Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KASUS PEMICU KE-I

KOMUNIKASI KELOMPOK
diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi
Dosen Pengampu : Nurul Aini, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Adinia Selsa Setaiwan (200550001)


2. Amelia Zisca Devy (200550002)
3. Irfina (200550006)
4. Lutfiah Azizatun Nisak (200550008)
5. Ratira Wadya Paramita Rosadiah (200550012)
6. Sella Anggraeni Septia Wulandari (200550013)
7. Ulfatul Aliyah (200550015)

AKADEMI KEBIDANAN JEMBER

JL. Pangandaran no.42, Plinggan, Antirogo, Kec. Subersari,


Kabupaten Jember, Jawa Timur 68125
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Komunikasi
Kelompok”. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada:

1. Nurul Aini, M.Kes (PJMK) dan Tita Rudini Yassin, M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan.

2. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul


“Komunikasi Kelompok”.

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusuna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritk dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi
Kelompok untuk menyempurkan makalah ini.

Jember, 23 Februari 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Pengertian KIP/K............................................................................................3
2.2 Tujuan KIP/K..................................................................................................3
2.3 Unsur dalam Kegiatan KIP/K.........................................................................5
2.4 Proses Konseling KIP/K.................................................................................5
2.5 Hal yang Perlu diperhatikan saat Melakukan Konseling................................6
2.6 Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Konseling........................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

II
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam praktek kebidanan selalu diharapkan dari seorang bidan agar dapat
memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas. Kualitas kebidanan ditentukan
oleh cara bidan membina hubungan baik dengan sesama rekan sejawat maupun
dengan orang yang diberikan asuhan. Upaya peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan bertkaitan erat dengan upaya peningkatan keterampilan bidan untuk
berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap yang


dilakukan secara sistimatis dengan panduan komunikasi interpersonal, tehnik
pembimbingan, dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
(Siti Rini Handayani, 2016)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian KIP/K?


2. Apa tujuan KIP/K?
3. Apa saja unsur dalam kegiatan KIP/K?
4. Bagaimana proses konseling KIP/K?
5. Apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan konseling?
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat keberhasilan konseling?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian KIP/K


2. Untuk mengetahui tujuan KIP/K

1
3. Untuk mengetahui apa saja unsur dalam kegiatan KIP/K
4. Untuk mengetahui proses konseling KIP/K
5. Untuk mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan konseling
6. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat keberhasilan
konseling

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian KIP/K

“Komunikasi interpesonal sangatlah dibutuhkan dalam keadaan tertentu.


Komunikasi interpersonal selalu kita terapkan dalam pelayanan kebidanan.
Komunikasi interpersonal merupakan proses penyebaran dan berbagi informasi
yang dilakukan oleh minimal dua orang secara langsung, tatap muka dan bersifat
dua arah. Aspek komunikasi interpersonal meliputi komunikasi satu arah versus
dua arah, komunikasi verbal versus non verbal, cara bertanya dan mendengar
efektif, serta membuat kesimpulan (Lindawati, 2014) “.

2.2 Tujuan KIP/K

1. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal merupakan merupakan suatu action
oriented, ialah salah satu tindakan yang berorientasi pada tindakan tertentu.
Beberapa tujuan komunikasi interpersonal yaitu :
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk
mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang
berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan,
membungkukan badan, menanyakan kabar kesehatan, dan sebagainya.
a. Menemukan diri sendiri
Artinya seseorang melakukan komuniksi interpersonal karena
ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasrkan
informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi nterpersonal
dengan orang lain, maka terjadi proses belajar banyak sekali tentang diri
maupun orang lain.
b. Menemukan dunia luar

3
Dengan  komunikasi  interpersonal  diperoleh  kesempatan  untuk 
mendapatkan  berbagai informasi dari orang lain termasuk informasi
penting dan aktual.
c. Memelihara dan membangun hubungan yang harmonis
Sebagai mahluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang
paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik
dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak
bekerjasama maka semakin lancarlah kehidupan sehari-hari.
d. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Pada dasarnya komunikasi adalah sebuah fenomena sebuah
pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi
kehidupan manusia termasuk memberi nmakna tertentu pada terhadap
kemungkinan terjadinya perubahan sikap.
e. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Ada kalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar
mencari kesenangan atau hiburan. Komunikasi interpersonal yang
seprti ini mampu memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan dan menghibur dari
semua kegiatan serius.
f. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan
secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan
menimbulkan kesalahan interpretasi.
g. Memberikan bantuan
Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak konseler ataupun
konseli dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Seperti seorang  yang
curhat kepada temanya dan mahasiswa yang berdiksusi kepada seorang
dosen.
2. Tujuan Konseling
a. Meningkatkan penerimaan informasi

4
Informasi yang benar, diskusi beas dengan cara mendengarkan,
berbicara, dan komunikasi non- verbal meningkatkan penerimaan
informasi mengenai oleh klien/pasien
b. Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai dengan
keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin Penggunaan yang efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru
tentang cara tersebut
d. Menjamin keberlangsungan yang lebih lama
Contohnya kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila
klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi
efek sampingnya

2.3 Unsur dalam Kegiatan KIP/K

 Sensasi : tahap awal penerimaan pesan atau informasi yang diterima oleh alat
indera manusia.
 Persepsi : proses pemberian makna terhadap informasi yang ditangkap oleh
sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subjektif.
 Memori : proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif
individu. Kemudian informasi dan evaluasi tersebut dikeluarkan atau diingat
kembali pada suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar.
 Berpikir : proses mengolah, memanipulasi informasi untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan
masalah dan berpikir kreatif.

5
2.4 Proses Konseling KIP/K

Langkah-Langkah Konseling

Penerapan SATU TUJU digunakan konselor untuk memandu proses


konseling kepada klien/pasien.

Langkah dijabarkan SATU TUJU sebagai berikut:

SA

SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempatyang nyamanserta terjamin
privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang diperoleh.

Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengalami pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien.

Uraian kepada klien mengenai dan pilihannya dan diberi tahu apa pilihan
kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini.

TU

banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa


yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

6
Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan


klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan

2.5 Hal yang Perlu diperhatikan saat Melakukan Konseling

Ketika Bidan melakukan konseling, ada beberapa hal yang harus diketahui
karena sangat penting dalam pelaksanaan KIP sehingga konseling yang diberikan
dapat efektif. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Perhatian pada tanda verbal dan non verbal.


2. Tanda verbal dan non verbal yang ditunjukkan bidan mempunyai efek
panjang terhadap yang ingin kita capai.
3. Mendapat kepercayaan dari klien
4. Perlu introspeksi.
5. Indikator hubungan interpersonal yang positif.
6. Menyambut klien.
7. Ramah dan terbuka.
8. Menyediakan waktu untuk mendengar mereka.
9. Menjawab semua pertanyaan dengan benar dan memuaskan.
10. Tetap sabar walaupun klien bertanya hal yang sama berulang-ulang.
11. Percaya, memperhatikan, pengertian, saling menghormati, dan kesediaan
untuk membantu.

2.6 Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Konseling

1. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal/Konseling


a. Faktor Individual.

7
Orientasi kultural (keterikatn budaya) merupakan faktor individual
yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini
merupakan gabungan dari:
1) Faktor fisik: kepekaan panca indera (kemampuan untuk melihat,
mendengar), usia, jender (jenis kelamin).
2) Sudut pandang : nilai- nilai
3) Faktor sosial : sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status sosial, peran sosial.
4) Bahasa.
b. Faktor- faktor yang berkaitan dengan interkasi
1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
Ini biasanya terjadi apabila dalam suatu komunikasi/ konseling,
komunikator tidak memberikan konseling sesuai kebutuhan klien,
maka apa yang disampaikan komunikator tidak akan didengar atau
diperhatikan oleh klien karena tidak sesuai dengan harapannya. Untuk
menghindari hal tersebut sudah seharusnya seorang komunikator
memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah klien sehingga
dapat memberikan konseling sesuai dengan kebutuhan klien. Dengan
demikian tujuan dan harapan dari kedua belah pihak dapat tercapai.
2) Sikap terhadap interkasi
Sikap terbuka dan bersahabat sangat mendukung komunikasi,
tetapi sebaliknya orang yang tertutup dan kurang bersahabat akan sulit
untuk diajak komunikasi, biasanya orang seperti ini mempunyai sifat
introved sehingga susah untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapi. Mendapatkan klien yang seperti ini sebagai seorang bidan
harus mampu memancing percakapan dan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka.
3) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan,
perhatian, dukungan).

8
Pembawaan diri seseorang sangat mempengaruhi komunikasi.
Orang sombong, sinis dan tidak memberikan dukungan merupakan
hambatan komunikasi yang harus mampu kita hadapi. Kadang- kadang
sebagai menusia biasa kita sebagai petugas kesehatan sudah merasa
malas dahulu untuk memberikan konseling pada orang semacam itu.
Tapi kita harus menyingkirkan sikap seperti itu dan harus profesional.
Cobalah untuk bersahabat dan tidak menggurui, tetapi harus
menguasai kontens/ materi yang akan kita berikan. Dengan sikap
seperti itu biasanya mereka akan merubah sikapnya.
4) Sejarah hubungan
Sejarah hubungan adalah sesuatu yang telah lampau tetapi akan
sangat berpengaruh dimasa sekarang atau masa datang. Orang yang
punya hubungan kurang harmonis dimasa lalu dan tiba- tiba bertemu
dalam suatu konsultasi/ konseling akan menyebabkan sikap canggung
dan malas untuk bertemu. Tapi sekali lagi kita sebagai tenaga
kesehatan harus profesional dalam menhadapi ini, lupakan sejenak
masalah yang lalu dan hadapi klien sesuai masalah yang harus
dipecahkan oleh klien saat ini. Tidak perlu mengungkit- ungkit masa
lalu dan pura- puralah lupa kalau pernah ada hubungan/ masalah yang
kurang harmonis dimasa lalu.
c. Faktor Situsiasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya
merupakan situasi yang sangat mendukung, begitu pula sebaliknya
komunikasi yang dilakukan ditempat keramaian akan sangat mengganggu
pendengaran.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan hasil
yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memiliki
kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal.

9
Kompetensi KIP adalah tingkat dimana perilaku kita dalam
komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan situasiu dan membantu
kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan
orang lain. Dengan kompetensi, perilaku komunikasi kita akan sesuai
dengan peraturan- peraturan dalam KIP dan membantu mencapai tujuan
komunikasi. Agar komunikasi interpersonal berhasil kita perlu memiliki
keterampilan dalam komunikasi interpersonal baik sosial maupun
behavioral. Kompetensi tersebut meliputi :
1) Empati (emphati) adalah kecakapan memahami perasaan dan
pengertian orang lain.
2) Perspektif sosial adalah kecakapan melihat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita ajak
komunikasi.
3) Kepekaan ( sensitivity ) terhadap sesuatu hal dalam KIP.
4) Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP.
5) Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan perilaku dan
pengungkapan komunikan.
6) Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatan dalam
berinteraksi.
2. Menurut Gladding (2009) menyebutkan ada lima faktor yang
mendukung konseling, yaitu:
a. Struktur
Mengenai struktur Gladding (2009) menjelaskan sebagai pemahaman
bersama antara konselor dan klien mengenai karakteristik, kondisi,
prosedur dan parameter konseling.Struktur membantu memperjelas
hubungan antara konselor dan klien, memberinya arah, melindungi hak-
hak masing-masing peran dan obligasi-obligasi baik dari konselor maupun
klien dan menjamin konseling yang sukses. Dengan struktur, klien
merasakan adanya rencana yang rasional, merupakan peta jalan konseling,

10
menjelaskan tanggung jawab dalam penggunaan peta tersebut, dan
mengurangi ambiguitas dalam hubungan tersebut.
Pentingnya struktur sangat nyata bila klien menentukan tanggal untuk
konseling dengan berbagai harapan yang tidak realistik. Dalam hal ini,
konselor harus segera membangun struktur. Misalnya dengan cara
memberi informasi tentang proses konseling, juga memberi informasi
tentang dirinya sendiri, mengenai kompetensi profesionalnya. Struktur
juga memberi kerangka kerja untuk konseling, sehingga proses konseling
bisa berjalan. Bila konselor tidak memberi struktur, ia tidak fair kepada
kepada klien-kliennya, karena klien kemudian tidak tahu apa yang disebut
dengan konseling. Klien akan merasa tidak aman, bingung dan takut, dan
ia juga tidak bertanggung jawab untuk suksesnya konseling.
b. Inisiatif
Inisiatif dapat dilihat sebagai motiviasi untuk berubah. Kebanyakan
konselor berpendapat bahwa klien yang datang akan bersikap kooperatif.
Memang betul, banyak klien yang datang untuk konseling, atas kemauan
sendiri dan atas kehendak sendiri. Sebagian dari mereka ini bersedia untuk
bekerja keras menghadapi permasalahannya, tetapi sebagian enggan dan
segan (reluctant) berpartisipasi dalam sesi-sesi konseling. Kebanyakan
klien yang mengunjungi konselor mempunyai keengganan sampai taraf
tertentu.
“Ada macam jenis klien yaitu klien yang enggan (reluctant), dan klien
yang resistan (resistant) Gladding (2009)”.
1) Klien yang enggan adalah klien yang dirujuk oleh orang ketiga dan
seringkali tidak termotivasi untuk mencari bantuan (unmotivated to
seek help).
2) Klien yang resisten adalah klien yang tidak mau atau menolah
perubahan. Individu semacam ini, mungkin mereka sendiri yang
menghendaki konseling, tetapi mereka tidak bersedia untuk melalui
rasa sakit yang dituntut untuk terjadinya perubahan. Mereka bertahan

11
pada tingkah lakunya sekarang, meskipun tingkah lakunya ini tidak
produktif dan disfungsional.
Seringkali mereka tidak mau membuat keputusan, menghadapi
masalah secara dangkal (superficial) saja, tidak mengambil tindakan untuk
menyelesaikan masalah. Klien semacam ini sering mengatakan I don’t
know. Jawaban semacam inilah yang menyulitkan konselor dalam proses
konseling selanjutnya.
3. Seting fisik
Konseling dapat terjadi dimana saja, tetapi seting fisik yang nyaman,
dapat meningkatkan proses menjadi lebih baik. Salah satu hal yang dapat
membantu atau merugikan proses konseling adalah tempat dimana konseling
itu berlangsung. Biasanya konseling berlangsung di suatu ruangan.
Ada beberapa hal yang dapat membantu penampilan ruang konseling
menjadi sesuatu yang menarik dan tidak mengganggu klien. Misalnya,
penerangan yang lembut, warna-warna yang menenangkan, tidak berantakan,
perabotan yang nyaman. Suhu ruang yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu
panas. Suasana yang tenang dan tidak ribut. Semua ini dapat membantu
terciptanya proses konseling yang kondusif. Jarak antara konselor dan klien,
keadaan spasial (proxemics) dapat mempengaruhi hubungan konselor dan
klien.
“Jarak seperti apa yang dapat dianggap nyaman, antara lain
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, jender, dan sifat hubungan tersebut.
Jarak 30-39 inci, dianggap ”jarak nyaman” untuk hubungan konselor-klien.
Jarak optimal dapat bervariasi karena hal ini tergantung pada ukuran ruang
dan pengaturan perabotan dalam ruang konseling (Gladding, 2009)”.
Setting fisik ini perlu diperhatikan karena dapat memantu menciptakan
iklim psikologis yang kondusif utuk konseling. Usahakan suatu seting yang
nyaman dan aman agar klien mudah membuka diri kepada konselor.
4. Kualitas klien

12
“Kualitas klien juga memiliki peranan penting dalam mendukung
hubungan maupun proses konseling yang kondusif. Kualitas dapat dilihat dari
kesiapan klien untuk berubah. Konseling tidak bisa dimulai kalau orang tidak
mengenali adaanya kebutuhan untuk berubah. Konseling baru bisa dimulai
kalau orang sudah siap untuk menerjunkan diri mereka sendiri ke dalam
proses perubahan (Lesmana, 2006)”.
“Selain itu bahasa non verbal klien juga sangat penting .Klien tidak
secara langsung mengemukakan sesuatu hal (pesan) baik yang ia pikirkan atau
ia rasakan kepada konselor, namun semua bisa diungkapkan dengan bahasa
non verbal klien. Seperti, raut muka, intonasi bicara. Dengan demikian
konselor harus memahami dan mempertimbangkan gestur badan, kontak
mata, ekspresi wajah, kualitas suara sebagai hal penting
dalam komunikasi verbal pada proses hubungan konseling (Gladding, 2009)”.
5. Kualitas konselor
Konselor yang berkualitas sangat mendukung berhasilnaya konseling.
Ada beberapa karakteristik umum yang harus dipenuhi oleh seorang konselor
supaya dapat membantu terjadinya perubahan dalam diri klien yang
dihadapinya.

13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi interpersonal merupakan proses penyebaran dan berbagi
informasi yang dilakukan oleh minimal dua orang secara langsung, tatap
muka dan bersifat dua arah. Komunikasi Interpersonal merupakan suatau
action oriented, ialah salah satu tindakan yang berorientasi pada tindakan
tertentu.
2. Tujuan Konseling Meningkatkan penerimaan informasi Informasi yang bena ,
diskusi beas dengan cara mendengarkan, berbicara, dan komunikasi non-
verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai oleh klien/pasien.
3. Unsur dalam Kegiatan KIP/K Sensasi, Persepsi, Memori, dan Berpikir.
4. Proses Konseling KIP/K. Langkah-Langkah Konseling. Penerapan SATU
TUJU digunakan konselor untuk memandu proses konseling kepada
klien/pasien.
5. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konseling awal antara lain
perhatian pada tanda verbal dan non verbal, tanda verbal dan non verbal yang
ditunjukkan bidan mempunyai efek panjjang terhadap yang ingin kita capai,
mendapatkan kepercayaan dari klien, perlu intropeksi, indikator hubungan
interpersonal yang positif, menyambut klien, ramah dan terbuka, menyediakan
waktu untuk mendengar mereka, menjawab semua pertanyaan dengan benar
dan memuaskan, tetap sabar walaupun klien bertanya hal yang sama berulang-
ulang, percaya, memperhatikan, pengertian, saling menghormati, dan
kesediaan untuk membantu.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Konseling adalah faktor
individual, faktor interaksi, faktor situasional, kompetensi dalam melakuakn
percakapan, seting fisik, kualitas klien dan kualitas konselor.

3.2 Saran
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau
sekelompok kecil yang saling memberi ide, pengertian, wawasan ataupun

14
pendapat yang mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari
penerima pesan. Diharapkan dengan kehidupan sehrai-hari melakukan
komunikasi, kejelasan, keterbukaan dan bahasa yang sopan dan santun diharapkan
dapat ditingkatkan untuk menjalin komunikasi baik antar teman, sahabat, orang
tua, rekan kerja dan lain halnya yang membawa hasil positif.

a.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suriati Israini, Yusnidar. 2020. Bahan Ajar Komonikasi dalam Praktik Kebidanan.
Palopo : LPPI UM Palopo (Diakses Tanggal 23 Februari 2020)
Handayani Siti Rini. 2016. Komonikasi dalam Praktik Kebidanan. Jakarta.:Pusdik
SDM Kesehatan (Diakses Tanggal 23 Februari 2020)
Setyani, Rizki Ayu. 2020. Sereba-Serbi Kesehatan Reproduksi Wanita dan Keluarga
Berencana. PT. SAHABAT ALTER INDONESIA
Siti Rini Handajani. 2016. Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Modul Bahan Ajar
Cetak Kebidanan. Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan

16

Anda mungkin juga menyukai