Anda di halaman 1dari 4

Nama : Minawati

Nim : 19.01.0029

A. Landasan Teori

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalamhal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
urin (NKF,2016). Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan-lahan kearah
yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal
ginjal yaitu gagal ginjal akut dangagal ginjal kronis (Wilson, 2005, dalam Nurani
& Mariyanti, 2013).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta
bersifat persisten dan irrever-sibel (Mansjoer, 2000, dalam Nurani & Mariyanti,
2013).Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
National KidneyFoundation (2016), penyakit gagal ginjal kronik dikarenakan
adanya kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurangdari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih dari tiga
bulan. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau penanda
kerusakan, termasuk kelainan pada darah atau tes urine atau studi pencitraan.

B. Kasus tentang hak dan kewajiban pasien


Yanti (40 tahun) sejak tahun 2004 ( 10 Juli ) adalah pasien RS Depati
Hamzah. Diagnosa ahli penyakit dan ahli ginjal RS (berdasarkan hasil lab)
dinyatakan bahwa pasien mengalami gagal ginjal. Untuk itu tidak ada cara lain
selain melakukan cuci darah (hemodialisa/HD) atau melakukan cangkok ginjal.
Atas diagnosa dan saran dokter, pasien menyatakan tidak bersedia
melakukannya. Kemudian pasien hanya mau dilakukan pengobatan melalui obat
dan suntikan. Setelah merasa sehat, Yanti atas permintaan sendiri keluar dari RS
(16 Juli).
Tahun 2005 (20 Oktober), Yanti masuk RS lagi di Depati Hamzah juga.
Diagnosa dokter tetap sama, bahwa pasien harus melakukan cuci darah atau
cangkok ginjal. Namun Yanti menolak dan tetap minta pengobatan seperti tahun
2004. Setelah mersa sehat, kembali atas permintaan sendiri Yanti minta pulang
(5 November).
Awal tahun 2008 (16 Februari), Yanti dibawa lagi ke RS. Saat itu
kondisinya tampak lemas, napas terengah-engah dan merasa sesak. Saat masuk,
dokter yang merawat menyatakan kritis dan tidak ada pilihan lain kecuali cuci
darah. Dengan persetujuan salah satu kakaknya (Andi), karena Yanti tidak dapat
diajak bicara, kakaknya setuju untuk dilakukannya cuci darah/HD. Mengatasi
masalah kritis tersebut , dokter sudah menyatakan jika tubuh pasien masih mampu
bertahan melewati masa kritis, HD dapat dilakukan maka akan selamat. Tetapi
sebaliknya jika tidak, pasien tidak akan selamat. Atas penjelasan tersebut,
keluarga pasien memahami dan menerima. HD kemudian dilakukan dan berjalan
sampai 2 kali. Pada saat dilakukan HD yang ketiga, diruang HD tiba-tiba Yanti
kejang-kejang dan sesak nafas. Oleh para medis yang sedang menjalankan tugas,
sudah dilakukan tindakan medik, namun ternyata Yanti meninggal. Yanti
dinyatakan meninggal pada pukul 15.30 WIB, 22 Februari. Saat itu yang
menunggu yaitu Andi dan Linda (adik Yanti). Andi dan Linda merasa keanehan
pada saat dilakukan HD yang ketiga, yaitu :
Kondisi Yanti saat itu sebelum masuk ruang HD terlihat baik, bisa diajak
berbicara, tidak ada tanda-tanda kritis. Yanti dapat menangkap pembicaraan
dengan orang lain meskipun dalam tubuh Yanti pada saat itu dilakukan
traechoscomi (lubang pernafasan lewat tenggorokan). Para medis saat cuci darah
tampak bergerombol dan membaca koran ataupun menonton tv diruang HD.
Saat Yanti kejang, ada salah satu para medis yang menggomel/komentar
“baru 1 jam HD kok sudah kejang-kejang” Alat HD sering berbunyi dan jika
berbunyi oleh para medis, alat HD ditekan-tekan tetapi justru oleh cleaning
service yang bukan menjadi kewenangannya. Atas keanehan tersebut, Andi dan
Linda menyampaikan pada anggota keluarga yang lain (Tomo, Nita dan
Joni/saudara kandung Yanti).
Keanehan tersebut menyebabkan keluarga berkesimpulan bahwa para
medis telah menjelaskan keanehan atau setidak-tidaknya melakukan kelalaian .
Kemudian mereka meminta penjelasan lebih lanjut pada dokter yang merawat.
Merasa tidak puas, akhirnya mereka mencari ahli hukum (advokat) untuk
menggugat RS Depati Hamzah yang dinilai telah melakukan kesalahan dan atau
kelalaian dalam menanggani pasien yang mengakibatkan meninggalnya pasien.
Kuasa hukum dari keluarga meminta dan menuntut agar RS meminta maaf
secara terbuka di media cetak dan membayar ganti rugi sebesar 3 Milyar. Atas
permintaan tersebut, maka dari itu keluarga pasien memiliki alasan yang sah
untuk mengajukan gugatan. Kuasa hukum sudah menempuh upaya musyawarah
kepada pihak RS tetapi hasilnya juga tidak memuaskan. Aakhirnya kuasa hukum
sebagai advokat atas kuasa para saudara Yanti mengajukan ke pengadilan.

C. Penyelesaian / Pembahasan
1. Dari kasus di atas dapat dianalisa bahwa hak pasien dapatkan adalah :
 Mendapatkan perawatan medis sebagaimana mestisnya.
 Mendapatkan kenyamanan dalam menjalani terapi Hemodialisa diuang
terapi dengan sebagaiman mestinya.
 Mendapatkan fasilitas yang berkualitas pada saat pasien terapi
Hemodialisa, sehingga tidak terjadi kerusakan pada alat seperti kasus di
atas.

2. Dari kasus di atas dapat dianalisa bahwa kewajiban pasien yang harus
dilakukan yaitu :
 Menaati peraturan kaidah pengobatan yang sudah dijelaskan oleh dokter,
supaya pasien segera dilakukan Hemodialisa, dan jangan menunda
pengobatan

D. Kesimpulan
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalamhal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
urin. Berdasarkan kasus di atas pasien tidak mendapatkan pelayanan yang prima
pada saat terapi Hemodialisa, dan Pasien juga tidak mentaati peraturan kaidah
yang sudah dijelaskan oleh dokter, supaya pasien segera dilakukan Hemodialisa,
dan jangan menuda pengobatan agar pasien selamat dan sehat/pulih kembali
dalam keadaan normal, karena pasien tidak mentaati dan menunda pengobatan
yang sudah dijelaskan oleh dokter, maka pasien dinyatakan meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai