Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Asuhan Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

1. Adhwa Nafisa Aulia


2. Adriani Azhri Amazia
3. Azzahra Tiara Permatasari
4. Desita Fitri Aulia
5. Ayu Alfiah
6. Rapika Yanti
7. Nurul Sofiya
8. Tazkiah Aulia

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA DHARMA HUSADA

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan begitu banyak
nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikamat yang telah di
dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran. Dengan nikmat dan hidayah-Nya
pula kami dapat menyelesaikan penulisan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan topic
“Asuhan Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan. ".

Kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Tri Monja selaku dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat mengharap
kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian semoga makalah ini
memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi kami, Aamiin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 5
A. Definisi ................................................................................................................................. 5
B. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 6
C. Rentang Respon Marah ........................................................................................................ 6
D. Pohon Masalah ..................................................................................................................... 7
E. Etiologi ................................................................................................................................. 8
F. Penatalaksaan ....................................................................................................................... 9
BAB III ......................................................................................................................................... 11
TINJAUAN KASUS ..................................................................................................................... 11
BAB IV ......................................................................................................................................... 17
PENUTUPAN ............................................................................................................................... 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah berbagai


karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun
2014 adalah kondisi dimana seseorang individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.

Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung dengan distress (penderitaan) dan menimbulkan
hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. (Keliat. 2012)

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa


diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili di
negara-negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan data dan fakta bahwa hampir
separuh populasi dunia tinggal di negara dimana satu orang psikiater melayani 200.000
orang. Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan
konflik yang dialami sehingga 2 berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.( Dermawan dan Rusdi,
2013).

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan


dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejalarisiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik
tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung,
marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede & Hulu,
2020).

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk


melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada
di lingkungan. (Putri & Fitrianti, 2018).

Perilaku kekerasan adalah merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara


fisik maupun verbal ditunjukkan kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku
kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologi. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di
sisi yanglain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah.Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi
secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi 6 agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus. (Kandar & Iswanti, 2019). Tanda dan gejala
risiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah.

5
B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan


jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede, 2020).
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan .
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan :


1. Subjektif: mengungkapkan perasaan kesal atau marah, keinginan untuk melukai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka membentak dan menyerang
orang lain.
2. Objektif : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal dan rahang
mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku, bicara kasar, ketus,
amuk/agresif, menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain.

C. Rentang Respon Marah

Rentang respon kemarahan dari perilaku kekerasan dapat di gambarkan sebagai berikut,
assertif, frustasi, pasif, agresif, dan mengamuk. ( Putri, N & Fitrianti, 2018).

6
Keterangan :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.

D. Pohon Masalah

7
E. Etiologi

Menurut Nurhalimah (2016) Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan
dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor
predisposisi dan presipitasi.
1. Faktor Predisposisi.
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).

b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai
hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu
kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul
adalah individu tersebut berperilaku destruktif.

c. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).

8
2. Faktor Prespitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab
yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu
meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti
(putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit fisik, dll.
Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik,
lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan
kekerasan.

F. Penatalaksaan

Penanganan yang dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan yaitu dengan cara
medis dan non medis. Terapi medis yang dapat di berikan 10 seperti obat antipsikotik
adalah Chlorpoazine(CPZ), Risperidon(RSP) Haloperidol(HLP), Clozapindan
Trifluoerazine (TFP). Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilanggan gejala gannguan jiwa. Dengan demiakian kepatutan
mium obat 10adalah mengonsumsi obat yang direspkan oleh dokter pada waktu dan dosis
yang tepat karena pengobatan hanya akan efektif apabila penderita memenuhi aturan
dalam penggunaan obat (Pardede, Keliat & Yulia, 2015).

Tindakan yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko perilaku kekerasan salah
satunya adalah dengan menggunakan strategipelaksanaan (SP). SP merupakan
pendekatan yang bersifat membina hubungan saling percaya antaraklien dengan perawat,
dan dampak apabila tidakdiberikan SP akan membahayakan diri sendirimaupun
lingkungannya. Strategi pelaksanaan (SP) yang dilakukan olehklien dengan perilaku
kekerasan adalah diskusimengenai cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, obat,
verbal, dan spiritual.Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dapatdilakukan dengan
cara nafas dalm, dan pukulbantal atau kasur.

9
Mengontrol secara verbal yaitudengan cara menolak denganbaik, memintadengan
baik,dan mengungkapkan dengan baik.Mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritualdengan cara shalat dan berdoa. Serta mengontrolperilaku kekerasan dengan
minum obat secarateraturdengan prinsip lima benar (benar klien,benar namaobat, benar
cara minum obat, benarwaktu minum obat, dan benar dosis obat). ( Sujarwo & Livana,
2018)

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien
Inisial : Ny.H
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah (Single Parent)
Tanggal pengkajian : 15 Februari 2021
Informent : Status klien dan komunikasi dengan klien.

B. Alasan Masuk Rumah Sakit


Alasan klien pernah masuk rumah sakit jiwa adalah karena keinginannya sendiri untuk
menenangkan diri dan klien sering marah-marah, melempar barang yang ada dirumahnya,
klien mengatakan pernah memukul orang lain termasuk anaknya.

C. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 7 bulan yang lalu tepatnya pada
tahun2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak rutin minum
obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala seperti diatas kemudian
klien mulai kambuh lagi pada saat melihat orang berpasangan lewat di hadapan rumahnya
dan jika anaknya membawa teman laki-laki ke rumah, klien marah dan tidak segan untuk
memukul.

D. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5oC ; P : 20x/i. Klien memiliki
tinggi badan 155cm dan berat badan 45Kg.

11
E. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Tidak ada kecacatan
2. Identitas : Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien hanya lulusan SMP yang saat
ini hanya berjualan di depan rumah
3. Peran : Klien berperan sebagai istri dan single parent, klien tinggal Bersama anak
satu-satunya
4. Ideal diri : Klien merasa malu karena tidak ada suaminya
5. Harga diri : Klien merasa apakah dirinya tidak cantik lagi karena tidak ada laki-
laki yang melamarnya lagi dan merasa kesepian semenjak ditinggal suami Tn. N
Ny. H An. K Ny. H 24
6. Masalah keperawatan: Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

F. Hubungan Sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berartidalam
hidupnya, terutama orangtuanya. Klien terkadang mengikuti kegiatan di
kelompok/masyarakat. Klien mengatakan mempunyai sedikit hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain karena klien sulit bergaul.

G. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam dan yakin dengan agamanya.
2. Kegiatan Ibadah : Shalat 5 waktu

H. Status Mental
1. Penampilan : Klien berpenampilan bersih, dan rapi
2. Pembicaraan : Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat dengan lambat
namun masih dapat dipahami
3. Aktivitas Motorik : Klien terlihat gelisah
4. Suasana perasaan : Klien sedih jika melihat pasangan suami-istri lewat depan
rumah
- Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek : Afek klien labil, mudah emosi, mudah marah.

12
- Masalah keperawatan : Risiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara : Klien kooperatif, ada kontak mata pada lawan
bicara mudah tersinggung dalam setiap interaksi.
7. Persepsi : tidak mendengar suara-suara aneh
8. Proses Pikir : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik
9. Isi pikir :Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak mengalami gangguan isi
pikir dan tidak ada waham. Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun
depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran :Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali
waktu, orang dan tempat.
11. Memori : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung :Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
13. Kemampuan penilaian : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
14. Daya tilik diri : Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui
bahwa dia sering marah.

I. Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik dengan
orang lain dan berkooperatif.

J. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di lingkungan rumah

K. Pengetahhuan Kurang tentang Gangguan Jiwa


Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat yang
dikonsumsinya.

13
ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem


1. a. Subjektif :
Klien mengatakan pernah melempar
barangbarang yang ada dirumahnya, pernah
memukul orang lain dan marah-marah.
Resiko Perilaku Kekerasan
b. Objektif
Klien tampak memandang orang lain dengan
tatapan bermusuhan dan gelisah.

MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku Kekerasan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Risiko perilaku Setelah dilakukan Ketika di evaluasi: 1. Membina hubungan
kekerasan tindakan - Klien mau saling percaya dengan
keperawatan, membalas salam, cara (menjelaskan maksud
diharapkan: berjabat tangan, dan tujuan interaksi,
- Klien dapat menyebutkan jelaskan tentang kontrak
membina nama, tersenyum, yang akan dibuat, beri
hubungan saling ada kontak rasa aman dansikap
percaya mata,serta empati)
- Klien dapat menyediakan 2. Identifikasi penyebab dan
mengendalikan waktu untuk tanda gejala yang serta
perilaku kunjungan akibat dari perilaku

14
kekerasan dengan berikutnya kesehatan
minum obat - Klien mampu 3. Latih klien melakukan
secara teratur mengendalikan cara mengontrol
perilaku Kemarahan:
kekerasan dengan - Ajarkan tehnik
minum obat relaksasi nafas dalam
- Pukul bantal
4. Bantu klien mengontrol
perilaku kekerasan pasien
dengan minum obat
secara teratur

IMPLEMENTASI

Diagnosa
No Tanggal Implementasi Paraf
Keperawatan
1 Risiko perilaku 15 1. Membina hubungan saling percaya dengan cara Perawat
kekerasan Februari (menjelaskan maksud dan tujuan interaksi, jelaskan tentang
2021 kontrak yang akan dibuat, beri rasa aman dansikap empati)
2. Mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala yang serta
akibat dari perilaku kesehatan.
3. Melatih klien melakukan cara mengontrol kemarahan
dengan mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
4. Membantu klien mengontrol perilaku kekerasan pasien
dengan minum obat secara teratur

15
EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


1. 16 Februari 2021 Resiko Perilaku Kekerasan S : Perawat
1. Klien mau berjabat tangan dan
berinteraksi
2. Klien mengatakan marah dan kesal
jika diganggu,
3. Klien mengatakan jika dia mulai
marah jantungnya berdetak kencang,
tangan mengepal, muka merah
4. Klien mengatakan kalau sudah
marah akan melempar barangbarang,
berkelahi
5. Klien mengatakan orang-orang
disekitarnya menjadi takut
6. Klien mengorientasikan kembali cara
tarik nafas dalam dan memukul kasur
dan bantal.
O:
- Klien tampak gelisah
- Tangan mengepal
- Klien tidak mau berjabat tangan
A: Klien masih cepat marah (+)
P: Intervensi dilanjutkan

16
BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien Ny. H kami selaku
penulis melanjutkan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan.
Maka kami mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan:
1. Dalam melakulan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
meliputi aspek psikososial, spiritual dan keluarga di dalamnya.
2. Perawat dan pasien harus membina hubungan saling percaya
3. Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan klien

B. Saran

Diharapkan pada keluarga, teman dan orang sekitar agar selalu memberikan dukungan
kepada pasien karena dukungan dapat memberikan efek yang bagus untuk psikis klien
dan Bagi pembaca agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan khususnya keperawatan
jiwa.

17

Anda mungkin juga menyukai