Anda di halaman 1dari 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Gangguan Orientasi Realitas

1. Definisi Gangguan Orientasi Realitas


Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul
perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya
ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari
gangguan orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham
untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya: harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan
bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010).

2. Penyebab Gangguan Orientasi Realitas


Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu:
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons
terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer): 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek, ambivalen,
autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
e. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

3. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan orientasi


 Persepsi akurat menyimpang illusi realita: Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Gangguan persepsi
dengan pengalaman berlebihan dan kurang sensori: Halusinasi
 Perilaku social  Perilaku tidak sesuai
 Hubungan sosial  Menarik diri
B. Halusinasi

1. Definisi Halusinasi
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari
panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang
paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi
penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah
pasien merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien
mengatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum
sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada
binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit.

2. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
DO: -Bicara atau tertawa sendiri
-Marah-marah tanpa sebab
-Menyedengkan telinga ke arah tertentu
-Menutup telinga
DS: -Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
-Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
-Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b. Halusinasi Pengihatan
DO: -Menunjuk-nunjuk ke arah Tertentu
-Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
DS: -Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu
atau monster.
c. Halusinasi Penghirup
DO: -Mengisap-isap seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
-Menutup hidung.
DS: -Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
d. Halusinasi Pengecapan
DO: -Sering meludah
-Muntah
DS: -Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
e. Halusinasi Perabaan
DO: -Menggaruk-garuk permukaan kulit
DS: -Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
-Merasa seperti tersengat listrik

3. Faktor predisposisi dan presipitasi


Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi, yaitu sebagai
berikut
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari:
1) Faktor Biologis: Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari
orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.

C. Waham

1. Definisi Waham
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Direja, 2011).

2. Jenis-jenis Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu:
Jenis Waham Pengertian Perilaku
Waham Kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahawa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya perusahaan
kekuatan khusus atau paling besar lho “.
kelebihan yang berbeda
dengan orang lain,
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham Agama Keyakinan terhadap “ Saya adalah tuhan yang
suatu agama secara bisa menguasai dan
berlebihan, diucapkan mengendalikan semua
berulang-ulang tetapi makhluk”.
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham Curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya,
yang mau merugikan karena iri dengan
atau mencederai dirinya, kesuksesan saya
diucapkan berulang-
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham Somatik Keyakinan seseorang “Saya menderita kanker”.
bahwa tubuh atau Padahal hasil
sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak ada
terserang penyakit, sel kanker pada tubuhnya.
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham Nihlistik Keyakinan seseorang “Ini saya berada di alam
bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang ada
meninggal dunia, disini adalah roh-roh
diucapkan berulang- nya’’.
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

3. Faktor predisposisi dan presipitasi


a. Faktor predisposisi
1) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini
termasuk hal-hal berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal,
temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat
menunjukkan hal-hal berikut ini:
-Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
-Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
-Masalah-masalah pada sistem respon dopamin Penelitian pada keluarga
yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi telah diupayakan
untuk mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada
pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik terakhir
memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat
angka kejadian skizofrenia yang tinggi.
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham (Direja, 2011).

b. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada
respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan.
Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011
4. Proses Keperawatan Waham

No. Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Waham Curiga Tujuan Umum:
Kien dapat
berkomunikasi dengan
baik dan terarah.

Tujuan Khusus: Kriteria Evaluasi: Bina hubungan Hubungan saling


Klien dapat membina 1. Ekspresi wajah saling percaya percaya menjadi
hubungan saling bersahabat. dengan dasar interaksi
percaya. 2. Ada kontak mata. menggunakan selanjutnya dalam
3. Mau berjabat prinsip komunikasi membina klien
tangan. teraupetik. dalam berinteraksi
4. Mau menjawab - Sapa klien dengan dengan baik dan
salam. 5. Klien mau ramah baik verbal benar, sehingga klien
duduk maupun nonverbal mau mengutarakan
berdampingan. - Perkenalkan diri isi perasaannya
6. Klien mau dengan sopan
mengutarakan isi - Tanyakan nama
perasaannya lengkap dan nama
yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan menepati
janji
- Tunjukkan rasa
empati dan
menerima klien
dengan apa adanya

Anda mungkin juga menyukai