Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANJEMEN PENDIDIKAN

(Kebijakan Pendidikan Dasar, Menengah cont :Kampus merdeka, Standar pendidikan,


Akreditasi)

Dosen pengampu : Prof. Rosmala Dewi, M.Pd

DISUSUN OLEH (KELOMPOK 3) :

 Theodorus Simarmata(1193151027)
 Rut Malem Br Ginting (1192451011)
 Jhon Erikson Damanik (1193351074)
 Yoss Michael Sipayung (1193351034)
 Indah Ramayanti Berutu ( 1191151014

BK REGULER C 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Manjemen
Pendidikan yang berjudul “Kebijakan Pendidikan Dasar, Menengah cont : Kampus merdeka,
Standar pendidikan, Akreditasi ”. Dan telah kami susun semaksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih
kepada ibu Prof. Rosmala Dewi, M.Pd yang telah menjelaskan kepada kami bagaimana untuk
membuat makalah yang baik dan benar.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami mengakui bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami berharap kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, hanya kepada Tuhan kami bersyukur atas selesainya
makalah ini, semoga Tuhan memberikan petunjuk kepada kita semuanya ,Amiin.

Medan, 10 September 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6

A. Kebijakan Pendidikan Dasar, Menengah tentang Merdeka Belajar..............................6


B. Standar pendidikan .........................................................................................................8
C. kampus Merdeka ............................................................................................................13.
Akreditasi.............................................................................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia masih merupakan suatu isu yang belum terselesaikan.
Dalam Elihami (2019), reorientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya masih cenderung
menempatkan peserta didik sebagai objek atau klien, pengajar atau tutor yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam proses pembelajaran yakni sebagai figur yang seolah-olah memiliki
otoritas tertinggi dalam keilmuan sehingga sistem pembelajaran bersifat subject-oriented. Oleh
karena sistem edukasi seperti yang telah dijelaskan, peserta didik cenderung belajar dengan
menghafal materi agar hasil ujian yang diperoleh dapat memuaskan. Standar akreditasi yang
mengikat menjadi salah satu hambatan bagi peserta didik untuk masuk ke perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta. Oleh karena itu, banyak hal yang harus diperhatikan dalam memajukan
sistem pendidikan Indonesia. Bagaimana cara agar ilmu yang diperoleh di sekolah bisa
diimplementasikan dalam kehidupan sehingga tidak sia-sia, keefektifan administrasi dalam
perguruan tinggi, dan melahirkan generasi penerus bangsa yang siap menjadi pekerja dan juga
pemikir (Arifin, 2020). Jadi, poin penting dari suatu proses belajar bukanlah serta merta dilihat
dari hasil nilai ujian yang tinggi melainkan pemahaman terhadap konsep pada materi tersebut.
Dengan kata lain, pemahaman teoritis juga harus diimbangi dengan praktikal. Belajar dari
pengalaman tersebut, sistem pendidikan di Indonesia perlu dikaji ulang dan direvisi. Hal tersebut
telah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia saat ini,
Nadiem Anwar Makarim, meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar:
Kebijakan Kampus Merdeka dalam (Elihami, 2019) terdapat empat penyesuaian
kebijakan di lingkup Perguruan Tinggi yakni penyusunan kurikulum, praktik kerja atau
magang, dan penempatan kerja mahasiswa bekerja sama antara Perguruan Tinggi dan Mitra
untuk melakukan pengawasan serta tracer study yang wajib dilaksanakan oleh PTN dan PTS.
Program yang kedua adalah program re-akreditasi yang bersifat otomatis untuk seluruh peringkat
dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah naik peringkat yang masa
berlakunya selama 5 tahun, namun akan diperbaharui secara otomatis. Selanjutnya, program
yang ketiga adalah kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum dan Satuan kerja untuk
menjadi PTN Badan Hukum serta mempermudah persyaratan PTN BLU menjadi PTN BH tanpa
terikat status akreditasi. Program yang keempat yakni memberikan hak kepada mahasiswa
untuk secara sukarela mengambil atau tidak sks di luar kampusnya sebanyak dua semester
atau setara dengan 40 sks. Meskipun demikian, masih terdapat banyak pro kontra terhadap
kebijakan Kampus Merdeka.

4
B. Rumusan Masalah
*apa itu kebijakan pendidikan dasar, menengah tentang merdeka belajar?
*apa saja standart pendidikan?
*apa itu kampus merdeka?
*apa itu akreditasi?
C. Tujuan
*untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pendidikan dasar, menenga tentang merdeka
belajar.
*mengetahui apa saja standart dalam pendidikan
*untuk mengetahui dan memahami tentang kampus merdeka
Dan untuk mengetahui apa itu akreditasi

5
BAB II PEMBAHASAN

A. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH TENTANG MERDEKA


BELAJAR

1. PENGERTIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Kebijakan (policy) secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu
“Polis” yang artinya kota (city). Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan
organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehingga
dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya (Monahan dalam Syafaruddin, 2008:75).
Abidin (2006:17) menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat
umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat. Kebijakan adalah aturan tertulis yang
merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan
tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan
utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Dunn, 1999).
Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law)
dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan juga
mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat
umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang
diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada. Masih banyak kesalahan pemahaman maupun
kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan
kebijaksanaan, yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah
kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan
formal organisasi.

2. Merdeka Belajar
Konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim, tujuannya baik, agar
peserta didik bahagia dalam menempuh pendidikan. Para siswa diberi kebebasan untuk
mengakses ilmu Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum, tetapi siswa dan
guru harus kreatif, untuk menggapai pengetahuan. Merdeka Belajar merupakan slogan Sekolah
Cikal yang dipinjam sebagai program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Kemendikbud RI) dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim.
Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum
mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level
apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka
tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi. Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga
akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa

6
pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar
dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk
karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan,
berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei
hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan
kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap
kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.

Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya


menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai
tertentu. Pokok-pokok kebijakan Kemendikbud RI tertuang dalam paparan Mendikbud RI di
hadapan para kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia, Jakarta, pada 11
Desember 2019.

Ada empat pokok kebijakan baru Kemendikbud RI, yaitu:

1. Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei
Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerik yang
didasarkan pada praktik terbaik tes PISA. Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di
akhir jenjang pendidikan, asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya
diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.
2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah. Menurut
Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan bentuk penilaian,
seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan lainnya.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Nadiem Makarim,
RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui penyederhanaan administrasi, diharapkan
waktu guru dalam pembuatan administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan
peningkatan kompetensi.
4. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas (tidak termasuk
daerah 3T. Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi dan prestasi, diberikan
kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.[4] Pemerintah daerah diberikan
kewenangan secara teknis untuk menentukan daerah zonasi ini.
Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian
Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian
pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan
literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara.

Menyikapi hal itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum,
meliputi literasi, numerasi, dan kurvei karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan
membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di
baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian

7
terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata. Soalnya
pun tidak, tetapi membutuhkan penalaran.

3. Konsep Pendidikan Dasar dan Menengah


Konsep dan praktek pendidikan dasar dan menengah dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia. Dalam Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah jenis pendidikan formal untuk
peserta didik usia 7 sampai dengan 18 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan
yang lebih tinggi. Seringkali kali terjadi miskonsepsi dari masyarakat dan orang tua terhadap
esensi dan karakteristik pendidikan dasar dan menengah. Esensi pendidikan dasar adalah
”paspor” bagi setiap peserta didik untuk pengembangan dirinya di masa depan, dan ”bekal dasar”
untuk dapat hidup layak dalam hidup bermasyarakat dimanapun di dunia ini. Oleh karenanya,
program belajar pendidikan dasar harus mengembangkan potensi peserta didik secara terpadu
dan sinergis. Pola pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar harus dilakukan secara terpadu,
karena secara psikologis perkembangan kemampuan kognisi, kemampuan sosio-emaosional,
kemampuan pengembangan moral dan perkembangan fisik peserta didik usia pendidikan dasar
terjadi secara terpadu dan saling ketergantungan.
Sedangkan pendidikan menengah merupakan awal dari penguatan dan pengembangan
potensi dominan peserta didik yang terpotret pada jenjang pendidikan dasar. Dengan demikian,
program belar dan pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah harus memperhatikan
pengembangan potensi dominan peserta didik, sehingga program belajar pada jenjang
pendidikan menengah dapat mendukung suksesnya kehidupan peserta didik, baik pengembangan
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk mendukung keberhasilan pendidikan dasar
dan menengah seperti yang dikehendaki dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, maka penyelenggaraan jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
memenuhi ketentuan tentang standar nasional pendidikan, dalam aspek-aspek: 1) isi kurikulu, 2)
lulusan, 3) proses pembelajaran, 4) pendidik dan tenaga kependidikan, 5) sistem pengelolaan, 6)
sarana dan prasarana pendidikan, 7) pembiayaan pendidikan, dan 8) sistem penilaian pendidikan.

B. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN


1) Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan atau disingkat SNP adalah standar atau kriteria minimal terkait
sistem pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia. Ada 8 indikator Standar Nasional
Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Seluruh 8 standar pendidikan tersebut
berlaku bagi seluruh instansi pendidikan yang ada di Indonesia, mulai dari pendidikan dasar,
menengah, hingga pendidikan program kesetaraan seperti Kejar Paket A, B, dan C.
2) Tujuan Standar Nasional Pendidikan
Tujuan dibuatnya Standar Nasional Pendidikan ini adalah untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa serta membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945

8
3) Fungsi Standar Nasional Pendidikan
Fungsi dari standar nasional pendidikan adalah sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Berikut ini adalah indikator 8 Standar Nasional Pendidikan di Indonesia :
1. Standar isi
Standar yang pertama adalah standar isi. Yang diatur dalam standar isi mencakup
komponen materi dan tingkat kompetensi minimal yang dimiliki oleh siswa pada suatu
jenjang pendidikan.
2. Standar Proses
Yang kedua adalah standar proses. Standar proses ini berkaitan dengan proses
pelaksanaan pembelajaran di masing-masing jenjang pendidikan. Dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran, setiap instansi pendidikan harus melakukannya
dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan partisipatif atau mengikutsertakan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Yang ketiga dari 8 standar pendidikan Nasional Indonesia adalah Standar Kompetensi
Lulusan. Standar ini berkaitan erat dengan kriteria kemampuan lulusan dari suatu instansi
pendidikan. Setiap peserta didik yang lulus dari suatu jenjang pendidikan diharapkan
memiliki kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dan sesuai
dengan standar yang berlaku.
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan
Yang keempat adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang bertugas untuk mendidik, membimbing, mengajar, menilai para
peserta didik. Sedangkan tenaga kependidikan adalah semua orang yang terlibat dalam
suatu instansi pendidikan, mulai dari kepala sekolah, tenaga laboratorium, tenaga
administrasi dan tata usaha, pustakawan, pengawas sekolah, dan sebagainya.
5. Standar Sarana Dan Prasarana
Yang kelima adalah standar sarana dan prasarana. Demi berlangsungnya proses
pembelajaran, setiap instansi pendidikan perlu memiliki sarana dan prasarana yang
memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang berkelanjutan, teratur, dan juga
nyaman. Dalam standar ini, diatur mengenai sarana dan prasarana yang wajib dimiliki
oleh setiap satuan pendidikan.
6. Standar Pengelolaan
Yang keenam dari 8 standar pendidikan nasional Indonesia adalah standar pengelolaan.
Standar pengelolaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah, dan standar pengelolaan oleh
pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
 Standar Pengelolaan

9
 Perencanaan program
 Pelaksanaan rencana kerja
 Pengawasan dan evaluasi
 Kepemimpinan sekolah/madrasah
 Sistem informasi manajemen
7. Standar Pembiayaan
Standar pendidikan yang ketujuh adalah standar pembiayaan. Proses pendidikan bias
terselenggara karena adanya pembiayaan yang berkelanjutan. Peraturan yang mengatur
lebih lanjut mengenai standar pembiayaan adalah Peraturan Menteri No. 69 Tahun 2009.
Pembiayaan dalam dunia pendidikan terdiri dari tiga komponen, yaitu :
 Biaya investasi
 Biaya personal
 Biaya operasi
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan yang terakhir adalah standar penilaian pendidikan. Ini
mengatur segala hal yang berkaitan dengan prosedur penilaian pada peserta didik.
Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan pemahaman peserta didik dan
keberhasilan proses pembelajaran selama ini.

C. Kampus Merdeka
Apa itu kampus merdeka? Kampus merdeka adalah pada dasarnya menjadi sebuah
konsep baru yang membiarkan mahasiswa mendapatkan kemerdekaan belajar di perguruan
tinggi. Konsep ini pada dasarnya menjadi sebuah lanjutan dari sebuah konsep yang sebelumnya
yaitu merdeka belajar. Ini merupakan sebuah implementasi dari visi misi yang dimiliki oleh
Presiden Joko Widodo guna menciptakan adanya SDM yang lebih unggul. Perencanaan pada
konsep kampus merdeka ini pada dasarnya hanya perlu untuk mengubah peraturan menteri saja.
Konsep kampus yang merdeka rencananya akan segera dilangsungkan untuk mendapatkan
kualitas pembelajaran yang lebih berkualitas.
Dalam penerapannya, konsep ini nantinya mahasiswa akan diberikan keleluasaan selama
dua semester pada program belajarnya untuk melakukan kegiatan diluar kelas. Konsep ini pada
dasarnya menjadikan mahasiswa untuk lebih bersosialisasi dengan lingkungan diluar kelas. Jadi,
mahasiswa nantinya secara tidak langsung akan diajak untuk belajar caranya hidup di lingkungan
masyarakat. Pada dasarnya kebijakan tersebut bertujuan untuk dapat mengenalkan adanya dunia
kerja pada mahasiswa sejak dini.
1. Tujuan dari penerapan kampus yang merdeka
Tujuan dari penerapan kampus yang merdeka adalah agar mahasiwa nantinya memiliki
kemampuan untuk menguasai beragam keilmuan yang berguna didunia kerja nantinya. Dalam
kampus yang merdeka sendiri ada empat hal yang disampaikan oleh menteri nadiem makarim.
Empat hal tersebut akan dibahas secara lengkap didalam pembahasan dibawah ini agar Anda bisa
lebih paham akan hal tersebut.
2. Ada 4 Kebijakan Kampus Merdeka Ala Nadiem Makarim
10
1. Mengubah PTN Satker menjadi sebuah PTN BH
Dalam kebijakan kemendikbud dalam kaitannya dengan penerapan kampus yang
merdeka adalah mengubah PTN satker untuk kemudian menjadi PTN BH. PTN satker
adalah sebuah perguruan tinggi negeri dengan status sebagai satuan kerja dimana
didalamnya terdapat layanan umum yang tersedia. Perubahan tersebut dilakukan dengan
mengubah PTN satker menjadi PTN BH (perguruan tinggi negeri dengan kekuatan badan
hukum).
2. Adanya penyederhanaan pada akreditasi perguruan tinggi
Salah satu kebijakan lainnya yang diterapkan dalam kampus yang merdeka adalah adanya
penyederhanaan pada akreditasi perguruan tinggi. Kebijakan ini berkaitan dengan
program re-akreditasi yang pada dasarnya bersifat otomatis untuk semua peringkat dan
juga bersifat sukarela bagi perguruan tinggi.
3. Membuka prodi baru
Selanjutnya dalam penerapan kampus merdeka, nadiem makarim menetapkan kebijakan
lain yang akan ditetapkan kepada setiap perguruan tinggi baik itu PTN ataupun PTS.
Kebijakan ini berkaitan dengan otonomi bagi setiap perguruan tinggi baik PTN ataupun
PTS untuk membuka atau mendirikan sebuah program studi yang baru.
4. Adanya kegiatan dua semester diluar kampus
Nadiem mengatakan bahwa pada dasarnya apapun yang dipelajari seringkali hanyalah
menjadi sebuah starting poin saja yang dimiliki. Adanya kebijakan untuk melakukan
kegiatan selama dua semester diluar kampus pada dasarnya menjadi sebuah bentuk
kemerdekaan yang didapatkan oleh mahasiswa.
Adanya kebijakan kampus merdeka yang memberikan keleluasaan kepada mahasiswa
untuk melakukan kegiatan diluar kelas akan mendorong mereka untuk mandiri. Kampus yang
memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk kegiatan diluar kelas akan membantu mereka
lebih tahu penerapan ilmunya dalam suatu bidang kerja. Ini akan membantu mahasiswa untuk
kemudian bisa lebih siap menghadapi dunia kerja yang saat ini semakin sulit.

D. . AKREDITASI

1. Akreditasi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan Program Studi dan
Perguruan Tinggi.

2. AkreditasiProgram Studi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan Program


Studi.

3. Akreditasi Perguruan Tinggi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan


Perguruan Tinggi.

4. Lembaga Akreditasi Mandiri, yang selanjutnya disingkat LAM adalah lembaga yang dibentuk
oleh Pemerintah atau masyarakat untuk melakukan akreditasi Program Studi secara mandiri

11
Akreditasi dilakukan atas arahan suatu badan akreditasi independen di luar institusi tersebut, dan
hasilnya nanti berupa pengakuan bahwa institusi yang dinilai tersebut telah memenuhi dan sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.

Dari hasil akreditasi tersebut sebuah institusi telah dianggap layak untuk beroperasi serta
melaksanakan seluruh programnya.

Akreditasi merupakan proses evaluasi dan penilaian layak tidaknya sebuah institusi yang
dilakukan secara berkesinambungan.

Jadi bisa diartikan juga sebagai proses evaluasi dan penilaian terhadap mutu serta kualitas yang
dilakukan pada penyelenggara pendidikan tersebut.

Sebelum dilaksanakan pada semua sekolah maupun madrasah seperti sekarang ini, akreditasi
memiliki perjalanan yang cukup panjang.

Setidaknya ada 3 fase dalam perjalanan sejarah akreditasi di Indonesia.

Fase Pertama
Pada fase pertama ini, sistem akreditasi dilakukan pada sekolah swasta kemudian akan diberikan
pengakuan dalam bentuk status sekolah Terdaftar, Diakui dan Disamakan.

Hanya saja cara ini dianggap diskriminatif sehingga sekolah-sekolah swasta selalu dipersepsikan
under position atau berkualitas rendah.

Fase Kedua
Pada fase kedua dilakukan akreditasi pada semua sekolah baik negeri maupun swasta yang
dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional atau BANSM.

Akreditasi dilakukan dengan menggunakan 9 komponen pada penyelenggaraan pendidikan.

Namun akreditasi fase kedua ini pun masih dianggap belum memenuhi syarat karena dianggap
tidak adil disebabkan oleh karakter instrumen yang digunakan diskrit dan kategorik.

Respon yang tersedia pada instrumen penilaian hanya ada 2 jenis yaitu “ya” dan “tidak”, dengan
skor 1 dan 0.

Fase Ketiga
Fase ketiga dimulai sejak penilaian dan evaluasinya dilaksanakan oleh Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah atau BAN S/M.
12
BAN mempergunakan 8 komponen Standar Pendidikan Nasional yang merupakan
penyempurnaan akreditasi dari fase-fase sebelumnya. Sistem akreditasi inilah yang dipergunakan
hingga sekarang.

13
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh
anggota masyarakat. Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata
nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Dunn, 1999). Kebijakan pada umumnya bersifat
problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation),
kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh,
dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa
menghilangkan ciri lokal yang spesifik.
Begitu juga pada kebijakan dalam kampus merdeka, standart nasional pendidikan dan di
dalam akreditasi. Kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik
yang ada. Masih banyak kesalahan pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang kebijakan.
Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan kebijaksanaan, yang maknanya sangat berbeda
dengan kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan
kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

14
"Merdeka Belajar: Kebijakan Lompat-lompat ala Nadiem Makarim – Muslimah News".
www.muslimahnews.com. Diakses tanggal 2020-01-16.

https://blog.kejarcita.id/6-target-merdeka-belajar-untuk-pendidikan-dasar-dan-menengah/

Ningsih, Widya. "Merdeka Belajar melalui Empat Pokok Kebijakan Baru di Bidang Pendidikan |
Suara Guru Online" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-16.

15

Anda mungkin juga menyukai