keperawatan dalam suatu tindakan keperawatan dalam bentuk nyata agar
hasil yang diharapkan dapat tercapai, sehingga terjalin interaksi yang baik antara perawat,
klien dan keluarga. Implementasi mrupakan tahap keempatdari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatan respons pasien terhadap setiap
inervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan revisi rencana perawatan
dalam tahap proses keperawatan berikutnya ( Nursalam, 2009)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
menentukan perkembangan dan kemampuan pasien mencapai sasaran yang telah diharapkan.
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien tehadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi
kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil. ( Nursalam, 2009).

18
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara.
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38°c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus.
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
2) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang.
3) Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi.

B. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah dan mengembangkan
referensi tentang penyakit Kejang Demam dalam melakukan study di fakultas keperawatan
serta bagi perawat diharapkan juga menangani dan menanggulangi penyakit Kejang Demam
pada kliennya

19
DAFTAR PUSTAKA

Lynda, Juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Marilyn, E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Rendle, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi ke 6. Jakarta: Binapura Aksara

Santosa, NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: DEPKES RI

Wahidiyat, Iskandar 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika

Sukarmin Sujono Riyadi.(2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak.Yogyakarta:Graha Ilmu

Ridha Nabiel.(2014).Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lestari Titik.(2016). Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta:Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai