Anda di halaman 1dari 7

A.

Akuntansi Harga Kini ( Current Cost Accounting)


Alasan Penggunaan Akuntansi Harga Kini
Penggunaan akuntansi harga kini meningkatkan kualitas informasi yang diperlukan oleh
manajemen dan pihak lainnya yang memerlukan. Bell berpendapat bahwa pada dasarnya
manajer perusahaan ingin mengetahui bagaimana harus mengalokasikan sumber daya
perusahaan untuk memaksimalkan laba. Oleh karenanya problem yang sangat mendasar bagi
manajer adalah:
1. Expansion problem (masalah pengembangan), yaitu menjawab pertanyaan, berapa
jumlah aset yang diperlukan untuk melakukan usaha tertentu
2. The composition problem (masalah komposisi aset), yaitu komposisi aset apa yang
diperlukan untuk melakukan usaha tertentu.
3. Financial problem (masalah keuangan), yaitu bagaimana aset tersebut dibiayai, bisa
dari modal sendiri, pinjaman dari lembaga keuangan dan campuran.
Manajer adalah pengambilan keputusan, baik masalah pengembangan, komposisi aset dan
pembiayaan. Untuk itu akuntansi berperan memberi informasi masa lalu sebagai dasar
pengambilan keputusan masa yang akan datang. Agar lebih bermakna, akuntansi menyajikan
data masa lalu dan dibandingkan dengan harapannya. Bell berpendapat bahwa sering kali
fakta transaksi keuangan dengan harapannya berbeda secara signifikan. Penyebabnya adalah
harapan yang disusun sebelum periode akuntansi, dalam pelaksanaannya mengalami
perubahan kuantitas, kualitas, dan harga barang dan jasa yang dikonsumsi sehingga harapan
yang disusun pada awal periode tidak relevan lagi.
Kondisi tersebut benar-benar mengacaukan evaluasi kinerja perusahaan (apakah sumber daya
telah dialokasikan secara efisien), baik evaluasi yang dilakukan oleh manajer maupun oleh
pemegang saham dan kreditur. Penilaian tersebut berrati juga untuk menjawab pertanyaan
apakah manajer perusahaan telah mengalokasikan sumber-sumber daya ekonominya,
termasuk bagaimana manajer melakukan perubahan-perubahan rencana jangka pendek dan
jangka panjang sebagai akibat perubahan-perubahan yang terjadi selama operasi perusahaan
maupun estimasi perubahan di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, maka bell
mengusulkan penggunaan akuntansi harga kini dalam pengukuran dan penyajian akun
laporan keuangan di dalam laporan keuangan.
Konsep Laba Bisnis (business profit)
Akuntansi konvensional hanya mengenai fakta dan realisasi, sehingga sebagai tolok ukur
kinerja manajemen adalah laba akuntansi, yang merupakan selisih antara harga jual dan harga
beli atau biaya produksi barang yang dijual. Dalam situasi harga bahan baku, jasa tenaga
kerja, overhead, dan barang-barang dagangan mengalami perubahan, laba akuntansi tidak
mampu untuk mengukur kinerja manajer. Ketika seluruh laba akuntansi didistribusi sebagai
dividen, bonus, maka pengambilan pengambilan harga beli bahan, jasa tenaga kerja,
overhead, dan harga barang dagangan tidak mampu untuk memproduksi atau membeli barang
dagangan dengan jumlah yang sama bila dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Akibatnya perusahaan tidak mampu beroperasi sesuai dengan kapasitas seperti periode
sebelumnya. Menurut Edward and Bell, masalah ini dapat dihindari bila laba tidak diukur
dengan laba akuntansi tapi diukur dengan laba bisnis (business profit). Pengukuran laba
dengan laba bisnis merupakan konsekuensi dan penggunaan harga kini. Komponen laba
bisnis terdiri atas:
Current Operating Profit (COP) + Realizable cost saving (RCS)
COP = Harga Jual – Harga kini barang yang dijual
RCS = Harga kini persediaan – Harga beli persediaan

Holding gains and losses


Holding adalah komposisi keuangan aset dan kewajiban perusahaan. Yang dimaksud
dengan holding gain and losses adalah selisih antara harga kini dengan harga pada saat
pembelian (nilai tercatat) bagi aset perusahaan yang masih dikuasai pada tanggal neraca.
Dalam akuntansi konvensional laba atau rugi semacam itu belum boleh diakui sampai aset
tersebut benar-benar dijual sebab, kenaikan harg aset adalah salah satu keberhasilan manajer
dalam melakukan estimasi mengenai kemungkinan kenaikan harg aset yang dibeli pada masa
lalu. Sehingga akuntansi konvensional telah dianggap gagal dalam mengukur kinerja manajer
secara akurat. Pemisahan antara laba yang diperoleh melalui operasi perusahaan dan kenaikan
aset tidak disetujui. Contoh sebuah aset dibeli untuk melakukan efisiensi operasi masa yang
akan datang karena biaya operasi aset tersebut rendah, misal bahan bakar irit, lebih canggih
sehingga mengoperasikannya lebih mudah. Laba diperoleh dari operasi akan lebih besar
dibandingkan apabila menggunakan aset lama. Tampak bahwa laba operasi lebih menonjol
dibandingkan karena kenaikan aset. Padahal pembelian aset untuk efisiensi dimasa yang akan
datang merupakan bagian dari aktivitas holding.
Edward and bell menganggap bahwa kenaikan harga aset merupakan laba holding dan diakui
sebagai income. Bila terjadi kenaika aset berarti suatu opportunity gain, karena bila dibeli
sekarang harganya sudah tinggi, berarti tidak kehilangan uang tunai lebih banyak, karena aset
tersebut telah dibeli pada waktu yang lalu ketika harganya lebih rendah. Apabila laba holding
diakui sebagai income, maka berarti dipandang dari sudut pandang modal keuangan. Selisih
antara investasi awal dan investasi akhir dari manapun asalnya termasuk kenaikan aset (tidak
termasuk setoran dan penarikan modal oleh pemilik) adalah merupakan income oleh
karenanya kenaikan aset diakui sebagai income, sedangkan penurunannya diakui sebagai
kerugian.

B. MODAL FINANSIAL DAN MODAL FISIK


Dari sudut pandang kepraktisan, yang membedakan keduanya adalah masalah pengakuan
laba/ rugi holding sebagai pendapatan atau bukan. Modal finansial beranggapan bahwa modal
dan persediaan merupakan kekayaan dan pendapatan merupakan kenaikan kekayaan. Para
pendukung penggunaan modal financial menyatakan bahwa investasi yang dilakukan oleh
para investor adalahdengan harapan memperoleh pengembalian atas investasinya.
Argumentasi penggunaan modal fisik
Para pendukung modal fisik beranggapan bahwa modal adalah unit fisik, bukan uang.
Dengan modal fisik inilah perusahaan akan mampu melangsungkan kesinambungannya.
Kenaikan perunit bukan merupakan laba holding, tetapi merupakan capital maintenance
adjustment, karena dengan tidak memperhitungkan laba holding sebagai pendapatan, tidak
dibagi sebagai deviden, tetapi untuk mempertahankan jumlah fisik tetap, sehingga
kemampuan perusahaan untuk beroperasi tetap dipertahankan sengan jumlah yang sama.
Dari sudut pandang akuntansi konvensional, laba holding merupakan laba holding yang telah
direalisasi, sehingga harus diakui sebagai pendapatan, yang tidak boleh diakui sebagai
pendapatan adalah laba holding yang belum direalisasi, misalnya kenaikan asset atau
persediaan yang belum dijual.
Para pendukung modal fisik, memasukkan laba holding kependapatan dengan argumentasi:
1. Merupakan cost saving, karena dibeli sekarang sudah naik.
2. Mencerminkan kenaikan arus kas masa yang akan datang, sebab dengan kenaikan
asset mencerminkan kemampuan asset tersebut untuk mendapatkan pendapatan lebih
tinggi, sehingga arus kas lebih baik.
Samuelson (1980) berbeda pendapat, masuknya laba holding ke pendapatan karena kenaikan
tersebut merupakan capital maintenance adjustment, sehingga perusahaan mampu beroperasi
seperti semula.

C. KRITIK TERHADAP MODAL FISIK


Sterling (1982, Ch 1) mengatakan bahwa pengakuan pendapatan sebagai akibat
penggunaan modal fisik, hanya penuh berarti apabila dalam kondisi sebagai berikut :
1. Yang dijual merupakan unit yang berbeda
2. Menghadapi kondisi kenaikan harga yang terus-menerus
3. Membeli dan menjual pada pasar yang berbeda
4. Secara penuh modal yang tersedia sudah dibelanjakan
Beda item yang diperdagangkan
Pada 1 Januari 2002 perusahaan memiliki modal Rp100.000,00, dan dibelanjakan
pakaian jadi sebanyak 100 unit, dengan harga Rp1.000,00. Sampai dengan tanggal 31 Januari
2002 seluruh unit terjual dengan harga Rp1.800,00 per unit, pada saat itu harga beli satu unit
pakaian jadi Rp2.000,00. Pada 1 Februari 2002, uang yang tersedia dibelanjakan jas sebanyak
72 unit dengan harga Rp2.500,00 per unit. Terdapat dua pilihan dalam menentukan laba :
Pertama
Modal awal (unit) 100 unit
Dijual (100 unit)
Saldo 0 unit
Kebutuhan untuk menjaga fisik 100 unit

Dalam Rupiah
Modal awal Rp180.000,00
Pembelian 100 unit @ Rp1.000,00 (Rp100.000,00)
Penjualan 100 unit @ Rp1.800,00 Rp180.000,00
Kebutuhan belanja 100 unit @ Rp2.000,00 (Rp200.000,00)
Rugi Rp20.000,00
Kedua
Perusahaan tidak membelanjakan uangnya dengan barang yang sama, tapi membeli jas.
Dalam kasus ini jumlah jaket pada awal dan akhir periode harus dalam jumlah unit yang
sama.
Modal awal (kemungkinan membeli jas, Rp100.000,00 ; Rp2.000,00) 50 unit
Tidak ada penjualan 0 unit
Modal akhir 50 unit

Dalam Rupiah
Modal awal Rp180.000,00
Kemungkinan pembelian 50 unit jas @ Rp2.000,00 (Rp100.000,00)
Penjualan 100 unit pakaian jadi @ Rp1.800,00 Rp180.000,00
Kebutuhan belanja 50 unit jas @ Rp2.500,00 (Rp200.000,00)
Laba Rp55.000,00
Berapa laba diakui? FASB statement cenderung mengkui rugi Rp200,00, karena
menunjuk harga kini pakaian jadi RP2.000,00, meskipun pengakuan laba Rp55.000,00 juga
masih relevan. Jadi memang apabila ada perbedaan item, penggunaan modal fisik tidak
mengandung banyak arti.
Penurunan harga
Sterling (1982) mengatakan bahwa, bila harga kini mengalami penurunan, perusahaan
masih dapat meraih laba meskipun menjual dengan harga dibawah harga belinya. Contoh,
perusahaan membeli 100 unit barang Q dengan harga Rp10.000,00 per unit pada tanggal 1
Januari 2002. Pada akhir bulan Januari harga kini turun menjadi Rp6.000,00 per unit. Seluruh
unit dijual dengan harga Rp9.600,00 per unit (di bawah harga belinya Rp10.000,00), rencana
harga jual Rp16.000,00 per unit, namun mengalami penurunan.
Penjualan (100 x Rp9.600,00) Rp960.000,00
Harga kini (100 x Rp6.000,00) Rp600.000,00
Laba Rp360.000,00
Bila laba dibagi dividen, maka uang yang tersedia sebesar Rp600.000,00 mampu untuk
membeli barang Q dengan jumlah yang sama seperti semula, yaitu 100 unit. Kondisi seperti
ini tidak disukai oleh pemilik, seharusnya bila harga konstan, owner meraih laba sebesar
Rp600.000,00.
Penjualan (100 x Rp16.000,00) Rp1.600.000,00
Harga kini (100 x Rp10.000,00) Rp1.000.000,00
Laba Rp600.000,00
Penggunaan modal sebagian
Penggunaan modal fisik akan bermakna apabila seluruh modalnya dibelanjakan, bila tidak
maka akan timbul masalah. Perusahaan memiliki modal awal Rp100.000,00, digunakan untuk
membeli 80 unit barang @ Rp1.000,00 atau Rp80.000,00 sehingga tersisa uang sebanyak
Rp20.000,00. Selama Januari dijual dengan harga @ Rp1.600,00 dan harga kini Rp1.250,00
per unit.

Penjualan (80 x Rp1.600,00) Rp128.000,00


Harga kini (80 x Rp1.250,00) Rp100.000,00
Laba Rp28.000,00
Bila Rp28.000,00 dibagi sebagai dividen, maka modal akhir menjadi Rp128.000,00 (sisa
kas awal Rp20.000,00 + penjualan Rp128.000,00 – dividen Rp28.000,00), sehingga mampu
membeli lagi sebanyak 96 unit. Masalahnya di saldo Rp20.000,00 yang tidak dibelanjakan
sejak awal, mestinya uang tersebut dapat memperoleh 20 unit, namun karena dibelanjakan
akhir periode, hanya memperoleh 16 unit, sehingga terjadi rugi holding 4 unit atau
Rp5.000,00 (4 x Rp1.250,00). Kalau modal fisik digunakan, harus mengakui adanya rugi
holding sebesar Rp5.000,00. Hal ini tidak didukung oleh para pendukung penggunaan modal
fisik. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu barang, masalahnya akan lebih komples.

D. Kritik Terhadap Penggunaan Akuntansi Harga Kini


Terdapat 2 kubu terkait kritik penggunaan akuntansi harga kini yaitu kubu pendukung
akuntansi konvensional (terkait dengan harga historis) dan kubu pendukung penggunaan exit
price.
1. Dari kubu pendukung akuntansi konvensional.
Kubu ini identik dengan penggunaan harga historis. Kubu pendukung akuntansi
konvensional mengatakan bahwa mencatat atau mengakuntansikan kenaikan harga
tetap (terutama aktiva tetap) sebelum terjadi realisasi penjualan merupakan hal yang
sangat menyulitkan. Mereka menganggap aktiva tetap dibeli bukan untuk dijual
kembali, melainkan digunakan dalam proses produksi, sehingga mengakuntansikan
perubahan harga dirasa tidak perlu karena tidak relevan dengan pengambilan
keputusan. Mereka juga berpendapat bahwa penggunaan current cost accounting
merupakan antisipasi terhadap kemungkinan laba di masa yang akan datang dan bila
ternyata kondisi memburuk, laba tersebut tidak akan pernah terealisasi. Penggunaan
current cost accounting juga lebih banyak subjektif karena tidak ada informasi pasar
yang benar-benar handal.
2. Dari kubu pendukung exit price.
Kubu pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting
mengistilahkan pengorbanan masa yang akan datang (opprtunity cost). Mereka
berpendapat bahwa aset tersebut dibeli untuk dimiliki untuk dalam jangka panjang
dan untuk proses produksi sehingga harga bila dibeli dalam keadaan baru sebagai
ukuran (harga kini/current cost) menjadi tidak relevan dan harga realisasi (exit
price) lebih logis bila dianggap sebagai opportunity cost.
E. Pendukung Penggunaan Akuntansi Harga Kini
1. Pengakuan Prinsip
Pembela historical cost berargumen bahwa  current cost accounting
melanggar  prinsip konvensional yaitu keuntungan diakui saat diterima. Pernyataan
ini benar adanya, untuk pengakuan laba ditahan yang belum direalisasi.Pendukung
current cost accounting menyatakan bahwa ‘laba ditahan yang belum direalisasi’ telah
menunjukkan adanya pergerakan penambahan modal dan harus diakui jika ada cukup
bukti untuk menunjukkan adanya perubahan. Pendukung historical cost dan physical
capital theorist menyangkalnya karena perusahaan menghitung keuntungan dari
perubahan harga aset tidak lancar. Perubahan harga pasar sama sekali tidak relevan
kaitannya dengan keuntungan
2. Objektivitas dari Current Cost
Pendukung konsep historical cost berargumen bahwa current cost accounting
kurang objektif karena sebagian besar perhitungan current cost tidak didasarkan pada
tansaksi aktual dimana perusahaan ikut serta. Sebagai contoh akuntan  tidak lagi
memperhitungkan harga pasar berdasarkan prinsip COMWOL. Salah satu alasannya
karena standardisasi prosedur dan alasan lainnya mengenai masalah ketersediaan data
harga pasar. Untuk barang yang memiliki harga yang relatif mudah untuk diukur,
objektifitas dari current cost masih dapat diterima akuntan. Persediaan, barang baku
dan barang jadi masuk ke dalam kategori ini. Bahkan current cost dapat lebih objek
dalam menhgitung arus barang yang masuk dan keluar. Namun untuk perusahaan
yang sangat besar nyaris sulit dalam menghitung arus barang. Oleh karena itu untuk
mempermudahnya diperlukan asumsi-asumsi antaralain seperti FIFO dan LIFO.
3.  Perubahan Teknologi
Keuntungan dari operasi adalah indikasi bahwa perusahaan membuat
kontribusi jangka panjang yang positif trhdp ekonomi, dan proses produksi dilakukan
secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai