(HEPATITIS)
DISUSUN OLEH
NAMA : PURNATIKA
NIM : P07120421120N
KELAS : B
1) HBsAg
Suatu protein yang merupakan selubung luar partikelhepatitis B.
HBsAg yang positif menunjukan bahwa pada saat itu yang
bersangkutan mengidap infeksihepatitis B.
2) Anti-HBs
Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HBsAg
hilang. Anti-HBs yang positif menunjukan bahwa individu yang
bersangkutan telah kebal terhadap infeksi hepatitis B baik yang
terjadi setelah suatu infeksi hepatitis B alami atau setelah dilakukan
imunisasi hepatitis B.
3) HBcAg
HBcAg merupakan salah satu antigen yang terdapat dalam partikel
inti. Dengan cara biasa antigen ini tidak dapat dideteksi dalam darah
karena tertutup oleh HBsAg. HBcAg hanya dapat dideteksi dalam
jaringan hati.
4) Anti-HBc
Antibodi terhadap proteincore. Antibodi ini muncul pada semua
kasus dengan infeksi hepatitis B pada saat ini (current infection)
atau infeksi pada masa lalu (past infection). Anti-HBc dapat muncul
dalam bentuk IgM anti-HBc yang sering muncul pada hepatitis B
akut. Karena itu positifnya IgM anti-HBc pada kasus hepatitis akut
memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun karena IgM anti-
HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan
reaktivasi, IgM anti-Hbc tidak dapat dipakai untukmembedakan
hepatitis akut dengan hepatitis kronik secara mutlak.
5) HBeAg
Suatu protein non struktural dari hepatitis B (bukan merupakan
bagian dari hepatitis B) yang disekresikan ke dalam darah dan
merupakan produk gen precore dan gen core. Didapatkan pada fase
awal hepatitis akut atau kronik. Positifnya HBeAg merupakan
petunjuk adanya aktivitas replikasi hepatitis B yang tinggi dari
seorang individu HBsAg positif.
6) Anti-HBe
Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi hepatitis B tipe
liar. Positifnya anti-HBe menunjukan bahwa hepatitis B ada dalam
fase nonreplikatif. Berbeda dengan anti-HBc atau anti-HBs yang
bertahan lama, anti-HBe biasanya hilang setelah beberapa bulan
atau tahun.
7) DNA HBV
Positifnya DNA hepatitis B dalam serum menunjukan adanya
partikel hepatitis B yang utuh (partikel Dane) dalam tubuh
penderita. DNA hepatitis B adalah pertanda jumlah virus (viral
load) yang paling peka (Saputra, 2020).
C. Cara Penularan Penyakit Hepatitis
Cara penularan VHB dapat melalui transfusi darah yang
terkontaminasi VHB dan mereka yang sering mendapat hemodialisis.
Selain itu, VHB dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka/ lecet pada
kulit dan selaput lender, contohnya tertusuk jarum/ luka benda tajam,
menindik telinga, pembuatan tattoo, pengobatan tusuk jarum
(akupuntur), kebiasaan menyuntik diri sendiri, dan menggunakan
jarum suntik yang kotor/ kurang steril. Penggunaan alat kedokteran
dan alat perawatan gigi yang sterilisasinya kurang sempurna/ kurang
memenuhi syarat akan dapat menularkan VHB. Penularan dapat
melalui saliva/ air ludah yaitu berciuman dengan penderita Hepatitis
B dan dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi. Hal ini
kemungkinan disebabkan selaput lendir tubuh yang melapisinya
terjadi diskontinutas sehingga VHB mudah menembusnya. Penularan
infeksi VHB dari seorang ibu pengidap VHB kepada bayinya sebelum
persalinan (infeksi perinatal) juga dapat terjadi (Amtarina et al.,
2009).
D. Pengobatan Penyakit Hepatitis
HBeAg (-) dan anti-HBe (+)i HBVDNA( -) dan tidak ada tanda-
tanda sirosis hati. Pengidap yang termasuk golongan ini jumlahnya
paIing besar, dahulu dinamakan pengidap sehat (healthy carrier).
Istilah "healthy carrier" ini sekarang jarang dipakai, sebab dapat
memberi kesan bahwa penderita dalam keadaan sehat. Sebagian
besar golongan ini tidak akan berlanjut ke stadium yang lebih jelek.
Ternyata pada sebagian tetap dapat terjadi sirosis dan kanker. Karena
itu golongan ini tetap harus diawasi supaya bila terjadi reaktivasi
repIikasi virus dapat terdeteksi secara dini (Pasifik and Penularan).
Cara pengawasannya dengan memeriksa kadar SGPT tiap 6
bulan. Bila ditemukan peningkatan disusul dengan pemeriksaan
HBeAg dan HBVDNA. Tindakan berikutnya disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan seromarker tersebut (Pasifik and Penularan).
E. Cara Pencegahan Penyakit Hepatitis
Pencegahan umum hepatitis B berupa uji tapis donor darah
dengan uji diagnosis yang sensitif, sterilisasi instrumen secara
adekuat-akurat. Alat dialisis digunakan secara individual, dan untuk
pasien dengan HVB disediakan mesin tersendiri. Jarum disposable
dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum (Wahyudi, 2017)
Pencegahan untuk tenaga medis yaitu senantiasa menggunakan
sarung tangan. Dilakukan penyuluhan agar para penyalah guna obat
tidak memakai jarum secara bergantian, perilaku seksual yang aman.
Mencegah kontak mikrolesi, menghindari pemakaian alat yang dapat
menularkan HVB (sikat gigi, sisir), dan berhati-hati dalam
menangani luka terbuka. Melakukan skrining ibu hamil pada awal
dan pada trimester ketiga kehamilan, terutama ibu yang berisiko
tinggi terinfeksi HVB. Ibu hamil dengan HVB (+) ditangani terpadu.
Segera setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhada HVB.
Melakukan skrining pada populasi risiko tinggi tertular HVB (lahir
di daerah hiperendemis, homoseksual, heteroseksual, pasangan seks
berganti-ganti, tenaga medis, pasien dialisis, keluarga dari pasien
HVB kronis, dan yang berkontak seksual dengan pasien HVB)
(Wahyudi, 2017).
Imunisasi untuk HVB dapat aktif dan pasif. Untuk imunisasi
pasif digunakan hepatitis B immuneglobulin (HBIg), dapat
memberikan proteksi secara cepat untuk jangka waktu terbatas yaitu
3-6 bulan. Pada orang dewasa HBIg diberikan dalam waktu 48 jam
setelah terpapar VHB. Imunisasi aktif diberikan terutama kepada
bayi baru lahir dalam waktu 12 jam pertama. Vaksinasi juga
diberikan pada semua bayi dan anak, remaja, yang belum pernah
imunisasi (catch up immunization), individu yang berisiko terpapar
VHB berdasarkan profesi kerja yang bersangkutan, orang dewasa
yang berisiko tertular VHB, tenaga medis dan staf lembaga cacat
mental, pasien hemodialisis (imunisasi diberikan sebelum terapi
dialisis dimulai), pasien yang membutuhkan transfusi atau produk
darah secara rutin, pada penyalahgunaan obat, pada homoseksual
dan biseksual, pekerja seks komersial, orang yang terjangkit
penyakit akibat seks (STD), heteroseksual dengan pasangan
berganti-ganti, kontak serumah dan kontak seksual dengan pengidap
HVB, populasi dari daerah dengan isiden tinggi VHB, calon
transplantasi hati. Untuk mencapai tingkat serokonversi yang tinggi
dan konsentrasi anti-HBs protektif (10 mIU/ml), imunisasi diberikan
3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (Wahyudi, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, B. (2020) ‘Faktor resiko terjadinya infeksi virus hepatitis b’, Politrknik
Kesehatan Tanjungkarang.