5, 2008
TENTANG
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang;
13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah
Surat Keputusan yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
14. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
15. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD adalah
surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk mendaftarkan Obyek Retribusi yang
digunakan;
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah
Surat Keputusan yang memutuskan besarnya Retribusi Daerah yang terutang;
17. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi yang berkenaan dengan perhitungan retribusi;
18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah
data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah;
19. Pengawasan adalah segala sesuatu atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan
yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah sesuai ketentuan yang
sebenarnya atau tidak;
20. Penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
di bidang Retribusi yang terjadi serta menemukan kerangkanya.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas pemakaian kekayaan daerah.
Pasal 3
(1) Obyek Retribusi adalah setiap penggunaan. pemakaian dan pemanfaatan kekayaan yang
dimiliki dan/ atau dikuasai Pemerintah Daerah;
(2) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Tanah Hak Pakai dan Tanah Hak Guna Bangunan pada Tanah Hak Pengelolaan;
b. Bangunan gedung dan/atau Aula ;
c. Ruang Asrama dan/atau kamar;
d. Peralatan Elektronik;
e. Gudang dan atau lapangan penumpukan;
f. Peralatan Laboratorium;
g. Alat Berat dan Kendaraan Angkut.
Pasal 4
Subyek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak untuk menggunakan kekayaan Daerah.
No.5, 2008 -4-
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah didasarkan pada jenis,
luas, harga satuan dan jangka waktu pemakaian yang ditetapkan.
BAB V
PRINSIP PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
Prinsip Penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta
sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis kekayaan daerah yang digunakan dan jangka
waktu pemakaian.
(2) Besarnya tarif retribusi, digolongkan atas :
a. Tanah Hak Pakai pada masing-masing Unit Kerja, untuk 20 tahun ditetapkan tarifnya
sebesar 5% (lima persen), 15 tahun sebesar 3,75%, 10 tahun sebesar 2,5% dan 5 tahun
sebesar 1,5% dari dasar perhitungan harga tanah, dan prosesnya melalui perjanjian
antara Pemerintah Daerah dengan Pengguna Jasa;
b. Tanah Hak Guna Bangunan pada Tanah Hak Pengelolaan, untuk perpanjangan hak
ditetapkan tarifnya sebesar 5% (lima persen) dan peralihan hak sebesar 3% (tiga
persen) dari dasar perhitungan harga tanah, dan prosesnya melalui perjanjian antara
Pemerintah Daerah dengan Pengguna Jasa;
c. Bangunan Gedung dan/atau Aula;
d. Ruang Asrama dan/atau kamar;
e. Peralatan Elektronik;
f. Gudang dan atau lapangan penumpukan;
g. Peralatan Laboratorium;
h. Alat Berat dan Kendaraan Angkut.
(3) Penggunaan ruang untuk keperluan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan ruangan komersial
lainnya ditetapkan tarif berdasarkan luas permeter persegi.
(4) Penggunaan lahan untuk Reklame dan atau sejenisnya ditetapkan tarif berdasarkan luas
permeter persegi.
(5) Proses pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) dikenakan pada setiap
perpanjangan Hak Atas Tanah atau masa sewa tanah pada Bangunan Gedung/Ruang
Gedung/Kamar.
No.5, 2008 -5-
Pasal 9
(1) Tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), tercantum dalam lampiran yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Khusus pemanfaatan alat berat dan kendaraan angkut yang digunakan untuk kepentingan
pengelolaan sendiri dan bencana alam tidak dikenakan retribusi.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 10
Wilayah pemungutan retribusi adalah wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan atau dilokasi
asset/kekayaan daerah tersebut berada.
Pasal 11
BAB VIII
MASA RETRIBUSI
Pasal 12
Masa retribusi yang digunakan sebagai dasar penetapan batasan waktu penggunaan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) ditetapkan sebagai berikut ;
a. Pemakaian Tanah Hak Pakai, dan Hak Guna Bangunan pada Tanah Hak Pengelolaan paling
lama untuk jangka waktu 20 tahun atau setiap kali terjadi peralihan hak atas tanah yang
bersangkutan;
b. Pemakaian Bangunan Gedung/Aula adalah satuan perhari/satuan perbulan/satuan
pertahun;
c. Pemakaian Ruangan Asrama/Kamar adalah satuan perhari/ satuan perbulan;
d. Peralatan Elektronik adalah satuan perjam/ satuan perhari ;
e. Gudang dan atau lapangan penumpukan adalah satuan perhari ;
f. Peralatan Laboratorium adalah satuan perunit sampel uji;
g. Alat Berat dan Kendaraan Angkut adalah satuan perhari.
BAB IX
TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 13
Pasal 14
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) Peraturan Daerah ini,
ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang digunakan.
No.5, 2008 -6-
(2) Bentuk, isi, SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 15
Pasal 16
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 17
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
retribusi yang terutang atau kurang dibayar, dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar, atau kurang membayar retribusi terutang
sebagaimana tersebut dalam SKRD, Pemerintah Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat
melakukan penagihan atas retribusi yang terutang tersebut dengan menggunakan Surat
Teguran/ Peringatan atau Surat lainnya yang sejenis;
(2) Pengeluaran Surat Teguran/ Peringatan/ Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran;
(3) Dalam jangka waktu selama-lamanya 8 (delapan) hari sejak diterimanya Surat Teguran/
Peringatan (Somasi) atau surat lainnya yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi
retribusinya yang terutang;
(4) Apabila dalam waktu sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali teguran/ peringatan (Somasi) Wajib
Retribusi tidak melunasi retribusi yang terutang, Pemerintah Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk dapat memutuskan hubungan Hukum Pemakaian Kekayaan Daerah dan/ atau
melakukan penyitaan atas kekayaan wajib retribusi sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
(5) Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Retribusi
sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2) Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubernur.
No.5, 2008 -7-
BAB XIII
PENGAWASAN
Pasal 19
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 20
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus oleh Undang-Undang sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi dan atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
dibidang retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan-bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah;
g. Menyuruh berhenti dan melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret dan mengambil sidik jari seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
retribusi daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan dan segera melaporkannya kepada penyidik Polri dan
Penuntut Umum;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
No.5, 2008 -8-
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 13
ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini atau menggunakan kekayaan daerah sebelum
melaksanakan kewajibannya melunasi retribusi sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4
(empat) kali jumlah retribusi yang terutang;
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Kekayaan Daerah yang telah disewakan atau digunakan sebelum berlakunya Peraturan Daerah
ini, masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa Retribusi dan/ atau Kontrak
Perjanjian.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Barat Nomor 2 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 24 Juli 2008
Diundangkan di Pontianak
pada tanggal 24 Juli 2008
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN BARAT,
SYAKIRMAN
PENJELASAN ATAS
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Dalam rangka mendukung otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggungjawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber
dari pendapatan asli daerah, khususnya Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,
pengaturannya perlu lebih ditingkatkan lagi. Upaya peningkatan penyediaan dan
penyempurnaan kinerja pemungutannya diharapkan akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pemungutan maupun mutu pelayanan kepada masyarakat pemakai jasa.
Selanjutnya Peraturan Daerah ini ditetapkan untuk mengatur lebih lanjut beberapa hal
yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 pengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah.
ayat (2) : Yang dimaksud dengan dasar perhitungan harga tanah adalah
harga pasar yang berlaku pada tahun berjalan.
ayat (3) s/d
ayat (4) : Cukup jelas
Pasal 9 : Cukup jelas
Pasal 10 : Hal ini dimaksudkan agar objek pungutan retribusi pemakaian
kekayaan Daerah yang berada/ berlokasi di luar wilayah daerah
dan yang menjadi hak Daerah juga dapat di pungut.
Pasal 11 : Retribusi terutang yaitu sejumlah retribusi yang wajib dibayar
oleh wajib retribusi kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 12 huruf a : Masa retribusi secara otomatis berakhir dengan adanya peralihan
Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan pada tanah Hak Pengelolaan
yang dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah Daerah sehingga
jumlah retribusi yang telah disetorkan bukan merupakan
kelebihan pembayaran, dan tidak dapat ditarik kembali.
Terhadap Pihak yang menerima penyerahan (Wajib Retribusi
yang baru) diterbitkan ketetapan retribusi sesuai sisa masa
berlakunya Hak Guna Bangunan yang ada.
Huruf b s/d
Huruf g : Cukup jelas
Pasal 13 s/d Pasal 14 : Cukup jelas
Pasal 15 ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah seluruh
proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan
kepada pihak ketiga. Namun, dalam pengertian ini bukan berarti
bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak
ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan
retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama
dengan pihak-pihak tertentu yang karena profesionalismenya
layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas
pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan
pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang
terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan penagihan
retribusi.
ayat (2) : Cukup jelas
Pasal 16 s/d Pasal 24 : Cukup jelas