Anda di halaman 1dari 5

Seminar Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2015

ISBN: 978-979-796-238-6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BUS


PERKOTAAN BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG
Nursyamsu Hidayat, ST., MT., Ph.D.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Kontak Person:
Nursyamsu Hidayat, ST., MT., Ph.D.
Program Diploma Teknik Sipil SV UGM, Jl. Yacaranda Sekip IV
Yogyakarta, 55281
Telp: 085729298090, E-mail: nursyamsu_h@yahoo.co.id

Abstrak
Pemerintah DIY mengoperasikan Bus Trans Jogja yang dikembangkan sebagai respon terhadap
kondisi lalu lintas yang memburuk, dan jumlah penumpang bus reguler yang semakin turun sebagai
alternatif layanan transportasi publik dengan kualitas yang prima.. Pada awal kemunculannya tahun
2008, Trans Jogja dimaksudkan untuk meremajakan bus kota yang sudah tidak layak jalan.
Pemerintah dan masyarakat berharap banyak pada eksistensi Trans Jogja ini, yang diharapkan
menjadi alternatif bagi transportasi massal yang beroperasi di perkotaan Yogyakarta. Trans Jogja
memiliki halte yang tersebar di berbagai tempat, namun tidak memiliki jalur khusus, sehingga masih
bercampur dengan kendaraan lainnya. Pada awal operasionalnya, Trans Jogja memberikan tingkat
kepuasan yang cukup baik kepada penumpang. Namun, seiring berjalannya waktu ekspektasi
masyarakat terhadap layanan Trans Jogja semakin meningkat. Selain itu, jumlah penumpang Trans
Jogja tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Apabila tidak dilakukan perbaikan layanan
secara berkelanjutan, dikhawatirkan masyarakat akan enggan menggunakan layanan Trans Jogja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Bus Trans
Jogja berdasarkan persepsi penumpang. Hal ini bisa menjadi masukan bagi operator untuk perbaikan
kualitas pelayanan. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap
penumpang Trans Jogja. Nilai uji KMO adalah 0,810 sehingga metode Analisis Faktor dapat
digunakan untuk menganalisis data kuesioner. Hasilnya adalah empat faktor dengan total variance
60% yang menjadi fokus penumpang yang dapat merepresentasikan kinerja Bus Trans Jogja, yaitu 1)
ketepatan waktu dan kenyamanan, 2) sistem tiket dan pelayanan petugas, 3) keselamatan, serta 4)
akses ke halte dan ketersediaan informasi. Keempat faktor tersebut perlu menjadi prioritas
penanganan untuk perbaikan kinerja dan pelayanan Trans Jogja kedepannya.

Kata kunci: Bus Trans Jogja, angkutan perkotaan, persepsi penumpang, Faktor Analisis

Pendahuluan
Perkembangan kota-kota besar di Indonesia hampir semuanya didominasi oleh angkutan
pribadi. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemudahan untuk memiliki kendaraan bermotor
pribadi menjadi pendorong pertumbuhan motorisasi. Kondisi ini diperburuk ketika kualitas layanan
angkutan umum semakin menurun, sehingga semakin banyak masyarakat meninggalkan angkutan
umum dan beralih ke kendaraan pribadi.
Pada saat kapasitas jalan tidak mampu mencukupi pertumbuhan kendaraan terjadilah
kemacetan, jumlah kecelakaan semakin meningkat, polusi udara, dan konsumsi bahan bakar makin
meningkat pula. Fenomena ini ditemui di hampir semua kota di Indonesia, tidak terkecuali
Yogyakarta. Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pariwisata dan kebudayaan juga menghadapi
permasalahan lalu lintas yang dipadati oleh kendaraan pribadi. Untuk itu perbaikan kualitas pelayanan
bus angkutan umum menjadi sesuatu yang tidak terelakkan, ketika masyarakat semakin tergantung
kepada kendaraan bermotor pribadi, dan angkutan umum semakin kehilangan daya tariknya.
Transportasi angkutan umum perkotaan di Yogyakarta pernah mengalami perkembangan yang
baik. Sejarah transportasi Yogyakarta yang ditandai dengan munculnya colt kampus UGM, kemudian
dilanjutkan dengan perkembangan bus kota yang pernah sangat mewarnai Kota Yogyakarta. Namun,
semakin lama bus kota reguler ini tidak mampu bersaing dengan kendaraan pribadi. Untuk
menyediakan pilihan layanan transportasi publik dengan kualitas yang prima, Pemerintah DIY telah

SENTRA III-53
Seminar Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2015
ISBN: 978-979-796-238-6

menyelenggarakan Sistem Bus Trans Jogja yang dikembangkan sebagai respon terhadap kondisi lalu
lintas yang memburuk, dan jumlah penumpang bus reguler yang semakin turun.
Pada awal kemunculanya tahun 2008, Trans Jogja dimaksudkan untuk peremajaan terhadap
bus-bus kota yang sudah tidak layak jalan. Pemerintah dan masyarakat berharap banyak pada ekstensi
Trans Jogja ini. Trans Jogja diharapkan menjadi alternatif bagi transportasi massal yang beroperasi di
dalam Kota Yogyakarta. Sistem ini sekarang beroperasi empat rute ulak-alik dengan armada 74 bus.
Armada Trans Jogja yang dilengkapi dengan AC ini beroperasi setiap hari mulai pukul 05.30 – 21.30
WIB. Trans Jogja juga memiliki halte yang tersebar di berbagai tempat. Trans Jogja tidak memiliki
jalur khusus bus seperti Trans Jakarta, melainkan masih bercampur dengan kendaraan lainnya.
Kapasitas penumpang Trans Jogja adalah 20 penumpang duduk dan 21 penumpang berdiri. Beberapa
keunggulan yang dapat dinilai dari Bus Trans Jogja adalah harga yang ekonomis, jam operasional
yang lebih panjang daripada angkutan umum perkotaan lainnya, jalur yang ada saling terintegrasi,
memungkinkan pindah kendaraan/trayek lain tanpa harus membayar lagi, dan keamanan serta
kenyamanan lebih terjamin.
Pada awal operasionalnya, Trans Jogja ini memberikan tingkat kepuasan yang cukup baik
kepada penumpang. Namun, seiring berjalannya waktu ekspektasi masyarakat terhadap layanan Trans
Jogja semakin meningkat. Selain itu, jumlah penumpang Trans Jogja tidak mengalami peningkatan
yang signifikan. Apabila tidak dilakukan perbaikan layanan secara berkelanjutan, dikhawatirkan
masyarakat akan enggan menggunakan layanan Trans Jogja. Untuk mendukung perbaikan kualitas
layanan Trans Jogja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja Bus Trans Jogja menurut persepsi pengguna.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Bus Trans Jogja berdasarkan persepsi penumpang. Hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi bagi perbaikan kinerja layanan Trans Jogja berupa prioritas penanganan sesuai
dengan persepsi yang diberikan oleh pengguna. Kuesioner dengan total 19 pernyataan disusun
mencakup 5 aspek yang berpotensi mempengaruhi kinerja Bus Trans Jogja, yaitu aksesibilitas,
kenyamanan, pelayanan, waktu, dan keamanan. Namun demikian, belum bisa dipastikan aspek yang
mana yang memberikan pengaruh terbesar dan seberapa besar pengaruhnya. Kuesioner dikembangkan
dengan memberikan pilihan jawaban bagi responden. Beberapa penelitian mengenai kualitas
pelayanan memberikan 9 alternatif jawaban, namun dianggap terlalu banyak [1], sehingga penelitian
ini menggunakan 5-point Likert-type scale dengan “satu” adalah sangat tidak setuju, dan “lima” adalah
sangat setuju.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakulan wawancara terhadap penumpang Bus Trans
Jogja. Wawancara dilakukan di halte-halte Trans Jogja maupun di dalam bus. Wawancara dilakukan
terhadap 150 responden pada bulan Oktober 2014.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode Faktor Analisis. Metode ini
biasa digunakan untuk mencari variabel-variabel yang dapat mewakili satu set variabel yang banyak
dan kompleks, sehingga menjadi lebih ringkas namun tidak menghilangkan esensinya.
Faktor Analisis adalah suatu metode dengan pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan antar variabel yang berjumlah banyak dan merangkum informasi dari masing-
masing variabel sehingga dapat secara keseluruhan dapat ditentukan sejumlah variabel baru yang lebih
sedikit yang dapat mewakili variabel-variabel aslinya, tanpa kehilangan inti informasi yang
dikandungnya [2]. Faktor Analisis juga dapat digunakan untuk menentukan hubungan antar variabel-
variabel tersebut.
Kaiser–Meyer–Olkin (KMO) test dan/atau Barlett’s test of sphericity perlu dilakukan pada
tahap awal analisis untuk menguji apakah data wawancara layak dianalisis dengan metode Faktor
Analisis. Kedua test ini digunakan untuk mengetahui kedekatan hubungan antar variabel dan untuk
mengetahui minimum standar yang harus dilalui sebelum dilakukan analisis. KMO test antara lain
mengukur kecukupan sampel, dengan nilai minimum 0,5 [3].
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Data hasil wawancara menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki (53%). Profesi
responden sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa (45%), pegawai swasta (22%), dan PNS/TNI/Polri
(11%). Pengeluaran untuk kebutuhan transportasi bulanan adalah kurang dari 100 ribu (44%), 100-250

III-54 SENTRA
Seminar Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2015
ISBN: 978-979-796-238-6

ribu (31%), dan 250-500 ribu (14%). Kendaraan yang paling sering digunakan selain Bus Trans Jogja
adalah sepeda motor (61%) dan mobil pribadi (11%). Tujuan perjalanan yang dilakukan sebagian
besar menyatakan untuk keperluan bekerja (19%), lainnya (18%), rekreasi/wisata (17%), belanja
(13%), dan sekolah (12%).
Penentuan Faktor
Proses analisis dengan metode Principal Component Factor Analysis dengan rotasi Varimax
diaplikasikan terhadap ke-19 variabel yang telah disusun dalam kuesioner. Tabel 1 menyajikan hasil
pengujian KMO dan Bartlett’s test dari ke-19 variable. Nilai uji KMO adalah 0,810 atau diatas batas
nilai terendah 0,5 yang berarti analisis dengan metode Faktor Analisis bisa dilakukan terhadap data
yang ada. Hasil analisis scree plots dan nilai eigenvalue menyatakan bahwa ke-19 variabel yang ada
dapat diringkas/dirangkum menjadi 4 faktor saja.
Tabel 1. KMO and Bartlett’s Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.810
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1169.526
df 171
Sig. 2.7E-148

Tabel 2 menyajikan hasil analisis dengan metode Faktor Analisis terhadap ke-19 variabel yang
tersedia. Ada empat faktor yang dapat diusulkan sebagai pengganti ke-19 variabel yang tersaji, dan ke-
empatnya telah dapat mencakup 60% total variance.

Tabel 2. Hasil Analisis dengan Metode Faktor Analisis


Faktor
Variabel
1 2 3 4
Q9 Menurut saya, bus Trans Jogja sudah berjalan sesuai dengan
0,756 - - -
jadwalnya
Q10 Saya merasa nyaman berada di dalam bus Trans Jogja 0,756 - - -
Q6 Menurut saya, waktu menunggu bus Trans Jogja di halte hanya
0,748 - - -
sebentar
Q18 Saya merasa pejabat pemerintah sudah memberikan contoh
0,729 - - -
pemakaian bus Trans Jogja dalam aktivitas mereka.
Q17 Saya merasa jumlah halte dan jangkauan rute bus Trans Jogja
0,706 - - -
tidak perlu ditambah
Q14 Saya merasa waktu/lama perjalanan saya menjadi lebih singkat 0,683 - - -
Q5 Saya merasa nyaman berada di halte bus Trans Jogja 0,591 - - 0,503
Q2 Saya dapat memperoleh tiket bus Trans Jogja dengan mudah - 0,724 - -
Q3 Menurut saya harga tiket bus Trans Jogja terjangkau - 0,718 - -
Q19 Saya merasa bahwa bus Trans Jogja dapat dinaiki oleh anak-anak
- 0,679 - -
usia SD walau tanpa didampingi oleh orang tuanya
Q16 Saya merasa jam operasi bus Trans Jogja tidak perlu ditambah - 0,657 - -
Q7 Saya merasa puas dengan pelayanan petugas halte Trans Jogja - 0,605 - -
Q15 Saya tidak perlu berganti kendaraan umum/bus berkali-kali jika
- 0,602 - -
menggunakan bus Trans Jogja
Q11 Saya merasa puas dengan pelayanan awak bus Trans Jogja - 0,585 - -
Q13 Saya merasa keselamatan perjalanan saya terjamin dengan
- - 0,798 -
menggunakan bus Trans Jogja
Q12 Saya merasa aman dari ancaman kriminal selama menggunakan
- - 0,792 -
bus Trans Jogja
Q8 Saya merasa puas dengan kondisi kebersihan halte dan bus Trans
- - 0,561 0,421
Jogja
Q1 Perjalanan ke halte bus Trans Jogja dapat saya tempuh dengan
- - - 0,725
berjalan kaki dalam jarak yang tidak memberatkan
Q4 Saya dapat memperoleh informasi jalur, jadwal kedatangan dan
- - - 0,679
keberangkatan di halte bus Trans Jogja
Persen Total Variance yang tercakup oleh faktor 20,582 18,137 10,624 10,288

SENTRA III-55
Seminar Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2015
ISBN: 978-979-796-238-6

Berdasarkan variabel-variabel yang diwakilinya, ke-empat faktor tersebut dapat dinamai sebagai
berikut: 1) ketepatan waktu dan kenyamanan, 2) sistem tiket dan pelayanan petugas, 3) keselamatan,
serta 4) akses ke halte dan ketersediaan informasi. Faktor 1, yaitu “ketepatan waktu dan kenyamanan”
(7 variabel, variance = 20,582%) fokus mengenai ketepatan waktu, waktu tunggu, travel time,
kenyamanan di dalam bus dan halte, serta perlunya keteladanan pemakaian angkutan umum. Faktor 2,
yaitu “sistem tiket dan pelayanan petugas” (7 variabel, variance = 18,137%) mencakup informasi
mengenai sistem mendapatkan tiket, harga tiket, dan pelayanan petugas halte serta awak bus. Faktor 3,
yaitu “keselamatan” (3 variabel, variance = 10,624%) meliputi persepsi penumpang akan keselamatan
dan keamanan menggunakan Bus Trans Jogja. Faktor 4, yaitu “akses ke halte dan ketersediaan
informasi” (2 variabel, variance = 10,288%) meliputi kemudahan mengakses halte dan ketersediaan
informasi mengenai jadwal bus.
Reliability
Uji reliability diperlukan untuk mengukur konsistensi dari kuesioner yang disusun. Internal
konsistensi perlu diukur untuk menjamin kuesioner yang telah disusun akan menghasilkan jawaban
yang sama apabila ditanyakan pada seorang responden dalam waktu yang berbeda. Salah satu metode
yang dapat dipakai adalah uji Cronbach’s Alpha. Pengujian dengan metode ini mensyaratkan nilai
yang dapat diterima adalah diatas 0,7 [4]. Tabel 3 menyajikan hasil uji konsistensi dengan Cronbach’s
Alpha test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Faktor 1, 2, dan 3 mempunyai nilai α > 0,7 yang
menunjukkan kuesioner mempunyai internal konsistensi yang bagus. Sedangkan Faktor 4 mempunyai
nilai yang masih dapat diterima, meskipun cukup rendah (α = 0,579) [2][3][5][6].

Tabel 3. Hasil Uji Cronbach’s Alpha


Faktor Cronbach’s Alpha
Faktor 1: ketepatan waktu dan kenyamanan 0,861
Faktor 2: sistem tiket dan pelayanan petugas 0,793
Faktor 3: keselamatan 0,720
Faktor 4: akses ke halte dan ketersediaan informasi 0,579

Kesimpulan
Empat faktor yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai variabel kualitatif
dalam mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya
mengenai kinerja Trans Jogja. Penelitian mengenai tingkat kepuasan pengguna angkutan umum di
DIY dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI)
menyatakan kinerja angkutan umum dinilai rendah oleh penumpang [7]. Penumpang menghendaki
prioritas utama peningkatan kinerja adalah pada aspek kenyamanan, keselamatan, keamanan,
ketersediaan moda, dan ketepatan waktu [7]. Beberapa aspek tersebut tercakup dalam Faktor 1 dan
Faktor 3 pada penelitian ini. Sistem tiketing muncul dalam Faktor 2 karena Trans Jogja menyediakan
sistem tiket single trip, kartu berlangganan, dan e-money. Namun hanya sistem single trip dan
berlangganan yang populer bagi masyarakat karena sistem e-money kurang dimengerti dan sebaiknya
perlu lebih disosialisasikan. Kinerja ketepatan waktu sudah dinilai memuaskan dan harus
dipertahankan [7]. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu menjadi faktor utama. Hal
ini disebabkan kemungkinan ekspektasi masyarakat pengguna dewasa ini terhadap ketepatan waktu
semakin meningkat.
Penelitian mengenai kualitas pelayanan bis kota reguler di Yogyakarta dengan metode Gap
Analysis terhadap lima dimensi kualitas pelayanan menurut SERVQUAL menyatakan bahwa
kehandalan (ketepatan waktu, keamanan, dan kenyamanan), daya tanggap/respon operator
(ketersediaan angkutan umum, pelayanan kru), jaminan oleh kru (keramahan, kesopanan, dan
pengetahuan), dan bukti fisik (kelengkapan fasilitas, kebersihan, penampilan bus) bus kota dinilai
rendah oleh responden [8]. Hal yang dinilai baik kinerjanya adalah empati (kepedulian kru, kesetaraan
terhadap penumpang). Ke-lima dimensi yang diusulkan tersebut juga tercakup pada ke-empat faktor
yang menjadi perhatian penumpang pada hasil studi ini.
Penelitian berikutnya bisa dikembangkan dengan menjaring persepsi non penumpang Bus Trans
Jogja. Persepsi dari sudut pandang mereka perlu diakomodir dalam upaya untuk menarik minat
mereka menjadi pengguna Bus Trans Jogja.

III-56 SENTRA
Seminar Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2015
ISBN: 978-979-796-238-6

Referensi
[1] Burde, A. A Study on Road Users' Overall Perceptions of Highway Maintenance Service Quality
and the Variables that Define the Highway Maintenance Service Quality Domain, Disertasi,
Blacksburg, Virginia, Virginia Polytechnic Institute: 2008.
[2] Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., Black, W.C. Multivariate Data Analysis, 6th Edition.
New Jersey: Prentice Hall. 2006.
[3] Zhang, X. Factor Analysis of Public Clients’ Best-Value Objective in Public–Privately Partnered
Infrastructure Projects. Journal of Construction Engineering And Management ASCE. 2006: 956-
965.
[4] Field, A. Discovering Statistics Using SPSS, Second Edition. London: SAGE Publications Ltd.
2005.
[5] George, D., and Mallery, P. SPSS for Windows Step by Step : a Simple Guide and Reference,
17.0 Update, 10th. Boston: Allyn & Bacon. 2010
[6] Gliem, J. A., and Gliem, R. R. Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha
Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. Midwest Research to Practice Conference in Adult,
Continuing, and Community Education. 2003. 82-88
[7] Idris, Zilhardi. Kajian “Tingkat Kepuasan” Pengguna Angkutan Umum di DIY, Jurnal Dinamika
Teknik Sipil. 2009: Volume 9, No 2: 189-196
[8] Haryono, Sigit, Analisis Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (Bus Kota) di Kota Yogyakarta,
Jurnal Administrasi Bisnis. 2010: Volume 7, Nomor 1

SENTRA III-57

Anda mungkin juga menyukai