Anda di halaman 1dari 13

NAMA: RISKI PUTRA

UTS : HUKUM PERDATA

NIM : 19052085

1. jelaskan konsep hukum perdata materil dan formil menurut 3 ahli , sumbernya , jenisnya,
sejarah hukum perdata nasional islam, dan adat, , jelaskan juga dampak berlakunya
pasal131 dan 163 IS dalam berlakunya BW, KUHP, KUHD.

a. konsep hukum perdata menurut 3 para ahli


1. Pengertian Hukum Perdata menurut Prof. Sudikno Mertokusumo adalah
keseluruhan peraturan yang mempelajari mengenai hubungan antara orang yang
satu dengan yang lainnya dalam hubungan keluargan dan dalam pergaulan
masyarakat.
2. Sri Sudewi Masjchoen SofwaHukum Perdata adalah hukum yang mengatur
kepentingan warga negara perseorangan yang satu dengan perseorangan yang
lainnya.
3. Sudikno Mertokusumo Hukum Perdata adalah hukum antar perseorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perseorangan yang satu terhadap yang lain didalam
hubungan berkeluarga dan dalam pergaulan masyarakat.

b. sumber hukum perdata


Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat mecam. Yaitu KUHperdata
,traktat, yaurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi
menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis.

c. jenis hukum perdata


● Hukum Keluarga. Berdasarkan keturunan, kekuasaan orang tua, perwalian,
pendewasaan, orang hilang, dan curatele.

● Hukum Waris. Berdasarkan perihal pembagian warisan untuk orang yang telah
meninggal dunia, hak mewarisi menurut undang-undang, menerima atau menolak
warisan, dll.

● Hukum Perikatan. Hukum yang terikat dengan ketetapan waktu, perikatan


bersyarat, perikatan alternatif, dll.
● Hukum Perkawinan. Seperti pembatalan perkawinan, perjanjian perkawinan,
perceraian, dan pemisahan kekayaan.
● Hukum Perorangan. Hukum yang mengatur tentang manusia sebagai subjek hukum.
● Hukum Kekayaan. Hukum yang mengatur benda dan hak-hak harta kekayaan yang
dapat dipunyai atas suatu benda.
d. sejarah hukum perdata adat
perkembangan hukum perdata adat di Indonesia
Ada dua pendapat mengenai asal kata adat ini. Di satu pihak ada yang menyatakan
bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Sedangkan menurut Prof.
Amura, istilah ini berasal dari Bahasa Sanskerta karena menurutnya istilah ini telah
dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya
adat berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang
bersifat kebendaan. Hukum Adat dikemukakan pertama kali oleh Prof. Snouck
Hurgrounje seorang Ahli Sastra Timur dari Belanda (1894). Sebelum istilah Hukum Adat
berkembang, dulu dikenal istilah Adat Recht. Prof. Snouck Hurgrounje dalam bukunya
de atjehers (Aceh) pada tahun 1893-1894 menyatakan hukum rakyat Indonesia yang
tidak dikodifikasi adalah de atjehers. Kemudian istilah ini dipergunakan pula oleh Prof.
Mr. Cornelis van Vollenhoven seorang Sarjana Sastra yang juga Sarjana Hukum yang
pula menjabat sebagai Guru Besar pada Universitas Leiden di Belanda. Ia memuat istilah
Adat Recht dalam bukunya yang berjudul Adat Recht van Nederlandsch Indie (Hukum
Adat Hindia Belanda) pada tahun 1901-1933. Perundang-undangan di Hindia Belanda
secara resmi mempergunakan istilah ini pada tahun 1929 dalam Indische Staatsregeling
(Peraturan Hukum Negeri Belanda), semacam Undang Undang Dasar Hindia Belanda,
pada pasal 134 ayat (2) yang berlaku pada tahun 1929. Dalam masyarakat Indonesia,
istilah hukum adat tidak dikenal adanya. Hilman Hadikusuma mengatakan bahwa istilah
tersebut hanyalah istilah teknis saja. Dikatakan demikian karena istilah tersebut hanya
tumbuh dan dikembangkan oleh para ahli hukum dalam rangka mengkaji hukum yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikembangkan ke dalam suatu
sistem keilmuan. Dalam bahasa Inggris dikenal juga istilah Adat Law, namun
perkembangan yang ada di Indonesia sendiri hanya dikenal istilah Adat saja, untuk
menyebutkan sebuah sistem hukum yang dalam dunia ilmiah dikatakan Hukum Adat.
Pendapat ini diperkuat dengan pendapat dari Muhammad Rasyid Maggis Dato Radjoe
Penghoeloe sebagaimana dikutif oleh Prof. Amura: sebagai lanjutan kesempurnaan
hidup selama kemakmuran berlebih-lebihan karena penduduk sedikit bimbang dengan
kekayaan alam yang berlimpah ruah, sampailah manusia kepada adat. edangkan
pendapat Prof. Nasroe menyatakan bahwa adat Minangkabau telah dimiliki oleh mereka
sebelum bangsa Hindu datang ke Indonesia dalam abad ke satu tahun masehi Prof. Dr.
Mohammad Koesnoe, S.H. di dalam bukunya mengatakan bahwa istilah Hukum Adat
telah dipergunakan seorang Ulama Aceh[1] yang bernama Syekh Jalaluddin bin Syekh
Muhammad Kamaluddin Tursani (Aceh Besar) pada tahun 1630.[2] Prof. A. Hasymi
menyatakan bahwa buku tersebut

(karangan Syekh Jalaluddin) merupakan buku yang mempunyai suatu nilai tinggi dalam
bidang hukum yang baik. Mengenai persoalan penegak hukum adat Indonesia, ini
memang sangat prinsipil karena adat merupakan salah satu cermin bagi bangsa, adat
merupkan identitas bagi bangsa, dan identitas bagi tiap daerah. Dalam kasus salah satu
adat suku Nuaulu yang terletak di daerah Maluku Tengah, ini butuh kajian adat yang
sangat mendetail lagi, persoalan kemudian adalah pada saat ritual adat suku tersebut, di
mana proses adat itu membutuhkan kepala manusia sebagai alat atau perangkat proses
ritual adat suku Nuaulu tersebut. Dalam penjatuhan pidana oleh sala satu Hakim pada
Perngadilan Negeri Masohi di Maluku Tengah, ini pada penjatuhan hukuman mati,
sementara dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 tahun 2004. dalam
Pasal 28 hakim harus melihat atau mempelajari kebiasaan atau adat setempat dalam
penjatuhan putusan pidana terhadap kasus yang berkaitan dengan adat setempat.
Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan
masyarakat adat maka pada tanggal 24 Juni 1999, telah diterbitkan Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Peraturan ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan
pengambilan kebijaksanaan operasional bidang pertanahan serta langkah-langkah
penyelesaian masalah yang menyangkut tanah ulayat.cvbb Peraturan ini memuat
kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap "hak ulayat dan hak-hak
yang serupa itu dari masyarakat hukum adat" sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3
UUPA. Kebijaksanaan. Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di bidang
hukum, di mana diakui keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat. Dalam
praktiknya (deskritif) sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat untuk
mengelola ketertiban di lingkungannya. Ditinjau secara preskripsi (di mana hukum adat
dijadikan landasan dalam menetapkan keputusan atau peraturan perundangan), secara
resmi, diakui keberadaaanya namun dibatasi dalam peranannya. Beberapa contoh
terkait adalah UU dibidang agraria No.5 / 1960 yang mengakui keberadaan hukum adat
dalam kepemilikan tanah.

e. sejarah hukum perdata islam


Pada masa ini hukum Islam dipraktekkan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir
bisa dikatakan sempurna (syumul), mencakup masalah mu’amalah, ahwal al-syakhsiyyah
(perkawinan, perceraian dan warisan), peradilan, dan tentu saja dalam masalah ibadah.
Hukum Islam juga menjadi sistem hukum mandiri yang digunakan di kerajaan-kerajaan
Islam nusantar. Tidaklah berlebihan jika dikatakan pada masa jauh sebelum penjajahan
belanda, hukum islam menjadi hukum yang positif di nusantara. Namun dalam era orde
baru ini banyak produk hukum Islam (tepatnya Hukum Perdata Islam) yang menjadi
hukum positif yang berlaku secara yuridis formal, walaupun didapat dengan perjuangan
keras umat Islam. Seperti diuraikan di atas bahwa sejak masa kerajaan-kerajan Islam di
nusantara, hukum Islam dan peradilan agama telah eksis. Tetapi hakim-hakim agama
diperadilan tersebut sampai adanya KHI tidak mempunyai kitab hokum khusus sebagai
pegangan dalam memecahkan kasus-kasus yang mereka hadapi.
Dalam menghadapi kasus-kasus itu hakim-hakim tersebut merujuk kepada kitab-kitab
fiqh yang puluhan banyaknya. Oleh karena itu sering terjadi dua kasus serupa apabila
ditangani oleh dua orang hakim yang berbeda referensi kitabnya, keputusannya dapat
berbeda pula, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.
Guna mengatasi ketidakpastian hukum tersebut pada Maret 1985 Presiden Soeharto
mengambil prakarsa sehigga terbitlah Surat Keputusan Bersama (SKB) Ketua Makamah
Agung dan Departemen Agama.SKB itu membentuk proyek kompilasi hukum islam
dengan tujuan merancang tiga buku hukum, masing-masing tentang Hukum perkawinan
(Buku I), tentang Hukum Kewarisan (Buku II), dan tentang Hukum Perwakafan (BUKU III.
Bulan Februari 1988 ketiga buku itu dilokakaryakan dan mendapat dukungan luas
sebagai inovasi dari para ulama di seluruh Indonesia. Pada tanggal 10 Juni 1991 Suharto
menandatangani Intruksi Presiden No. 1 tahun 1991 sebagai dasar hukum berlakunya
KHI tersebut.
Oleh karena itu sudah jelas bahwa dalam bidang perkawinan, kewarisan dan wakaf bagi
pemeluk-pemeluk Islam telah ditetapkan oleh undang-undang yang berlaku adalah
hukum Islam.Hukum Islam Pada Masa Reformasi Era reformasi dimana iklim demokrasi
di Indonesia membaik dimana tidak ada lagi kekuasaan repsesif seperti era orde baru,
dan bertambah luasnya keran-keran aspirasi politik umat Islam pada pemilu 1999,
dengan bermunculannya partai-partai Islam dan munculnya tokoh-tokoh politik Islam
dalam kancah politik nasional sehingga keterwakilan suara umat Islam bertambah di
lembaga legislatif maupun eksekutif. Mereka giat memperjuangkan aspirasi umat Islam
terrmasuk juga memperjuangkan bagaimana hukum Islam ikut juga mewarnai proses
pembanguanan hukum nasional.

f. dampak berlakunya pasal131 dan 163 IS dalam berlakunya BW, KUHP, KUHD.

pasal 131 I.S adalah ketentuan yang memperlakukan antara lain hukum perdata bagi
golongan – golongan penduduk dan demikian pula menjadikan hukum perdata yang
berlaku bagi golongan penduduk tersebut berbeda – beda sehingga menjadikan adanya
sistem hukum yang bersifat pluralistis di dalam lapangan hukum perdata

Pasal 163 I.S suatu pasal yang mengadakan pembedaan golongan penduduk menjadi 3
( tiga ) golongan yaitu :

A. Golongan Eropa, yang termasuk golongan Eropa ialah :


Semua orang Belanda
Semua orang yang berasal dari Eropa tetapi tidak termasuk orang Belanda
Semua orang Jepang ( berdasarkan perjanjian dagang antara Belanda dengan Jepang
tahun 1896 – S. 1898 – 49 )
Semua orang yagn berasal dari tempat lainyang di negerinya hukum keluarganya
berasaskan yang sama degan hukum keluarga Belanda
Anak – anak sah atau yang diakui menurut ketentuan UU dari no. 2, 3, dan 4 yang lahir
di Hindia Belanda
Golongan Bumiputera, yaitu semua orang asli dari Hinda Belanda ( sekarang Indonesia ).
Golongan Timur Asing, yaitu semua orang yang bukan golongan Eropa dan bukan
golongan Bumiputera. Golongan Timur Asing dibedakanmenjadi golongan T.A Tionghoa
dan T.A bukan Tionghoa ( seperti orang – orang yang berasal dari India, Arab, Afrika dan
sebagainya ).

2. semua manusia adalah subjek hukum pendukung hak dan kewajiban , tapi tidak semua
dapat melakukan perbuatan hukum ada 6 faktor yang membatasi nya , jelaskan dengan
contoh.

Tempat tinggal

Contoh: seseorang yang berdomosili di kota Batam tidak dapat menjadi pemilih pada Pemilu
walikota Tanjungpinang.

Kedudukan / jabatan

Contoh : hakim dan pejabat hukum tidak boleh memiliki barang-barang dalam perkara yang
dilelang atas dasar keputusan pengadilan.

Tingkah Laku / Perbuatan

Contoh : kekuasaan orangtua / wali dapat dicabut oleh pengadilan jika orangtua/wali
tersebut pemabuk, suka aniaya anak, dsb.

Jenis Kelamin dan hal tiada ditempat


Antara laki-laki dan wanita terdapat perbedaan hak dan kewajiban. Dikatakan hal tiada
ditempat / keadaan tidak hadir apabila tidak ada kabar atau pemberitahuan untuk waktu
yang cukup lama (5 tahun berturut-turut). Bisa disebabkan meninggal, tidak tahu asal usul,
dsb.

3. pentingnya domisili dimata hukum , ada 5 jenis domisili , jelaskan fungsinya bagi manusia
dan di beri contoh hubunganya dengan semua cabang hukum.

5 jenis domisili, fungsinya bagi manusia dan contoh hubunganya dengan semua cabang
hukum.
1. Tempat tinggal yuridis. Tempat tinggal yuridis terjaid karena peristiwa hukum, seperti
kelahiran, perpindahan, ataupun mutasi. tempat tinggal yuridis dibuktikan dengan KTP
atau bukti-bukti lain, seperti paspor. Apabila peristiwa hukum itu pembentukan badan
hukum, tempat kedudukan dibuktikan dengan akta pendirian (anggaran dasar) yang di
buat di muka notaris. Tempat tinggal yuridis adalah tempat tinggal utama.
2. Tempat tinggal nyata
Tempat tinggal nyata terjadi karena peristiwa hukum kehadiran (berada) di suatu
tempat sesungguhnya. Tempat tinggal nyata dibuktikan dengan selalu hadir atau ada di
tempat itu. Tempat tinggal nyata sifatnya sementara karena ada perbuatan atau
keperluan tertentu yang tidak terus-menerus untuk jangka waktu lama. Misalnya,
seorang dosen memiliki KTP Jakarta melaksanakan penelitian selama dua minggu di Kota
Manggala, Kabupaten Tulangbawang sehingga dia bertempat tinggal di Manggala.

3. Tempat tinggal pilihan Tempat tinggal pilihan terjadi karena peristiwa hukum
pembuatan perjanjian dan tempat tinggal itu dipiliholeh pihak-pihak yang membuat
perjanjian itu. Tempat tinggal itu dibuktikan dengan akta autentik yang dibuat di muka
notaris. Tempat tinggal yang dipilih adalah kantor pengadilan negeri yang berwenang,
misalnya, Pengadilan Negeri kelas 1 Tanjungkarang.
Tempat tinggal ikutan

4. Tempat tinggal ikutan


Tempat tinggal ikutan (tergantung) terjadi karena peristiwa hukum yang menciptakan
keadaan status hukum seseorang yang ditentukan undang-undang, misalnya :
Perkawinan Tempat tinggal istri sama dengan tempat tinggal suami (Pasal 32 Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974).Kelahiran Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal
orang tua (Pasal 47 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974).PengampuanTempat tinggal
orang di bawah pengampuan mengikuti tempat tinggal pengampu atau walinya (Pasal
50 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974).

5. Tempat tinggal mengikuti orang lain : Karena suatu aturan yang mengatur tempat
tinggal istri mengikuti suami.

4. jelaskan bahwa badan hukum dapat bertindak seperti manusia dengan diwaba oleh 4 teori
hukum, jelaskan dengan contoh

Subekti (Ibid, hal 21) mengatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-
perkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia.
Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta
dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan dapat juga
menggugat di muka hakim. Pada sumber lain, penjelasan dalam artikel Metamorfosis Badan
Hukum Indonesia mengatakan bahwa dalam hukum perdata telah lama diakui bahwa suatu
badan hukum (sebagai suatu subyek hukum mandiri; persona standi in judicio) dapat
melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatig handelen; tort). Badan hukum
mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi
perbuatan hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Mengingat
wujudnya adalah badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan
hukum bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.

1. Teori Theokrasi.

Teori Theokrasi dikemukakan oleh Friederich Stahl (Jerman). Teori ini menganggap bahwa
hukum itu adalah kemauan Tuhan, jadi yang menjadi dasar dari kekuatan hukum adalah
kepercayaan kepada Tuhan. Tinjauan tentang hukum dikaitkan dengan kepercayaan dan
agama, dimana perintah-perintah Tuhan tersebut ditulis di dalam kitab-kitab suci. Teori
Theokrasi ini di Barat diterima sampai zaman Renaissance (abad ke-17).

2. Teori Perjanjian Masyarakat (Contract Social) / Teori Kedaulatan Rakyat.

Pada abad ke-18, Jean Jacques Rousseau memperkenalkan teorinya yang disebut Perjanjian
Masyarakat (Contract Social) atau Kedaulatan Rakyat. Teori ini menganggap bahwa dasar
terjadinya suatu negara adalah perjanjian yang diadakan oleh dan antara anggota
masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Dalam bukunya yang berjudul “Le contract
social” (1972), Rosseau mengemukakan bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat,
demikian pula halnya semua peraturan perundang-undangan adalah penjelmaan kemauan
rakyat. Orang menaati hukum karena orang sudah berjanji menaati hukum. Penganut dari
teori ini diantaranya Thomas Hobbes, Montesquieu, dan John Locke. Hobbes menambahkan
bahwa keadaan alamiah sama sekali bukanlah keadaan yang aman, adil dan makmur.
Namun sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau, tanpa
hukum yang dibuat manusia secara sukarela, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan
sosial antar individu. Dalam keadaan yang demikian, yang berlaku adalah hukum rimba
dimana yang terkuat adalah yang menang. Manusia seakan-akan merupakan binatang yang
senantiasa berada dalam keadaan bermusuhan, terancam oleh sesamanya dan menjadi
mangsa bagi manusia yang mempunyai fisik yang lebih kuat dari padanya. Keadaan tersebut
dilukiskan dalam peribahasa latin “homo homini lupus” (= manusia yang satu merupakan
binatang buas bagi manusia yang lain).
Dalam kepustakaan ilmu politik, dikenal ada 2 (dua) macam perjanjian masyarakat, yaitu:
- Perjanjian masyarakat yang sebenarnya (pactum uniois / pacte d’ association / social
contract proper), adalah perjanjian masyarakat dengan membentuk badan kolektif bersama
yang akan menampung individu-individu yang selanjutnya bersama-sama mengadakan
perjanjian. Dengan perjanjian inilah maka terbentuklah societas atau masyarakat manusia.
- Perjanjian pemerintahan (pactum subjectionis / pacte de gouverment / contract of
government). Bersamaan atau setelah pembentukan societas tersebut, diadakan pula
perjanjian antara manusia dengan seorang atau sekelompok orang yang dengan syarat-
syarat tertentu, yang harus dihormati dan ditaati oleh kedua belah pihak. Selanjutnya
berdasarkan perjanjian ini, seseorang atau kelompok orang tersebut diberi mandat untuk
menjalankan kekuasaan atas masyarakat/rakyat. Perjanjian ini melahirkan Pemerintahan
atau Negara.
Menurut Thomas Hobbes (1588-1679), dalam pactum subjectionis rakyat telah
menyerahkan seluruh haknya pada raja dan hak yang telah diserahkan tersebut tidak dapat
ditarik kembali. Jadi menurut Hobbes, negara itu seharusnya berbentuk Kerajaan Mutlak.
Sedangkan menurut John Locke (1632-1704), dalam pactum subjectionis tidak seluruh hak
manusia yang diserahkan kepada penguasa, melainkan ada hak-hak yang diberikan oleh
hukum alam yang tetap melekat pada diri setiap manusia. Hak tersebut adalah hak asasi
manusia yang terdiri dari hak hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik, dimana hak-hak
tersebut harus dilindungi oleh raja dan dijamin dalam Undang-Undang Dasar. Dengan
demikian, menurut John Locke, negara itu seharusnya berbentuk Kerajaan yang berundang-
undang dasar.

3. Teori Kedaulatan Negara.

Tokoh-tokoh teori Kedaulatan Negara adalah Jellineck (Jerman), Paul Laband (Jerman), dan
Hans Kelsen (Austria). Teori ini muncul pada abad ke-19 dan menentang teori Perjanjian
Rakyat.
Teori Kedaulatan Negara menganggap bahwa:
- Hukum adalah kehendak negara. Hukum bukan kemauan bersama anggota masyarakat,
dan negara mempunyai kekuatan tak terbatas;
- Hukum ditaati orang karena negara menghendakinya.

4. Teori Kedaulatan Hukum.

Teori Kedaulatan Hukum muncul pada abad ke-20 dan menentang teori Kedaulatan Negara.
Tokoh-tokohnya adalah Cruot (Perancis), Duguit (Perancis), dan Krabbe (Belanda). Teori ini
berpendapat bahwa:
- Hukum berasal dari perasaan hukum yang ada pada sebagian besar anggota masyarakat;
- Hukum mewujudkan perasaan hukum sebagian besar anggota masyarakat;
- Oleh karenanya hukum ditaati oleh anggota masyarakat.

Dalam bukunya yang berjudul “Die Lehre der Rechtssouvereinteit”, Krabbe menyebutkan
bahwa:
- Rasa keadilanlah yang merupakan sumber hukum;
- Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak;
- Peraturan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat mengikat.
Peraturan seperti itu bukan merupakan hukum, meskipun masih ditaati orang atau
dipaksakan;
- Masyarakat mempunyai perasaan bagaimana hukum itu seharusnya, dan karena itulah
hukum itu ada. Dan hanya kaidah yang timbul dari perasaan hukum yang mempunyai
kewibawaan.
5. ada 3 kelembagaan yang telah kita pelajari. perwalian , perdewasaan , pengampuan. jelas,
konsepnya, jenisnya, bentuk penerapaan nya, dengan membuat alasan regulasi yang
menjelaskan

3 kelembagaan
1. perwalian
a. Perwalian berasal dari kata wali yang mempunyai arti orang lain selaku
pengganti orang tua, yang menurut hukum diwajibkan mewakili anak yangbelum
dewasa atau belum akil balig dalam melakukan perbuatan hukum.2Menurut
Pasal 1 huruf h KHI, perwalian adalah kewenangan yang diberikan kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk
kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, atau
kedua orang tua masih hidup tetapi tidak caka melakukan perbuatan hukum.

b. jenis perwalian
1. Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup lebih lama;
2. Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau akta
tersendiri;
3. Perwalian yang diangkat oleh Hakim yang ditunjuk seorang wali oleh Pengadilan;

c. bentuk penerapan pewalian

Permohonan Penetapan Perwalian Anak Oleh Calon Wali


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur tentang perwalian di dalam Pasal 50
sampai dengan 54. Dalam Undang-Undang tersebut diatur bahwa anak yang belum
mencapai usia 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah menikah berada di bawah
kekuasaan wali.

2. a. perdewasaan
Pendewasaan atau perlunakan adalah suatu upaya hukum yang digunakan untuk
meniadakan keadaan minderjarigheid, baik untuk keseluruhannya, maupun untuk hal-
hal tertentu. Kedewasaan dengan Pendewasaan Istilah “Kedewasan” menunjuk kepada
keadaan sudah dewasa, yang memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah
“pendewasaan” menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan
sebagai dewasa. Menurut ketentuan pasal 330 KUHPerdata belum dewasa (minderjarig)
adalah belum berumur 21 tahun penuh dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang
kawin sebelum berumur 21 itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan
belum dewasa. Dalam staatsblad yang berlaku bagi orang timur asing seperti disebutkan
di atas tadi, apabila di dalam perundang – undangan dijumpai istilah belum dewasa
(minderjarig), maka itu berarti belum berumur 21 tahun penuh itu bercerai, mereka
tidak kembali lagi dalam keadaan belum dewasa.

b. jenis jenis perdewasan


Dalam Hukum Perdata Pendewasaan terbagi menjadi 2 macam, yaitu pendewasaan
penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas).
Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk
pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh.

d. bentuk penerapan nya


ketentuan mengenai hal ini sedikit sekali dipergunakan dalam praktek. Dengan
berlakunya undang – undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang antara lain
mengatur tentang usia 18 tahun menjadi usia kedewasaan, maka pendewasaan
(Handiching) ini sudah kehilangan artinya. Menanggapi konsep dewasa dan belum
dewasa menurut hukum dewasa barat, Prof.M.M.Djojodiguno,S.H. menyatakan
bahwa batas umur 21 tahun untuk menentukan dewasa atau belum dewasa
merupakan suatu “fiksi”. Fiksi dapat diartikan sebagai tidak jelas dan tidak tegas
atau tidak konsekuen, ini tidak sesuai dengan hukum adat.

3. pengampuan
a. Apa Itu Pengampuan
Pengampuan adalah keadaan dimana seseorang karena sifat-sifat pribadinya
dianggap tidak sanggup untuk bertindak di dalam lalu lintas hukum. Karena
dianggap tidak sanggup, maka untuk menjamin dan melindungi hak-haknya, hukum
memperkenan seseorang untuk dapat bertindak sebagai wakil dari orang yang
berada dibawah pengampuan. Orang yang bertugas sebagai wakil dari orang yang
berada di bawah pengampuan adalah seorang pengampu.
b. jenisnya
Pengaturan Hukum Pengampuan
Pengampuan diatur dalam buku 1 KUHP Perdata. Menurut pasal 433 KUHP Persata,
syarat-syarat seseorang berada dibawah pengampuan adalah sebagai berikut:
“Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila atau mata
gelap, harus ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia kadang-kadang cakap
menggunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga ditempatkan di bawah
pengampuan karena keborosan”

c. bentuk penerapan nya


Berakhirnya Pengampuan Pengampuan dapat berakhir karena alasan-alasan sebagai
berikut:
Alasan Absolut
Orang yang berada dibawah pengampuan meninggal dunia.
Adanya putusan pengadilan yang menyatakan bahwa sebab-sebab dan alasan-
alasan di bawah pengampuan telah dihapus.
Alasan Relatif
Pengampu meninggal dunia
Pengampu dipecat atau dibebastugaskan

6. Indonesia memilik berbagai sumber hukum perdata , tapi tidak mungkin terjadi benturan,
jelaskan dengan contoh. bandingkan hukum perdata nasional UU no 1/1974 dengan hukum
perdata islam dan adat. pancasila mengajarkan bahwa dalam menjalankan agama perlu
konsisten/fanatisme mengakui adanya perbedaan , tidak mencampurkan adukan agama,
jelaskan contoh.

1.Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk
hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie. Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK). Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.
Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban individu
dengan badan hukum. Untuk pertama kalinya istilah hukum perdata dikenal Indonesia
dalam bahasa Belanda yakni Burgerlijk Recht. Sumber hukum perdata dikodifikasikan
dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan dialih bahasa menjadi Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata). Terdapat beberapa pandangan terkait dengan KUHPerdata ini salah
satunya, KUHPerdata dipandang sebagai suatu pedoman saja karena tidak pernah ada
terjemahan resmi dari Burgerlijk Recht yang aslinya masih berbahasa Belanda.

Pasal 570

“Hak milik adalah kepemilikan untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa
dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal
tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umum tanpa menggaggu hak orang
lain.”

2.perbandingan hukum perdata nasional UU no 1/1974 dengan hukum perdata islam dan
adat.
a. perbandingan hukum perdata nasional UU no 1/1974 dengan hukum perdata islam
. Menurut Hukum Islam
Anak angkat dalam arti memelihara, mendidik dan mengasuh seseorang anak orang lain
adalah sangat dianjurkan dalam islam. Tetapi penamaan anak angkat tidak menjadikan
seseorang menjadi mempunyai hubungan dengan seseorang lain seperti hubungan yang
terdapat dalam hubungan darah. Oleh karena itu , penamaan dan penyebutan anak
angkat tidak diakui dalam hukum Islam untuk dijadikan sebagai dasar dan sebab
mewaris, karena prinsip pokok dalam kewarisan adalah hubungan darah atau arham.
Hubungan antara anak angkat dengan orang yang mengangkatnya bukanlah hubungan
anak sulbi. Anak sulbi asalnya anak shulbi artinya ialah anak kandung yang berasal dari
sumsum tulang sulbi atau tulang punggung kamu.
Jadi dalam hukum islam pada prinsipnya anak angkat itu tidak dilarang sepanjang hal itu
menyangkut memelihara, mendidik dan mengasuhnya akan tetapi anak angkat itu tidak
dikenal bila dihubungkan atau dikaitkan dengan kedudukan hukumnya dalam hal ini
apabila menjadi ahli waris atau memperoleh kewarisan.

b. perbandingan hukum perdata nasional UU no 1/1974 dengan hukum adat


Menurut Hukum Adat
Dalam hukum adat justeru anak angkat atau pengangkatan anak ini diakuli dan harus
dilakukan secara jelas, tegas dan terang atau tunai, yaitu dilakukan dengan upacara-
upacara adat. Hal ini berkaitan dengan hubungan atau kedudukan hukum antara anak
angkat dengan orang tua angkat serta orang tua kandungnya.
Dalam masyarakat hukum adat , dengan pengangkatan anak, maka putuslah hubungan
keluarga antara anak tersebut dengan orang tua kandungnya. Dalam hal pewarisan anak
tersebut mewaris dari orang tua angkatnya seperti halnya anak kandung. Jadi
kedudukan hukum antara anak angkat dengan anak kandung sama dalam hal pewarisan.

b. pancasila mengajarkan bahwa dalam menjalankan agama perlu konsisten/fanatisme


mengakui adanya perbedaan , tidak mencampurkan adukan agama, jelaskan contoh.

Di Pondok Modern Gontor, pendidikan berwawasan toleransi sesungguhnya telah


menjadi pendidikan dasar yang tidak hanya diajarkan dalam pengajar formal di kelas
saja, tetapi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari santri. Pendidikan formal
toleransi diwujudkan dalam bentuk pengajaran materi keindonesiaan/kewarganegaraan
yang telah dikurikulumkan. Sistem pengajaran di pondok modern yang didominasi
bahasa asing (Arab dan Inggris) sebagai pengantar, tidak melunturkan semangat
pendidikan toleransi anak didik (santri). Karena materi ini ditempatkan sebagai materi
primer dan harus diajarkan dengan bahasa Indonesia pula.

Sikap toleransi juga dipraktikkan di Pondok Modern Gontor melalui penempatan


permanen santri dalam sebuah asrama seperti yang dikemukakan oleh Amir Maliki,
seorang alumni pesantren Gontor mengatakan untuk menumbuhkan sikap toleransi dan
pemahaman terhadap budaya lain, dalam satu kamar ditempatkan para santri yang
berasal dari berbagai daerah, baik Jawa, luar Jawa, dan bahkan santri dari luar negeri.
Penempatan santri dalam satu kamar ini tidak permanen. Pondok Modern Gontor
menetapkan regulasi agar setiap tahun santri diharuskan mengalami perpindahan
asrama. Setiap satu semester, mereka juga akan mengalami perpindahan antarkamar
dalam asrama yang mereka huni. Hal ini dilakukan untuk memberi variasi kehidupan
bagi para santri, juga menuntun mereka memperluas pergaulan dan membuka wawasan
mereka terhadap aneka tradisi dan budaya santri-santri lainnya.
Pendidikan toleransi lainnya yang diterapkan di Pondok Modern Gontor adalah
diberlakukannya aturan mengikat yang melarang santri berbicara menggunakan bahasa
daerah. Santri di lingkungan pesantren hanya dibolehkan berbicara dalam bahasa
Indonesia dalam berbagai kesempatan dan kepentingan, bahasa utama yang digunakan
di lingkungan pesantren adalah Arab dan Inggris,

Keutamaan pendidikan toleransi di pondok modern Gontor juga tercermin dari


muatan/isi kurikulum yang tampak mengajarkan wawasan santri akan keragaman
keyakinan. Dalam kelompok bidang studi Dirasah Islamiyah, sebagai contoh, diajarkan
materi khusus muqaranat al-adyan (perbandingan agama) yang konten luasnya
memaparkan sejarah, doktrin, isme, fenomena, dan dinamika keagamaan di dunia.
Materi ini sangat substansial dalam pendidikan multikulturalisme karena santri diberi
wawasan berbagai perbedaan mendasar keyakinan agama mereka (Islam) dengan
agama-agama lain di dunia. Materi ini sangat potensial membangun kesadaran toleransi
keragaman keyakinan yang akan para santri temui saat hidup bermasyarakat kelak.

Anda mungkin juga menyukai