Anda di halaman 1dari 11

Ragam Bahasa Indonesia adalah

Oleh Aris KurniawanDiposting pada 25 Juni 2021


Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang
sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum
Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan
tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan
bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang
ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia
secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia
tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada
yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi
bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan
ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah
ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato
pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara.
Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar
pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama
halnya denan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang
keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak
acara.

Pengertian Ragam bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang
biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam
surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku
atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di
sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di
pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan


bahasa, ragam bahasa terdiri dari:

1. Ragam bahasa lisan


2. Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan


fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi
dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam
bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain
itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu
memiliki hubungan yang erat.

Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam


bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa
lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah
yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun
ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

Fungsi ragam bahasa


Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:
1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di Indonesia
2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional

Fungsi sebagai bahasa negara:

1. bahasa resmi negara


2. bahasa pengantar dalam pendidikan
3. berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan pembangunan nasional dan pelaksanaan
4. budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan
teknologi

Macam-Macam Ragam Bahasa


Berikut ini terdapat beberapa macam-macam ragam bahasa, antara lain:

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media


antara lain:

 Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga


kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam
pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang
dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu
tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-
masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang
berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:

1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;


2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.

Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’

 Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang


diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan
ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang
oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta
kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :

1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;


2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya
terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis


(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
a) Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

1. Ragam bahasa lisan:

 Nia sedang baca surat kabar


 Ari mau nulis surat
 Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
 Mereka tinggal di Menteng.
 Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Saya akan tanyakan soal itu

2. Ragam bahasa tulis:

 Nia sedangmembaca surat kabar


 Ari mau menulis surat
 Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
 Mereka bertempat tinggal di Menteng
 Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
 Akan saya tanyakan soal itu.
b) Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:

1. Ragam Lisan

 Ariani bilang kalau kita harus belajar


 Kita harus bikin karya tulis
 Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

2. Ragam Tulis

 Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar


 Kita harus membuat karya tulis.
 Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar
memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta
mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam
kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar


dilakukan berdasarkan:

1. Topik yang sedang dibahas,


2. Hubungan antarpembicara,
3. Medium yang digunakan,
4. Lingkungan, atau
5. Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan
nonstandard adalah sebagai berikut:

 Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,


 Penggunaan kata tertentu,
 Penggunaan imbuhan,
 Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
 Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang
yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan
kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam
ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam
nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai


perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar,
digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan
bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)


merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata
sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini
mengganggu kejelasan kalimat.

Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam


standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung
pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat
kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita
menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?”
“Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.”untuk menyatakan ‘tidak
tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak
disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi
ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam
tulis.

2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara


pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari
ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.
Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’
Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik


pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa
ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam
kedokteran dan ragam sastra.

Ciri-ciri ragam ilmiah:

1. Bahasa Indonesia ragam baku;


2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan
menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
antaralinea.
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)


2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.
(ragam bisnis)
3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif.
(ragam psikologi)

Ragam Bahasa Indonesia Baku dan Tidak


Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan


kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya
adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.

Ciri-ciri bahasa baku :

1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat


menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan
oleh instansi resmi,  perundang-undangan, penamaan dan
peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karya ilmiah, buku
pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan di depan umum, seperti dalam ceramah, kuliah,
pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
Sedangkan kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku. Suatu
kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal
ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur. Tidak
ada cirri-ciri penggunaan kata ini karena digunakan sebagai bahasa
sehari-hari (seenaknya).

Contoh bahasa baku dan bahasa tidak baku


Bahasa baku Bahasa tidak baku

–       Cantik sekali


–       Cantik banget
–       Lempeng saja
–       Lurus saja
–       Masih sembratu
–       Masih kacau
–       Duit
–       Uang
–       Enggak gampang
–       Tidak mudah
–       Diikat sama kawat
–       Diikat dengan kawat
–       Gimana kabarnya
–       Bagaimana kabarnya

Ragam Bahasa Indonesia Yang Baik Dan


Yang Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan
lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai
dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai
dengan kaidah ejaan, istilah, dan tata bahasa). Seperti yang ditulis di
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun 1988,
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang
dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.
“Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya
mencapai sasarannya, apapun jenisnya itu, dianggap berbahasa
dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut
bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya
tidak selalu perlu beragam baku” (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 19).

Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai
sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu
harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.
Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja,
“Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu
jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja,
karena nanti engkau bisa jatuh!”

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah
bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran” (Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman
20).

Anda mungkin juga menyukai