Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan
Dosen Pengampu :
(Abdullah Maulani, M.Hum.)

Disusun oleh :
Putri Ayu Inayanti (11200240000041)
Sultan Fadhilah (11200240000070)
Nabila Dhea Aulia (11200240000053)

PROGRAM STUDI TARJAMAH


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat beriring salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapat syafaatnya pada hari akhir nanti.
Adapun tujuan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah islam dan
ilmu pengetahuan untuk penerjemahan, selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca. Kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Abdullah Maulani, M.Hum. selaku dosen, yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan kami semua.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mencari kebenaran, manusia membutuhkan tiga hal yaitu
filsafat, ilmu dan agama. Ketiga aspek tersebut memiliki tujuan yang sama
yaitu mencari kebenaran, namun ketiganya tidak dapat dikategorikan sebagai
sesuatu yang sama (sinonim). Secara umum, filsafat dianggap sebagai hal yang
sangat bebas karena dapat berpikir tanpa batas. Sedangkan Agama, lebih
mengutamakan wahyu dari zat yang dianggap Tuhan1. Segala sesuatu yang
datang dari Tuhan, dari sudut pandang agama adalah kebenaran yang tak
terbantahkan. sedangkan ilmu adalah seperangkat metode untuk menemukan
kebenaran. Filsafat, dan ilmu pengetahuan digunakan oleh sebagian ahli agama
sebagai alat untuk memperdalam pemahaman mereka tentang agama, sehingga
kebenaran tentang agama akan semakin kuat2. Dan para filsafat memandang
agama dengan pemikiran yang mendalam, sehingga para filosof dapat
memperoleh kebenaran-kebenaran yang paling hakiki. Sedangkan ilmu
sebenarnya adalah alat yang sangat sederhana karena bisa digunakan oleh
semua orang dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki masing-masing
orang.
Pemahaman ketiga aspek tersebut sangat penting, karena semua orang
pasti memerlukan pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Namun banyak orang yang berpikir bahwa belajar
filsafat akan berujung pada kesesatan, bahkan bertentangan dengan agama.
Oleh karenanya makalah ini akan menjelaskan mengenai filsafat,ilmu, agama,
dan keterkaitan antara ketiganya.

1. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian dari filsafat, Ilmu, dan agama?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama?
3. Jelaskan hubungan antara filasafat, ilmu, dan agama?
2. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami pengertian filsafat, ilmu, dan agama

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 13
2
Daniel Djuned, “Konflik Keagamaan dan Solusinya” dalam Syamsul Rijal et.al, Filsafat, Agama
dan Realitas Sosial, (Banda Aceh: Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, 2004), hal. 81- 82.
2. Mengetahui dan memahami persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu,
dan agama
3. Mengetahui dan memahami hubungan antar filsafat, ilmu, dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat,Ilmu, dan Agama
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno “philosophia”, dari akar
kata philo berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah.
Jadi filsafat secara etimologi berarti Love of Wisdom (Cinta kepada
kebijaksanaan atau kearifan). 3 Ada beberapa peneliti yang menjelaskan
pengertian dari filsafat diantaranya
Anshori tahun 2009 mengatakan bahwa Filsafat adalah ilmu
istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dijawab
oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah tersebut diluar jangkuan Ilmu
pengetahuan biasa.
Tim filsafat UGM tahun 19960 juga menyebutkan bahwa filsafat adalah
usaha memahami atau mengerti dunia dalam hal dan maknanya. Filsafat
jangkauannya sangat luas dan mencangkup secara keseluruhan sejauh yang
dapat dijangkau oleh pikiran. Para filosof muslim juga memberi makna
kepada filsafat diantaranya:
Menurut Al-Kindi (790-873 M) filsafat merupakan ilmu yang mulia dan
terbaik, yang tidak wajar ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir,
karena ilmu ini membahas hal-hal yang berguna, dan juga membahas cara-
cara menjauhi hal-hal yang merugikan.
Al-Farabi, (870-950), menegaskan bahwa filsafat adalah ilmu mengenai
yang ada, yang tidak bertentangan dengan agama, bahkan sama-sama
bertujuan mencari kebenaran. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha
menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikran, realitas dan
kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan
bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil
kesimpulan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Filsafat adalah
sebuah ilmu yang bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang
merupakan tujuan hidupnya.

3
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Aceh: Bandar
Publishing, 2019), hal. 6.
Cara Berfikir Secara Filsafat
1. Radikal:berfikir radikal artinya berfikir sampai ke akar permasalahannya
2. Sistematik, berfikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah,
berurutan, penuh kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
3. Universal, berfikir secara menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu
tetapi mencakup seleuruh aspek.
4. Spekulatif, berfikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian
untuk memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti
mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu. 4 Tentu banyak
pendapat yang menjelaskan tentang ilmu. Salah satunya The Liang Gie
(1991) menjelaskan bahwa ilmu adalah sebuah metode untuk memperoleh
pengetahuan yang objektif dan dapat diteliti kebenarannya. Kebenaran ilmu
diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.
Menurut . Slamet Ibrahim. Pada zaman Plato sampai pada masa Al-
Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada.
Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan.
Perkembangan daya berpikir manusia yang mengembangkan filsafat pada
tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh
teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan
wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi.
Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis.
Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas,
umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga
filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak
mungkin dapat dijangkau oleh ilmu5.
Agama kadang kala diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan
sesuatu yang menjadi anutan. pokok dan dasar dari agama adalah keyakinan
sekelompok manusia terhadap suatu zat (Tuhan). Keyakinan dapat dimaknai
dengan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang memiliki sifat agung dan
berkuasa secara mutlak tanpa ada yang dapat membatasinya. Dari pengakuan
tentang eksistensi Tuhan tersebut, menimbulkan rasa takut, tunduk, patuh,
sehingga manusia mengekpresikan pemujaan (penyembahan) dalam berbagai
bentuk sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh suatu agama. Hakikat
sebuah agama adalah untuk pembebasan diri manusia dari penderitaan,

4
Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: 1998), hal. 340.
5
Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Bandung: ITB, 2008).
penindasan kekuasaan demi mencapai kedamaian hidup. Dengan agama,
suatu komunitas menjadi saling menyayangi sesama manusia walaupun
memeluk agama yang saling berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa agama
tidak semata-mata interaksi manusia dengan Tuhan, tetapi juga menuntut
sikap yang saling menyayangi sesama manusia, walaupun berbeda agama
sekalipun. Untuk itu makna agama dapat dikatakan sangat luas.6 Agama
adalah seperangkat sistem kepercayaan terhadap Tuhan. Agama ini meliputi
keyakinan kepada Tuhan, aturan-aturan Tuhan (termasuk pelaksanaan ritual-
ritual tertentu), serta konsep hubungan antar makhluk tuhan ( dengan sesama
manusia atau dengan alam alam sekitar)
Agama juga didefinisikan sebagai suatu keyakinan (iman) kepada
sesuatu yang tidak terbatas (muthlak). Hal ini seperti dikatakan oleh Herbert
Spencer bahwa faktor utama dalam agama adalah iman akan adanya
kekuasaan tak terbatas, atau kekuasaan yang tidak bisa digambarkan batas
waktu atau tempatnya.7 Hal ini menunjukkan bahwa salah satu unsur
terpenting dalam pemahaman tentang agama adalah adanya kekuasaan
muthlak dari dzat yang dianggap pokok segala sesuatu, yaitu Tuhan.
B. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama
Persamaan
1. Bertujuan memperoleh kebenaran walaupun kebenaran yang dimaksud
dalam presepektif yang berbeda
2. Bersifat metodik dan sistemik maksudnya, memiliki metode tertentu dan
juga sistematika pola pikir paradigma yang berbeda
3. Causality-centered yakni menjawab permasalahan sebab-akibat
Yang paling pokok persamaan antara ilmu, filsafat, dan agama adalah
sama-sama untuk mencari kebenaran. Ilmu melalui metode ilmiahnya
berupaya mencari kebenaran. Metode ilmiah yang digunakan dengan cara
melakukan penyelidikan atau riset untuk membuktikan atau mencari
kebenaran tersebut. Filsafat dengan caranya sendiri berusaha menempuh
hakikat sesuatu baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan. Agama
dengan karakeristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan
asasi perihal alam, manusia, dan Tuhan. Ada persamaan antara ilmu, filsafat,
dan agama (kursif penulis) yaitu tujuannya mencari ketenangan dan kemudian
bagi manusia.

6
Musa Asy’arie. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hal. 13-
14.
7
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 17
Perbedaan

ASPEK FILSAFAT ILMU AGAMA


Sifat Subjektif Objektif Mutlak Benar
Kebenaran
Sumber Akal Budi/Rasio Fakta Empiris Wahyu Tuhan
Stimulan Keraguan Rasa Ingin Keyakinan
Tahu
Pendekatan Pemikiran Radikal Observasi- Normatif-
Eksperimen Historis
Orientasi Kebijaksanaan Praktis- Ketenangan Jiwa
Teoritis
Batasan Tidak Ada Batas Objek Kajian Divine Law
Sesuia (Hukum Tuhan)
BIdangnya

Terdapat perbedaan yang mendasar antara ilmu, filsafat, dan agama


dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia,
sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan. Ilmu pengetahuan mencari
kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan
percobaan (eksperimen). Fislafat menemukan kebenaran atau kebijakan
dengan cara penggunaan akal budi atau rasio yang dilakukan secara
mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang diperoleh atau
ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia,
dengan cara perenungan (berpikir) yang mendalam (logika) tentang hakikat
sesuatu (metafisika). Agama mengajarkan kebenaran atau memberi jawaban
berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa firman
Tuhan.
C. Hubungan Filsafat, Ilmu, Dan Agama
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari
peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan
filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang umum, dan sering disebut sebagai
induk dari segala ilmu (mater scientiarum), karena pada mulanya ilmu
pengetahuan merupakan bagian filsafat8. Ilmu pengetahuan adalah ilmu
khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang. Baik filsafat maupun
ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir. Bedanya, kalau filsafat memikirkan
atau menjangkau sesuatu itu secara menyeluruh, maka ilmu memikirkan atau
menjangkau bagian-bagian tertentu tentang sesuatu. Kalau filsafat

8
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Aceh: Bandar
Publishing, 2019), hal. 14
menjangkau sesuatu itu secara spekulatif atau perenungan dengan
menggunakan metode berpikir deduktif, maka ilmu mengguna-kan
pendekatan empiris atau ilmiah dengan menggunakan metode berpikir
induktif di samping metode berpikir deduktif, Sebagai ilmu yang umum maka
filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada, mencakup alam, manusia,
dan Tuhan. Mengenai manusia misalnya dipersoalkan pertanyaanpertanyaan
seperti: Apa arti dan tujuan hidup saya? Apa yang menjadi kewajiban saya
dan yang menjadi tanggung jawab saya sebagai manusia? Bagaimana saya
harus hidup agar menjadi manusia yang baik? Apa arti dan implikasi martabat
saya dan martabat orang lain sebagai manusia? Demikian pula pertanyaan-
pertanyaan mengenai dasar pengetahuan kita, mengenai nilai-nilai yang kita
junjung tinggi seperti tentang keadilan dan sebagainya. Jawaban-jawaban
yang mendalam terhadap pertanyaan itu akan mempengaruhi orientasi dasar
kehidupan manusia.
Menurut Magnis Suseno, Sebagai ilmu-ilmu khusus maka ilmu
pengetahuan tidak menggarap pertanyaan-pertanyaan fundamental manusia
seperti tersebut di atas, karena ilmu-ilmu khusus itu (fisika, kimia, sosiologi,
psikologi, ekonomi, dll) secara hakiki terbatas sifatnya.9
Menurut konsep Barat, antara ilmu pengetahuan dengan agama pada
dasarnya merupakan dua hal yang sangat berbeda (kontras), dan malah
bertentangan (konflik). Kontras maksudnya antara keduanya tidak ada
hubungan, masing-masing berjalan sendiri. Ilmu berhubungan dengan
kehidupan duniawi, sedangkan agama sekaligus menyangkut kehidupan.
duniawi dan kehidupan akhirat. Menurut konsep Barat yang ada hanyalah
kehidupan duniawi sedangkan kehidupan akhirat itu hanyalah ilusi, sesuatu
yang sebenarnya tidak ada. Konflik maksudnya bahwa keberadaan agama
akan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Keduanya bertetangan dan
keduanya dipandang tidak bisa dirujukkan.
Banyak ilmuan Barat yang sangat yakin bahwa agama tidak akan
pernah bisa didamaikan dengan ilmu. Alasan utama mereka ialah bahwa
agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaranajarannya
dengan tegas, pada hal sains bisa melakukan hal itu. Seperti yang dikatakan
oleh Mahdi Ghulsyani (1993:59) “Ilmu itu laksana lampu kehidupan dan
agama adalah petunjuknya” Sesuai dengan itu, Einstein menulis dalam
bukuya Out of my later years: ”Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu
buta” (science without religion is lame, religion without science is blind). Ini
berarti bahwa begitu erat hubungan antara keduanya sehingga kalau salah
satu tidak mendampingi yang lain pada diri seseorang, maka kehidupan
seseorang itu ibarat mengalami kebutaan ataupun kelumpuhan. Jadi, tanpa
9
Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, ( Yogyakarta: Kanisus Jual, 1992), hal.30
didasari dengan nilai-nilai agama maka ilmu yang dimiliki oleh seseorang
tidak jelas akan digunakan untuk apa, dan tanpa dibimbing oleh ilmu maka
nilai-nilai agama yang dimiliki oleh seseorang akan salah ketika
diamalkannya.
Dari uraitan di atas dapat dijelaskan bahwa, hubungan antar Filsafat,
ilmu, dan agama sangatlah terikat satu sama lain. Filsafat Merasionalkan
hakikat dari segala sesuatu termasuk hakikat dari sebuah disiplin ilmu
tertentu. Lalu ilmu Lebih lanjut akan menyelidiki proses dan hasil dari
masing-masing objek studinya. Dan terakhir agama sebagai kontrol terhadap
proses pencarian hakikat kebenaran dari segala sesuatu, sehingga tidak
bertentangan dengan ajaran tuhan
D. Proses Berpikir Secara Filsafat, Ilmu, dan Agama

Keraguan

Kebenaran Pemikira
Ilmiah n Radikal

Rasional
logis Pengetahua
sistematis n / Hakikat
objektif
Observasi
Empiris
Pertama suatu keraguan, jika dilanjutkan maka akan menimbulkan sebuah
pemikiran yang radikal, yang mendalam kemudian harus menyeluruh. Dari
pemikiran radikal tersebut kita akan mendapatkan sebuah pengetahuan atau
hakikat kebenaran dari apa yang kita pikirkan. Dari keraguan kemudian
pemikiran radikal berkembang menjadi pengetahuan atau hakikat dari suatu
kebenaran. Proses ini merupakan bagian dari filsafat
Kedua adalah observasi empiris ini adalah pembuktian dari pengetahuan
yang didapat dari pemikran radikal tadi. Walaupun sudah di dapatkan hakikat
kebenaran dari suatu yang kita pikirkan, tapi ini masih sebuah produk akal
manusia sehingga harus diobservasi secara empiris, dengan observasi empiris
yang melibatkan rasionalitas, pemikiran yang logis, sistematis, dan objektif dan
ini adalah kaidah dari sains. Maka nanti akan menjadi sebuah kebenaran ilmiah.
Jadi, dari kebenaran ilmiah itulah maka akan kembali lagi ke siklus yaitu
keraguan. Karena inilah sifat dari ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan
itu tidak mutlak benar, tetapi hanya sampai pada tahap kebenaran objektif yakni
disepakati oleh mayoritas manusia. Proses ini merupakan bagiaan dari ilmu
Ketiga proses tadi harus ada dalam control yang disebut divine low. Proses
ini bagian dari agama.
Contoh
Dimulai dari timbul Melahirkan logika yang
pertanyaan menjadi matematika
Kenapa kita ada disini? sebuah alat untuk
Apa arti hidup ini? mengukur semua hal di
Darimana kita berasal? alam semesta
siapakah kita?

Ilmu tersebut juga


digunakan kita untuk Menginspirasi lahirlah
mencoba mengerti metode saintifik seperti
kompleksnya makhluk ilmu fisika,kimia,biologi
hidup termasuk kita untuk mencari bukti
manusia kebenaran lewat asal
usul alam semeta dan
Semua hal itu harus ada
kontrol (agar tidak
bertentangan dengan
agama)

E. Tujuan Belajar Filsafat, Ilmu, dan Agama


1. Dapat berpikir secara mendalam dan kritis terhadap suatu masalah
2. Dapat menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga
3. Dapat membentuk argumen dalam bentuk tulisan secara sistematis dan
kritis
4. Dengan mempelajri ilmu agama dapat memperkecil kemungkinan
kesalahan dalam menunaikan ibadah dan juga terhindar dari kesesatan.

BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Filsafat adalah sebuah ilmu yang bertujuan menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat
manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Ilmu
adalah sebuah metode untuk memperoleh pengetahuan yang
objektif dan dapat diteliti kebenarannya. Kebenaran ilmu diuji
secara empiris, riset, dan eksperimental. Agama adalah
seperangkat sistem kepercayaan terhadap Tuhan. Agama ini
meliputi keyakinan kepada Tuhan.
b. Persamaan Filsaafat, ilmu, dan agama adalah sama-sama bertujuan
untuk mencari sebuah kebenaran, bersifat metodik,sistematik dan
menjawab permasalahan sebab-akibat
Perbedaan antara ketiganya adalah terletak pada sifat
kebenarannya, stimulan, sumber, pendekatan, orientasi, dan
batasan
c. Baik Ilmu, Filsafat, dan agama ketiganya saling melengkapi.
Karena tidak semua masalah yang ada di dunia dapat diselesaikan
oleh ilmu. Filsafat menjadi induk pengetahuan yang
mengedepankan rasionalitas dilanjutkan ilmu sebagai suatu hal
yang dipelopori oleh akal sehat,ilmiah, empiris, dan logis. terakhir
agama lahir sebagai pedoman dan panduan yang menjadi kontrol
dalam mencari kebenaran itu
2. Saran
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie., Musa, Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual, (Yogyakarta:
LESFI, 2002),
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996),
Filsafat, Agama dan Realitas Sosial, (Banda Aceh: Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-
Raniry, 2004),
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).
Penulis, Tim, Kamus Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: 1998).
Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Bandung: ITB, 2008).
Soelaiman, Darwis A., Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat
dan
Islam (Aceh: Bandar Publishing, 2019).
Suseno, Franz Magnis, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, ( Yogyakarta: Kanisus Jual,
1992).

Anda mungkin juga menyukai