Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PENGEMBANGAN DIRI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENULISAN MEMBANGUN


BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH

OLEH

YASHINTA SUPARNI,S.Pd.SD
NIP. 19620109 201212 2 001

UPT SDN PURWOREJO 1


Jalan Erlangga No.03 Kota Pasuruan
LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

I. Judul atau Tema Kegiatan


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENULISAN MEMBANGUN BUDAYA
LITERASI DI SEKOLAH

II. Latar Belakang


Pemerintah meluncurkan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahun
2015 sebagai jawaban atas rendahnya budaya literasi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Dari beberapa penelitian selama dekade ini, terlihat Indonesia masih jauh di
bawah negara-negara lain dalam hal literasi.
Inilah latar belakang pemerintah meluncurkan program GLS melalui Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Menurut menteri pendidikan saat itu,
Anies Baswedan, pertama mengajarkan anak membaca, lalu membiasakan anak
membaca hingga menjadi karakter, setelah itu barulah menjadi budaya. Dalam Program
GLS ditekankan pada membiasakan anak membaca bukan buku pelajaran 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai untuk mewujudkan budaya baca seperti yang tercantum
dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang gerakan penumbuhan budi pekerti.

III. Tujuan Kegiatan


Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang
hayat

IV. Tanggal danTempat Kegiatan


30 April – 2 Mei 2018 di Aula Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Pasuruan

V. Ringkasan Materi
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara
lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Selanjutnya GLS
merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan
publik (Panduan Gerakan Literasi Sekolah). GLS tidak hanya sekedar membaca tapi
sebuah upaya menciptakan lingkungan sekolah secara utuh, yang di dalamnya termasuk
warga sekolah berupaya menciptakan budaya literasi. Selain membaca, seorang literat
harus mampu mengolah dan menggunakan semua kemampuan bahasa.
Target utama dari GLS yang dicanangkan kemendikbud ini adalah menciptakan
ekosistem pendidikan di sekolah yang literat. Ada lima indikator ekosistem pendidikan
di sekolah yang literat, diantaranya:
1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat warganya
dalam belajar;
2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan
5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan
Hubungan antara GLS dengan Ekosistem Pendidikan
Gerakan Literasi Sekolah menjadi katalisator dalam mewujudkan ekosistem pendidikan.
GLS menjadi jembatan untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang menyenangkan dan
ramah. Program GLS bukan hanya sekedar kegiatan membaca, tapi bagaimana
meningkatkan minat baca warga sekolah. Tentu untuk meningkatkan minat baca perlu
dikemas dengan kegiatan yang menyenangkan dan nyaman. Di setiap kelas dibuat pojok-
pojok baca dengan terus menambah koleksi buku serta desain yang atraktif dan menarik
perhatian peserta didik.

Selain menyenangkan, guru dengan ramah mengajak peserta didik masuk ke dalam
pojok baca dan mulai membaca bersama dengan nyaman dan penuh makna.
Selesai membaca melakukan refleksi berupa resensi sederhana tentang isi buku yang
telah dibaca. Dalam kegiatan akhir ini, terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik
atau peserta didik dengan peserta didik.
Kegiatan ini dapat juga dijadikan sarana untuk mengembangkan sikap empati, peduli,
dan menghargai sesama. Setiap peserta didik diupayakan mendapatkan kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya sekait isi buku. Peserta didik lain menyimak dan
menanggapi dengan cara yang baik, santun, dan menyampaikan alasan yang logis dalam
berpendapat.

GLS memiliki tiga tahapan dalam pelaksanaannya di setiap sekolah. Tahap pertama
adalah tahap pembiasaan melalui kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran.
Tahap kedua pengembangan berupa melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.
Terkhir, tahap pembelajaran yakni menggunakan buku pengayaan dan strategi membaa
di semua mata pelajaran.
Dalam kegiatan pembiasaan perlu menata sarana dan lingkungan kaya literasi. Penataan
ruang kelas, kantin, UKS, ruang olahraga, halaman sekolah dan halaman sekolah. Ruang
baca dan penyediaan buku bacaan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
mutlak diperlukan. Kita juga bisa memanfaatkan dinding, anak tangga dan tiang gedung
untuk memperkaya teks dengan membubuhkan infografis, poster, kartu artikel, dan
berbagai media baca lain yang menarik. Perlu diperhatikan komposisi warna dalam
penataannya karena anak mudah tertarik terhadap warna yang mencolok. Melibatkan
masyarakat untuk menciptakan suasana lingkungan yang literat juga sangat dibutuhkan.
Ini sekait dengan biaya penataan sarana tadi tidak sedikit. Partisipasi orang tua, tokoh
masyarakat, dinas terkait termasuk melibatkan badan atau lembaga perpustakaan yang
ada di sekitar sekolah sangat mendukung terciptanya lingkungan literat.
Tahapan berikutnya dalam GLS sangat tergantung pada ketersediaan buku pengayaan
dan kemampuan guru dalam menciptakan suasana yang literat. Ini menjadi masalah yang
paling penting untuk segera dicari pemecahannya. Seperti kita ketahui ketersediaan buku
menjadi masalah utama dalam mensukseskan GLS. Buku yang tersedia di perpustakaan
terbatas. Daerah yang jauh dari pusat kota juga mengalami kendala dalam mencari buku-
buku yang sesuai dengan peserta didik. Untuk penggunaan buku digital pun masih sangat
terbatas. Ini bisa disiasati dengan pembuatan kliping, mencetak artikel dari berbagai
sumber, mengadakan donasi buku di lingkungan sekolah, dan bekerja sama dengan
sekolah lain yang memiliki koleksi buku lebih lengkap.

Untuk tahap pengembangan, peserta didik tidak sekedar dituntut membaca. Mereka juga
diminta untuk mengetahui penggunaan perpustakaan yang baik, proses produksi buku
dan menulis. Kegiatan harus ditujukan untuk mendekatkan mereka pada kegiatan literasi
yang lebih luas. Walaupun bukan termasuk penilaian akademik tetapi
kegiatan GLS dalam tahapan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan di sekolah. Ekosistem sekolah sudah mulai terwujud di tahap ini. Indikatornya
adalah guru dan peserta didik cinta buku dan menulis.
Terakhir GLS telah terintegrasi dalam pembelajaran. Peserta didik dalam tahapan ini
diarahkan memiliki kemampuan kebahasaan dari tingkat awal sampai lanjut. Mulai dari
kemampuan fonetik di kelas rendah sampai membuat karya tulis yang baik di kelas
tinggi.
Seluruh tahapan GLS ditujukan untuk meningkatkan penguatan pendidikan karakter
sehingga pada akhrinya dapat terwujud ekosistem pendidikan yang diharapkan di
lingkungan sekolah. Ekosistem yang baik dapat meningkatkan tidak hanya kualitas
intelegensi peserta didik tapi jauh dari itu dapat menumbuhkan karakter peserta didik
yang seusai dengan jati diri bangsa. Kini tinggal para pemangku kepentingan baik yang
ada di sekolah, dinas pendidikan dan pemimpin daerah dapat mengakomodir terutama
pembiayaan serta aturan yang mendukung terlaksananya GLS. Sekolah harus mampu
mengelola seluruh sumber daya yang ada dengan mengacu pada prinsip Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Terakhir guru sebagai ujung tombak GLS harus menjadi
pelopor literasi, dengan menjadi guru yang literat, guru yang cinta buku dan guru yang
menghasilkan karya tulis.

VII. Lampiran :
1. Surat Tugas
2. Sertifikat
3. Pengesahan Kepala Sekolah.
PEMERINTAH KOTA PASURUAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UPT SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOREJO 1
KECAMATAN PURWOREJO KOTA PASURUAN
Jl. Erlangga No. 03 Telp. (0343) 421665.Email : uptsdnpurworejo1@gmail.com

LEMBAR PENGESAHAN

a. Judul Laporan Pengembangan Diri :


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENULISAN MEMBANGUN BUDAYA
LITERASI DI SEKOLAH

b. Identitas Penyusun :
a. Nama : YASHINTA SUPARNI,S.Pd.SD
b. NIP : 19620109 201212 2 001
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pangkat Golongan : Penata Muda / III A
e. Unit Kerja : UPT SDN Purwoejo 1
f. Alamat : Jalan Erlangga No. 03 Kota Pasuruan

Pasuruan, 3 Mei 2018


Mengetahui,
Kepala UPT SDN PURWOREJO 1 Peresum

AGUS SUPRIYONO, S.Pd YASHINTA SUPARNI,S.Pd.SD


NIP: 19670825 199110 1 001 NIP. 19620109 201212 2 001
PEMERINTAH KOTA PASURUAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UPT SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOREJO 1
KECAMATAN PURWOREJO KOTA PASURUAN
Jl. Erlangga No. 03 Telp. (0343) 421665.Email : uptsdnpurworejo1@gmail.com

SURAT TUGAS
Nomor : 422/50/423.102.23/2018

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : AGUS SUPRIYONO,S.Pd
NIP. : 19670825 199110 1 001
Pangkat Golongan : Penata / III c
Unit Kerja : UPT SDN Purwoejo 1
Jabatan : Kepala UPT SDN Purworejo I

Menugaskan kepada saudara :


Nama : YASHINTA SUPARNI,S.Pd.SD
NIP. : 19620109 201212 2 001
Pangkat Golongan : Penata Muda / III A
Jabatan : Guru Kelas II
Unit Kerja : UPT SDN Purwoejo 1

Untuk mengikuti kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Guru Penulisan Membangun Budaya
Literasi Di Sekolah yang dilaksanakan pada tanggal 30 April - 2 Mei 2018 di Aula Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebuadayaan

Pasuruan, 28 April 2018


Kepala UPT SDN PURWOREJO 1

AGUS SUPRIYONO, S.Pd


NIP: 19670825 199110 1 001

Anda mungkin juga menyukai