Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS PENYAKIT MENULAR

(HEPATITIS)

DISUSUN OLEH
NAMA : PURNATIKA
NIM : P07120421120N
KELAS : B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ vital manusia yang memiliki fungsi kompleks
dan beragam seperti menawarkan dan menetralisir zat-zat racun yang tidak
bisa diserap oleh usus, menyaring darah yang datang dari usus melalui
vena porta, kemudian menyimpan dan mengubah bahan makanan dari vena
porta untuk selanjutnya bahan makanan tersebut dikirim ke dalam darah
sesuai dengan kebutuhan. Di dalam hati, makanan yang mengandung racun
akan dinetralisir sehingga makanan tidak mengandung racun jika telah
melewati hati. Hati memiliki peran vital dalam tubuh manusia, salah
satunya adalah menjaga kebutuhan organ dalam tubuh, khususnya otak.
Karena fungsi hati yang kompleks dan beragam, kesehatan hati perlu
diperhatikan agar tubuh tetap sehat (Falatehan, Hidayat and Brata, 2018).
Jenis-jenis penyakit hati yang umum antara lain yaitu Hepatitis, Sirosis,
Kanker Hati atau Hepatoma, Abses Hati, Kolesistitis dan perlemakan hati
non alkoholik. Berdasarkan data dari WHO, penyakit yang memiliki kasus
paling banyak menyerang hati manusia adalah Hepatitis dan Sirosis.
Penyakit hati yang sudah akut akan mempengaruhi fungsi-fungsi hati,
tetapi penyakit hati tersebut dapat diketahui gejala klinis maupun fisik yang
timbul pada pasien. Gejala klinis dapat diketahui dari apa yang dirasakan
oleh pasien, sedangkan gejala fisik dapat diketahui dari keadaan tubuh
pasien. Gejala penyakit hati ada banyak dan kompleks, serta penyakit hati
memiliki kemiripan gejala dengan beberapa penyakit. Hal ini perlu
diperhatikan karena masyarakat kesulitan dalam mengenali gejala-gejala
yang umum dari penyakit hati dengan penyakit lainnya (Falatehan, Hidayat
and Brata, 2018).
Di Indonesia sendiri, penyakit Hepatitis menjadi perhatian
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan data dari Pusdatin (Pusat Data dan
Informasi) Kementerian Kesehatan, jumlah orang yang mengidap Hepatitis
naik dua kali lipat dari tahun 2007 sampai 2013. Pada tahun 2013,
diperkirakan terdapat 1,2% penduduk Indonesia yang mengidap penyakit
Hepatitis. Berdasarkan data, tahun 2013 penduduk Indonesia berjumlah
248.422.956 jiwa, maka bisa dikatakan jika 1,2% mengidap penyakit
Hepatitis, ada sekitar 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia yang mengidap
penyakit Hepatitis. Jumlah tersebut menunjukkan banyaknya penduduk
indonesia yang terjangkit penyakit Hepatitis. Sedangkan untuk Sirosis,
berdasarkan data dari WHO pada tahun 2012, Indonesia memiliki usia
standar tingkat kematian 52,7 untuk pria dan 16,6 untuk perempuan
(Falatehan, Hidayat and Brata, 2018).
WHO menyebutkan 90% dari pengidap Hepatitis C dapat sembuh
dalam kurun waktu 36 bulan. Hal ini tentu saja dengan penanganan yang
cepat dan tepat. Jumlah pengidap Hepatitis yang banyak dan usia standart
tingkat kematian Sirosis dapat dikurangi dengan cara salah satunya adalah
mengenali gejala-gejala awal dan umum dari penyakit hati yang
memungkinkan memudahkan masyarakat dalam mengetahui gejala
penyakit hati secara dini. Dengan mengetahui gejala-gejala penyakit hati
secara dini, masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya
penyakit hati akut (Falatehan, Hidayat and Brata, 2018).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit hepatitis
2. Untuk mengetahui penyebab atau faktor resiko penyakit hepatitis
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit hepatitis
4. Untuk mengetahui pengobatan penyakit hepatitis
5. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit hepatitis
II. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit yang menimbulkan peradangan pada hati
(liver), kadang-kadang menyebabkan kerusakan permanen.Penyakit ini
sering disebabkan oleh virus dan zat-zat kimia tertentu yang masuk ke hati,
termasuk obat-obatan dan alkohol. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis
yang menyerang hati, tepatnya pada sel-sel hati (Eka Wulansari
Fridayanthie, 2015).
Peradangan ini, paling sering disebabkan oleh virus, walaupun dapat
juga oleh sebab-sebab lain. Berkaitan dengan virus yang menyerang dan
kondisi penyakit, hepatitis digolongkan sebagai berikut (Eka Wulansari
Fridayanthie, 2015):
1. Hepatitis A (Hepatitis Infeksi)
2. Hepatitis B (Hepatitis Serum)
3. Hepatitis C (Hepatitis Non-A/Non-B)
4. Hepatitis D (Hepatitis Delta)
5. Hepatitis E (Hepatitis Enterik)
6. Hepatitis F
7. Hepatitis G
8. Hepatitis Kronis
B. Penyebab atau Faktor Resiko Penyakit Hepatitis
1. Faktor Hospes (Saputra, 2020):
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Infeksi paling
sering pada bayi dan anak yang beresiko menjadi kronis. Insidensi
hepatitis kronis pada bayi sekitar 90%, pada anak usia sekolah 23 –
46%, sedangkan pada orang dewasa 3 – 10%. Hal ini berkaitan
dengan keberadaan antibodi dalam tubuh untuk mencegah terjadinya
hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Pria didiagnosis mengalami hepatitis B 1,6 kali lebih tinggi
dibanding dengan Wanita.
c. Kebiasaan Hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena
aktivitas seksual dan perilaku yang menyimpang antara lain
homoseksual, pecandu narkotika suntik, pemakaian jarum tatto dan
lainnya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang memperngaruhi perkembangan Hepatitis
B antara lain adalah lingkungan dengan sanitasi buruk, daerah dengan
angka prevalensi hepatitis B tinggi, daerah unit bedah gikologi, gigi,
mata, unit laboratorium, unit bank darah, ruang dialisa, ruang
tranplanstasi dan unit perawatan penyakit dalam.
d. Proses Terjadinya Infeksi hepatitis B
Infeksi hepatitis B terjadi bila partikel utuh hepatitis B berhasil
masuk ke dalam hepatosit, kemudian kode genetik hepatitis B akan
masuk ke dalam inti sel hati dan kode genetik itu akan
“memerintahkan” sel hati untuk membuat protein-protein yang
merupakan komponen hepatitis B. Jadi sebenarnya virus yang ada di
dalam tubuh penderita itu dibuat sendiri oleh hepatosit penderita yang
bersangkutan dengan genom hepatitis B yang pertama masuk sebagai
cetak biru.
e. Gejala Klinis Hepatitis B
Masa inkubasi hepatitis B memerlukan waktu 45-160 hari (rata -
rata 10 minggu). Hepatitis B dimanifestasikan bertahap, mulai
kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual dan rasa sakit, serta rasa
penuh di perut kuadran kanan atas. Pada awal perjalanan penyakit, rasa
sakit, pembengkaakan sendi, dan artritis mungkin terjadi. Dengan
meningkatnya area hati yang terkena, ada peningkatan kolestasis, oleh
karenanya urine berwarna kuning gelap, dan sering disebut penyakit
kuning. Gejala dapat bertahan selama beberapa bulan sebelum akhirnya
berhenti. Secara umum, gejala yang terkait hepatitis B akut lebih berat
dan lebih lama dibandingkan dengan hepatitis A.
f. Pertanda Serologik Infeksi hepatitis B
Berikut ini adalah berbagai macam pertanda serologik serta maknanya.

1) HBsAg
Suatu protein yang merupakan selubung luar partikelhepatitis B.
HBsAg yang positif menunjukan bahwa pada saat itu yang
bersangkutan mengidap infeksihepatitis B.
2) Anti-HBs
Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HBsAg
hilang. Anti-HBs yang positif menunjukan bahwa individu yang
bersangkutan telah kebal terhadap infeksi hepatitis B baik yang
terjadi setelah suatu infeksi hepatitis B alami atau setelah dilakukan
imunisasi hepatitis B.
3) HBcAg
HBcAg merupakan salah satu antigen yang terdapat dalam partikel
inti. Dengan cara biasa antigen ini tidak dapat dideteksi dalam darah
karena tertutup oleh HBsAg. HBcAg hanya dapat dideteksi dalam
jaringan hati.
4) Anti-HBc
Antibodi terhadap proteincore. Antibodi ini muncul pada semua
kasus dengan infeksi hepatitis B pada saat ini (current infection)
atau infeksi pada masa lalu (past infection). Anti-HBc dapat muncul
dalam bentuk IgM anti-HBc yang sering muncul pada hepatitis B
akut. Karena itu positifnya IgM anti-HBc pada kasus hepatitis akut
memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun karena IgM anti-
HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan
reaktivasi, IgM anti-Hbc tidak dapat dipakai untukmembedakan
hepatitis akut dengan hepatitis kronik secara mutlak.
5) HBeAg
Suatu protein non struktural dari hepatitis B (bukan merupakan
bagian dari hepatitis B) yang disekresikan ke dalam darah dan
merupakan produk gen precore dan gen core. Didapatkan pada fase
awal hepatitis akut atau kronik. Positifnya HBeAg merupakan
petunjuk adanya aktivitas replikasi hepatitis B yang tinggi dari
seorang individu HBsAg positif.
6) Anti-HBe
Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi hepatitis B tipe
liar. Positifnya anti-HBe menunjukan bahwa hepatitis B ada dalam
fase nonreplikatif. Berbeda dengan anti-HBc atau anti-HBs yang
bertahan lama, anti-HBe biasanya hilang setelah beberapa bulan
atau tahun.
7) DNA HBV
Positifnya DNA hepatitis B dalam serum menunjukan adanya
partikel hepatitis B yang utuh (partikel Dane) dalam tubuh
penderita. DNA hepatitis B adalah pertanda jumlah virus (viral
load) yang paling peka (Saputra, 2020).
C. Cara Penularan Penyakit Hepatitis
Cara penularan VHB dapat melalui transfusi darah yang
terkontaminasi VHB dan mereka yang sering mendapat hemodialisis.
Selain itu, VHB dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka/ lecet pada
kulit dan selaput lender, contohnya tertusuk jarum/ luka benda tajam,
menindik telinga, pembuatan tattoo, pengobatan tusuk jarum
(akupuntur), kebiasaan menyuntik diri sendiri, dan menggunakan
jarum suntik yang kotor/ kurang steril. Penggunaan alat kedokteran
dan alat perawatan gigi yang sterilisasinya kurang sempurna/ kurang
memenuhi syarat akan dapat menularkan VHB. Penularan dapat
melalui saliva/ air ludah yaitu berciuman dengan penderita Hepatitis
B dan dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi. Hal ini
kemungkinan disebabkan selaput lendir tubuh yang melapisinya
terjadi diskontinutas sehingga VHB mudah menembusnya. Penularan
infeksi VHB dari seorang ibu pengidap VHB kepada bayinya sebelum
persalinan (infeksi perinatal) juga dapat terjadi (Amtarina et al.,
2009).
D. Pengobatan Penyakit Hepatitis
HBeAg (-) dan anti-HBe (+)i HBVDNA( -) dan tidak ada tanda-
tanda sirosis hati. Pengidap yang termasuk golongan ini jumlahnya
paIing besar, dahulu dinamakan pengidap sehat (healthy carrier).
Istilah "healthy carrier" ini sekarang jarang dipakai, sebab dapat
memberi kesan bahwa penderita dalam keadaan sehat. Sebagian
besar golongan ini tidak akan berlanjut ke stadium yang lebih jelek.
Ternyata pada sebagian tetap dapat terjadi sirosis dan kanker. Karena
itu golongan ini tetap harus diawasi supaya bila terjadi reaktivasi
repIikasi virus dapat terdeteksi secara dini (Pasifik and Penularan).
Cara pengawasannya dengan memeriksa kadar SGPT tiap 6
bulan. Bila ditemukan peningkatan disusul dengan pemeriksaan
HBeAg dan HBVDNA. Tindakan berikutnya disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan seromarker tersebut (Pasifik and Penularan).
E. Cara Pencegahan Penyakit Hepatitis
Pencegahan umum hepatitis B berupa uji tapis donor darah
dengan uji diagnosis yang sensitif, sterilisasi instrumen secara
adekuat-akurat. Alat dialisis digunakan secara individual, dan untuk
pasien dengan HVB disediakan mesin tersendiri. Jarum disposable
dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum (Wahyudi, 2017)
Pencegahan untuk tenaga medis yaitu senantiasa menggunakan
sarung tangan. Dilakukan penyuluhan agar para penyalah guna obat
tidak memakai jarum secara bergantian, perilaku seksual yang aman.
Mencegah kontak mikrolesi, menghindari pemakaian alat yang dapat
menularkan HVB (sikat gigi, sisir), dan berhati-hati dalam
menangani luka terbuka. Melakukan skrining ibu hamil pada awal
dan pada trimester ketiga kehamilan, terutama ibu yang berisiko
tinggi terinfeksi HVB. Ibu hamil dengan HVB (+) ditangani terpadu.
Segera setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhada HVB.
Melakukan skrining pada populasi risiko tinggi tertular HVB (lahir
di daerah hiperendemis, homoseksual, heteroseksual, pasangan seks
berganti-ganti, tenaga medis, pasien dialisis, keluarga dari pasien
HVB kronis, dan yang berkontak seksual dengan pasien HVB)
(Wahyudi, 2017).
Imunisasi untuk HVB dapat aktif dan pasif. Untuk imunisasi
pasif digunakan hepatitis B immuneglobulin (HBIg), dapat
memberikan proteksi secara cepat untuk jangka waktu terbatas yaitu
3-6 bulan. Pada orang dewasa HBIg diberikan dalam waktu 48 jam
setelah terpapar VHB. Imunisasi aktif diberikan terutama kepada
bayi baru lahir dalam waktu 12 jam pertama. Vaksinasi juga
diberikan pada semua bayi dan anak, remaja, yang belum pernah
imunisasi (catch up immunization), individu yang berisiko terpapar
VHB berdasarkan profesi kerja yang bersangkutan, orang dewasa
yang berisiko tertular VHB, tenaga medis dan staf lembaga cacat
mental, pasien hemodialisis (imunisasi diberikan sebelum terapi
dialisis dimulai), pasien yang membutuhkan transfusi atau produk
darah secara rutin, pada penyalahgunaan obat, pada homoseksual
dan biseksual, pekerja seks komersial, orang yang terjangkit
penyakit akibat seks (STD), heteroseksual dengan pasangan
berganti-ganti, kontak serumah dan kontak seksual dengan pengidap
HVB, populasi dari daerah dengan isiden tinggi VHB, calon
transplantasi hati. Untuk mencapai tingkat serokonversi yang tinggi
dan konsentrasi anti-HBs protektif (10 mIU/ml), imunisasi diberikan
3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (Wahyudi, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Amtarina, R. et al. (2009) ‘Faktor Risiko Hepatitis B Pada Tenaga Kesehatan


Kota Pekanbaru’, Majalah Kedokteran Bandung,41(3).doi:10.15395/mkb.v4
1n3.245.

Eka Wulansari Fridayanthie (2015), Analisa Data Mining Untuk Prediksi


Penyakit Hepatitis Dengan Menggunakan Metode Naive Bayes Dan Support
Vector Machine, 3(1), pp. 24–36.

Falatehan, A. I., Hidayat, N. and Brata, K. C. (2018) ‘Sistem Pakar Diagnosis


Penyakit Hati Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto Berbasis Android’,
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (J-PTIIK)
Universitas Brawijaya, 2(8), pp. 2373–2381. Available at: https://j-
ptiik.ub.ac.id/index.php/jptiik/article/view/1773%0Ahttp://jptiik.ub.ac.id/inde
x.php/jptiik/article/view/1773.

Pasifik, A. and Penularan, C. (no date) ‘Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik (Kiah


Hilman, Syarif H. Djajadiredja, Edhiwan Prasetya, Meilianau)’. Available at:
http://www.budilukmanto.org/index.php/seputar-hepatitis/35-seputar-hepatiti
s/197-penatalaksanaan-hep-b?tmpl=component&print=1&page=.

Saputra, B. (2020) ‘Faktor resiko terjadinya infeksi virus hepatitis b’, Politrknik
Kesehatan Tanjungkarang.

Wahyudi, H. (2017) ‘Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka -


HEPATITIS’,Convention Center Di Kota Tegal, p. 6.

Anda mungkin juga menyukai